Dedikasi untuk Transformasi Pembelajaran dengan Pendampingan CITAMBUR
A. PENDAHULUAN (SITUASI)
Perjalanan panjang penulis di dunia pendidikan, dimulai pada 1 Januari 1985, ketika penulis mengawali karir sebagai guru. Pada tahun 2008, penulis dipercaya untuk menjabat sebagai kepala sekolah, dan sejak tahun 2011 hingga saat ini, penulis telah menjalani tugas sebagai pengawas sekolah 13 tahun 2 bulan. Kini, di usia 63 tahun, penulis merasa bersyukur karena masih diberikan kesempatan oleh Pemerintah untuk tetap menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
Selama hampir 40 tahun pengalaman sebagai pendidik, penulis telah menunjukkan dedikasi yang luar biasa, yang penulis tuangkan dalam buku berjudul "Lelah Menjadi Lilah, Pengawas Punya Cinta, dan Pasirkuda" yang diterbitkan oleh Media Guru Indonesia. Isi buku ini diharapkan dapat membawa pesan inspiratif bagi banyak orang, terutama mengenai peran penting cinta dan kepedulian dalam dunia pendidikan, bahkan di daerah terpencil. Kisah nyata yang penulis tulis penuh makna, menghubungkan antara tugas dengan hati nurani. Ini adalah pelajaran penting yang telah penulis bagikan selama empat dekade perjalanan penulis di dunia pendidikan. Satu hari dalam perjalanan dan empat hari di sekolah binaan ini merupakan waktu yang harus penulis siapkan untuk membina di sekolah kecamatan Pasirkuda ini.
Selama lima (5) tahun terakhir, penulis terus menjalani tugas kepengawasan di daerah Cianjur Selatan, termasuk Kecamatan Pasirkuda. Bertugas di wilayah ini bukanlah hal yang diminati oleh rekan-rekan pengawas lainnya. Namun, karena di Pasirkuda terdapat salah satu sekolah binaan yang berhasil menjadi sekolah penggerak, penulis tetap berkomitmen untuk hadir tepat waktu setiap bulannya.
Dengan kondisi geografis yang sangat menantang dan infrastruktur jalan yang buruk, penulis tetap berupaya untuk hadir di sekolah-sekolah binaan di Pasirkuda setiap bulan. Selama empat hari bertugas di wilayah tersebut, penulis membagi waktu secara efisien, hari pertama penulis berada di SMPN 3 Pasirkuda, hari kedua di SMPN 1 dan SMPN 4 Pasirkuda, hari ketiga fokus di SMPN 2 Pasirkuda, dan di hari terakhir penulis di SMPN 5 Pasirkuda. Tantangan ini menguji komitmen penulis, tetapi keberadaan langsung di sekolah-sekolah ini penting untuk memberikan pendampingan yang efektif dan personal.
Melalui bimbingan, pelatihan, dan pendampingan yang penuh empati, penulis terus menciptakan suasana kolaboratif di mana para guru merasa didengar dan didukung. Mereka semakin bersemangat untuk berkembang, berkreasi, dan berinovasi dalam metode pengajaran. Alhamdulillah, pendekatan ini berhasil menginspirasi guru-guru untuk memberikan yang terbaik bagi siswa mereka, dan menciptakan ruang pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai potensi terbaik mereka. Hasilnya adalah lingkungan pendidikan yang lebih dinamis dan berorientasi pada kemajuan, meskipun berada di daerah dengan tantangan infrastruktur dan geografis yang cukup berat.
Pada tahun 2024 ini, para pendidik berada dalam dua era penting yang memengaruhi cara kita mengajar dan belajar yaitu era Kurikulum Merdeka dan era digital. Keduanya menghadirkan peluang sekaligus tantangan baru bagi guru, siswa, dan semua pemangku kepentingan pendidikan. Sinergi antara kebebasan dalam belajar dan teknologi digital yang semakin canggih diharapkan mampu membawa pendidikan menuju masa depan yang lebih relevan, inklusif, dan adaptif.
Dalam Kurikulum Merdeka, pengawas juga memiliki peran aktif dalam proses pendampingannya. Penulis didorong untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri, serta belajar dalam lingkungan yang lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan nyata. Ini adalah upaya untuk mengubah paradigma pendidikan yang sebelumnya berorientasi pada hasil (output) menjadi lebih berfokus pada proses pengembangan diri (outcome) dan kemampuan berpikir kritis. Penerapan Kurikulum Merdeka juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan berpikir kritis. Penulis harus mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global yang kompleks dengan bekal pendidikan yang holistik dan adaptif melalui guru dan kepala sekolah binaan.
