Nuraeni

Nuraeni, Lahir di Bandung, 8 Oktober 1961, Pengawas SMP Disdikbud Kab.Cianjur Jawa Barat. Alumni FPOK IKIP Bandung Jurusan Pendidikan Olahraga. Memiliki suami, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Paspor dan Tas Merah
Sumber Gambar: Dokpri

Antara Paspor dan Tas Merah

Tas merah itu selalu menjadi sahabatku. Kulitnya yang lembut dan warna merah marunnya yang memikat seakan menyimpan sejuta kisah. Suatu hari, Emak tanpa sengaja memujinya, “Tasmu cantik sekali, Nak. Warnanya cerah sekali.” Aku hanya mengangguk kecil, tak menyangka di balik pujian sederhana itu tersimpan sebuah kerinduan kecil dari hati seorang ibu.

Pagi itu, Rabu, 12 Desember 2024, pukul 04.45, langkahku tergesa menuju bandara Soekarno-Hatta. Jantungku berdebar kencang, menanti petualangan baru sebagai delegasi Pengawas Indonesia. Namun, mimpi untuk menghadiri Konferensi Pengawas di Thailand seketika sirna. Saat petugas memeriksa paspor, dunia seakan berhenti berputar. “Maaf, paspornya ibu N sudah kadaluarsa,” ucap petugas dengan nada menyesal. Pak Y, ketua rombongan, dan juga teman-teman tampak terkejut.

Seketika, rasa putus asa menyelimuti. Tiket yang sudah dibeli terasa percuma. Dengan langkah gontai, sambil terus beristighfar, aku menghubungi anakku di Bandung. “Teh, tolong carikan paspor Mama yang baru, bekas dari Jepang itu.” Suara anakku terdengar cemas di ujung telepon. Waktu berlalu begitu lambat, dua jam sudah dicari keseluruh penjuru rumah, namun paspor itu tak kunjung ditemukan.

Dengan berat hati, aku memutuskan untuk pulang dulu ke Bandung. Aku mencari tiket perjalanan tercepat, namun semua travel jurusan Bandung baru tersedia pukul 06.15. Akhirnya, aku brli tiket dan kuputuskan untuk berangkat pukul 06.15.

Sambil menunggu keberangkatan yang hanya beberapa menit lagi. Tiba-tiba saja