Bersamaan dengan penerapan Kurikulum Merdeka, dunia pendidikan saat ini juga berada di tengah gelombang revolusi teknologi digital. Di era digital ini, informasi dapat diakses dengan sangat cepat dan mudah. Hal ini memungkinkan guru untuk belajar secara mandiri, mengakses sumber belajar yang bervariasi, dan memperluas wawasan mereka melampaui batas-batas ruang kelas tradisional. Teknologi juga mempermudah proses kolaborasi antara pengawas, kepala sekolah dan guru, juga guru dan siswa dalam menciptakan interaksi yang lebih dinamis dan fleksibel.
Dalam konteks pendidikan saat ini, sinergi menghadirkan berbagai peluang besar. Digitalisasi dapat menjawab tantangan geografis di kabupaten Cianjur yang terluas ke-2 di Jawa Barat, di mana akses pendidikan yang merata masih menjadi isu. Dengan adanya pembelajaran daring dan teknologi digital, siswa di daerah terpencil pun dapat memperoleh akses yang sama terhadap sumber belajar berkualitas, layaknya siswa di kota besar.
Kurikulum Merdeka dan era digital adalah dua pilar penting yang membentuk wajah pendidikan di kabupaten Cianjur masa kini. Sinergi antara kebebasan dalam belajar dan kemajuan teknologi memberikan kesempatan bagi guru untuk berkembang lebih inklusif dan relevan. Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, dengan upaya yang tepat, penulis dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang siap mendorong kreativitas, kolaborasi, dan kemandirian, yang mempersiapkan guru untuk menjadi bagian dari masyarakat global yang kompeten dan adaptif.
Kearifan lokal di daerah ini adalah Curug Citambur, sebagai destinasi wisata favorit daerah Jawa Barat yang terletak di kecamatan Pasirkuda kabupaten Cianjur. Ini menjadi inspirasi dan simbol dalam perjalanan pendampingan penulis selama bertugas 5 tahun di Pasirkuda ini.
B. TANTANGAN DAN MASALAH
Tantangan yang harus penulis hadapi saat ini cukup kompleks, terutama karena infrastruktur yang belum merata.
1. Tugas membina sekolah terpencil yang berada jauh dari pusat ibukota Cianjur, sekitar 100 km, menghadapkan penulis pada keterbatasan sumber daya guru, yang masih banyak membutuhkan pendampingan intensif.
2. Literasi digital yang belum optimal di kalangan para guru, serta ketimpangan akses teknologi antara daerah perkotaan dan pedesaan, memperburuk kondisi. Dalam menghadapi era digital ini, perlu ada kesiapan dari guru-guru binaan penulis untuk mengadopsi perubahan, baik dari segi kompetensi teknis maupun mentalitas. Transformasi ini tidak bisa terjadi secara instan, karena memerlukan bimbingan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Kurikulum Merdeka juga memperkenalkan tantangan baru dengan tuntutan kemampuan adaptasi yang tinggi, terutama dalam mengubah paradigma pembelajaran yang lebih fleksibel dan berorientasi pada kebutuhan siswa. Perubahan ini tentu menuntut usaha kolaboratif yang lebih intensif, agar para guru siap menghadapi tantangan pendidikan di masa depan dengan percaya diri dan kemampuan yang memadai.
3. Membangun kepercayaan dari para guru dan kepala sekolah. Banyak di antara mereka masih memandang pengawas sebagai "penegak aturan" yang hanya datang untuk menemukan kekurangan atau kesalahan. Persepsi ini menciptakan rasa khawatir terhadap penilaian kinerja yang mereka anggap sebagai ancaman, bukan dukungan. Akibatnya, jarak komunikasi Semakin lebar, dan hubungan yang harmonis sulit terwujud, padahal hubungan yang baik antara pengawas, guru, dan kepala sekolah sangat penting untuk membangun budaya sekolah yang kolaboratif dan progresif.
4. Menghadirkan kreativitas dan inovasi di tengah rutinitas pembelajaran yang sudah lama terbentuk. Banyak guru masih terjebak dalam zona nyaman praktik konvensional, di mana metode pembelajaran tidak mengalami perubahan signifikan.
5. Budaya stagnasi ini diperburuk oleh minimnya dukungan terhadap ide-ide baru, sehingga dorongan untuk berinovasi sering kali terhambat.
6. Guru-guru binaan penulis kerap merasa tidak terdorong untuk mencoba pendekatan baru yang lebih kreatif dan relevan dengan kebutuhan siswa saat ini. Mengubah pola pikir ini menjadi prioritas utama dalam pendampingan penulis, agar sekolah-sekolah binaan dapat terus berkembang dan menciptakan pembelajaran yang lebih dinamis dan inspiratif.
Menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, sangat penting bagi penulis sebagai pengawas sekolah untuk terus beradaptasi dan mengembangkan kompetensi. Peran pengawas tidak hanya berfokus pada aspek teknis dan penerapan regulasi, tetapi juga harus memperhatikan aspek sosial dan emosional dalam pembelajaran. Penulis menyadari bahwa kebahagiaan guru dan kepala sekolah merupakan faktor kunci dalam menciptakan lingkungan sekolah yang dicita-citakan.
Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk memahami dinamika sosial yang ada di sekolah-sekolah binaan dan memastikan bahwa setiap guru dan kepala sekolah mendapatkan dukungan emosional yang memadai. Dengan mendorong keseimbangan emosional dan menciptakan suasana kerja yang positif, penulis percaya bahwa inovasi dalam pembelajaran akan lebih mudah diwujudkan.
Selain itu, penulis berusaha mendorong inovasi dan kreativitas di kalangan guru, sehingga mereka dapat terus berkembang dan berani mencoba pendekatan baru yang relevan dengan kebutuhan siswa. Memperkuat hubungan yang lebih baik dengan guru dan kepala sekolah merupakan prioritas penulis, karena dengan kolaborasi yang erat, kita dapat menciptakan pembelajaran yang lebih holistik tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kesejahteraan siswa serta tenaga pendidik.
C. AKSI NYATA YANG SUDAH DILAKUKAN
Aksi nyata yang sudah penulis lakukan dalam dedikasi untuk transformasi pembelajaran yaitu melalui filosofi keindahan alam yang tersaji di sekitar Curug Citambur yang mencerminkan proses pendampingan, tenang, mengalir, namun penuh kekuatan dan dampak yang signifikan. Maka penulis menggunakan "Pendampingan Citambur" sebagai judul praktik baik yang sudah penulis terapkan di sekolah binaan di kecamatan Pasirkuda ini.
Pendampingan “CITAMBUR” merupakan sebuah akronim, yaitu cermat dalam observasi, inovatif dalam pendekatan, terarah dalam tujuan, aktif dalam menjalankan tugas, mandiri dalam pelaksanaan, berdaya dalam menciptakan perubahan, unggul dalam kualitas, dan responsif terhadap perubahan dan kebutuhan.
Transformasi ini bukan sekadar soal implementasi metode baru, tetapi juga tentang bagaimana guru merasa didukung dalam proses mereka mengeksplorasi cara-cara baru untuk mengajar, sambil menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa. Prinsip yang penulis jalankan dalam pendampingan CITAMBUR, sebagai berikut:
1. Cermat
Pada tahun 2019, saat pertama kali penulis ditugaskan di sekolah Kecamatan Pasirkuda, penulis menemukan banyak hal, di antaranya bahwa pembelajaran masih dilakukan secara konvensional. Sebagian besar guru menerapkan metode mengajar yang hanya menyuruh siswa mencatat, menyimpulkan materi, dan mengerjakan tugas dari buku paket. Situasi ini menjadi tantangan bagi penulis untuk memulai perubahan.
Secara perlahan, penulis memberikan bimbingan dan pembinaan kepada para guru agar mereka mulai mengubah pola mengajar mereka. Pendekatan ini tidak langsung terlihat hasilnya, namun seiring berjalannya waktu, perubahan mulai terasa. Satu tahun, dua tahun, hingga akhirnya memasuki tahun keempat, para guru mulai membuka diri terhadap inovasi. Kolaborasi yang terjalin antara guru, kepala sekolah, dan pengawas dalam peningkatan dalam kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah terus dilakukan, sehingga umpan balik bisa diberikan relevan dan dapat diterapkan dengan baik.
2. Inovatif
Sejak tahun 2019, penulis menerapkan metode dan strategi kreatif untuk mendorong perubahan positif, baik dalam proses pembelajaran maupun manajemen sekolah. Ketika pandemi Covid-19 muncul pada tahun 2020, seluruh sekolah binaan penulis di Pasirkuda sudah menggunakan platform digital. Penulis mendampingi guru-guru untuk belajar tentang pemanfaatan Google Classroom, Google Form, Google Meet, Google Doc. dan Zoom Meeting. Respons dari para guru sangat cepat, sehingga pembelajaran jarak jauh dapat terus dilaksanakan tanpa hambatan berarti. Untuk siswa yang tidak memiliki handphone, kami melakukan pembelajaran “Gurujug” sesuai kearifan lokal Cianjur yaitu Guru Ngajugjug dalam Bahasa Indonesia artinya Guru Berkunjung, melakukan pembelajaran tatap muka di mushola, pos RT, atau pun di tempat yang sudah ditentukan oleh desa setempat. Kegiatan ini berlangsung hampir dua tahun berjalan dengan lancar, menunjukkan bahwa meskipun dalam kondisi sulit, kerjasama dan inovasi dapat menciptakan solusi yang efektif.
Transformasi ini tidak hanya membantu siswa untuk tetap mendapatkan pendidikan selama masa pandemi, tetapi juga memperkuat keterampilan digital para guru, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan pendidikan di era yang terus berkembang.
3. Terarah
Dengan mengikuti jadwal yang telah ditentukan, penulis bekerja sama dengan para guru dan kepala sekolah untuk mempelajari serta mempraktikkan pendekatan pembelajaran yang berpihak pada murid. Selama proses pendampingan, fokus utama penulis adalah membimbing para guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif, relevan, dan menarik bagi siswa. Kami bersama-sama mengeksplorasi strategi pengajaran yang mampu memotivasi siswa untuk lebih aktif terlibat dalam proses belajar.
Selain itu, kepala sekolah juga penulis bimbing untuk memimpin dan mengarahkan lingkungan sekolah agar mendukung terciptanya suasana belajar yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan setiap siswa. Keberhasilan pendampingan ini tidak hanya terletak pada teori dan konsep yang kami bahas, tetapi juga pada praktik langsung yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. penulis mendorong guru untuk melakukan inovasi dengan menggunakan metode yang lebih bervariasi, seperti pendekatan berbasis proyek, kolaborasi antar siswa, dan pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Setiap kegiatan yang penulis fasilitasi dilaksanakan dengan pengukuran yang jelas, sehingga dapat dipantau perkembangan dan hasilnya secara berkala.
Pendekatan yang sistematis ini juga menumbuhkan kepercayaan antara penulis sebagai pengawas dengan guru dan kepala sekolah. Mereka tidak hanya melihat pendampingan sebagai bentuk evaluasi, tetapi sebagai upaya kolaboratif untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah mereka. Para guru menjadi lebih termotivasi untuk mengembangkan kapasitas diri, dan kepala sekolah semakin bersemangat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan potensi siswa secara optimal.
4. Aktif
Penulis mengambil peran yang proaktif dalam membina dan mendampingi sekolah. Karena tugas pengawas bukan hanya mengawasi, tetapi juga membimbing dengan keterlibatan penuh dalam setiap proses yang terjadi di sekolah binaan. Kehadiran yang penuh makna, tidak sekadar formalitas, dapat menciptakan dampak positif yang nyata bagi kepala sekolah, guru, dan siswa.
Dalam pendampingan ini, penulis posisikan menjadi fasilitator yang membantu mengidentifikasi tantangan dan potensi yang ada di sekolah. Dengan memberikan solusi dan saran yang tepat sasaran, penulis terus mendorong peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, penulis menciptakan hubungan yang harmonis dan kolaboratif, di mana penulis bukanlah figur yang ditakuti, melainkan sebagai rekan yang siap memberikan dukungan dalam mengatasi masalah dan mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
5. Mandiri
Ppenulis sudah menjalankan tugas secara independen, dengan inisiatif yang tinggi dalam mengatasi berbagai tantangan yang muncul di lapangan. Penulis, sebagai pengawas tidak hanya menunggu instruksi, tetapi proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi sekolah binaan. Kemampuan yang penulis miliki untuk bekerja mandiri juga mencakup pengelolaan waktu yang efektif, fleksibilitas dalam menghadapi kondisi lapangan yang dinamis, serta kemampuan mengambil keputusan tepat berdasarkan data dan kondisi faktual.
Hal ini penulis lakukan secara mandiri, supaya lebih fokus pada kebutuhan khusus setiap sekolah, memperkuat kapasitas kepala sekolah dan guru dalam menerapkan inovasi pembelajaran. Melalui pelaksanaan tugas yang mandiri, penulis dapat menjaga kontinuitas pembinaan dan memastikan keberlanjutan program peningkatan mutu pendidikan.
6. Berdaya
Penulis melakukan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, penulis melakukan pemberdayaan guru dan kepala sekolah untuk menghadirkan inovasi dan perbaikan yang berkelanjutan dalam proses pembelajaran. Melalui pendampingan yang sudah jadwalkan, penulis mampu menggali potensi masing-masing guru dan kepala sekolah, mendorong mereka untuk berani mencoba metode pengajaran baru, serta memfasilitasi lingkungan yang kondusif bagi kreativitas dan eksperimen dalam pembelajaran di kelasnya.
7. Unggul
Pendampingan dalam penguasaan materi pembelajaran, selalu disisipkan pemahaman mendalam tentang kurikulum, serta kemampuan adaptif terhadap perubahan kebijakan dan teknologi. Guru dan kepala sekolah sisi kompetensinya terus diperbarui, yaitu dengan diberikannya bimbingan yang relevan dan efektif kepada guru dan kepala sekolah, dan memastikan setiap aspek pengelolaan dan pembelajaran berjalan optimal baik itu melalui pelatihan mandiri di PMM maupun kegiatan webinar, seminar, maupun bimtek.
8. Responsif
Pendampingan dilakukan secara relevan dan kontekstual, terus membantu mereka menghadapi tantangan baru dalam era kurikulum Merdeka dan era digital ini. Sehingga guru dan kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih fleksibel, inovatif, dan mampu memenuhi kebutuhan siswa secara optimal.
Di samping itu, penulis juga mengadakan bimbingan teknis yang inovatif, berkolaborasi dengan guru-guru untuk memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa masa kini.
D. RESULT DAN DAMPAK
1. Hasil
Hasilnya sangat menggembirakan. Sekolah binaan di daerah Citambur mengalami peningkatan baik dalam kualitas pembelajaran maupun semangat inovasi para gurunya. Pendampingan yang penulis lakukan secara konsisten dan berkelanjutan ini menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang solid dan komitmen yang kuat, perubahan positif dapat tercapai, dan pendidikan yang berpihak pada murid benar-benar dapat diwujudkan. Berikut hasil yang sudah dicapai selama pendampingan dari tahun 2019 – 2024:
a. Guru melek literasi digital
b. Guru melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid
c. Satu sekolah menjadi Sekolah Penggerak Angkatan 1
d. Rapor Pendidikan sebagai Perencanaan Berbasis Data (PBD) https://drive.google.com/file/d/1xFn5vu46LX_Zn0OoOINpFMyg7sAXDRXh/view?usp=sharing
e. Sekolah memiliki Komunitas Belajar yang sudah aktivasi di PMM, https://drive.google.com/file/d/1kVIeSxb9XBd6BPEk27whUui9NlOLAYn0/view?usp=sharing
f. Pengelolaan Kinerja guru/kepala sekolah di PMM katagori PKO nya rata-rata Baik. Pengelolaan Kinerja Guru oleh Kepala Sekolah
https://drive.google.com/file/d/1Zcm9v9Q42zzFxiAGT5ERzzLOIYDffKqs/view?usp=sharing
dan Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah oleh Pengawas sebagai Tim Kerja Disdikpora kabupaten Cianjur https://docs.google.com/document/d/1paSGeIZ8bu_cEQ-2Zpfkrat6iWTMikGh/edit?usp=sharing&ouid=108621859962138108460&rtpof=true&sd=true
2. Dampak
Dampak dari perubahan ini terlihat jelas dalam suasana sekolah yang menjadi lebih dinamis dan inspiratif. Para guru pun merespons dengan lebih antusias, tertarik mengikuti pendampingan yang kini lebih interaktif, mandiri, dan menyenangkan. Berikut penulis sampaikan dampak dari pendampingan yang sudah penulis lakukan selama lima tahun ini:
a. Dari tahun 2019 penulis support guru untuk mengikuti kuliah S1, Alhamdulillah 95%, satu orang sedang melanjutkan S2, dan satu orang sedang melanjutkan S3.
b. Satu guru SMP Negeri 2 Pasirkuda Pak Jaenal Mutaqin sudah memiliki penghasilan di atas 200 juta rupiah dari hasil ngonten di tiktok terkait materi yang penulis sampaikan kepada guru melalui pendampingan atau pembinaan. (https://www.tiktok.com/@jjent0?_t=8qDxmAgOGmK&_r=1)
c. Guru di SMPN 2 Pasirkuda khususnya sudah terbiasa melakukan asesmen menggunakan paltrofm digital.
d. Jumlah guru di Pasirkuda yang sedang diklat CGP sebanyak 8 orang
e. Jumlah guru di Pasirkuda yang sudah lulus menjadi Guru Penggerak (GP) sebanyak 4 orang
f. Guru lulus PPG Dalam Jabatan
g. Guru lulus PKG PJOK satu orang dan sekarang menjadi Fasilitator di Daerah Jawa Barat dan Daerah Khusus.
h. Guru lulus P3K sebanyak kurang lebih 20 orang.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar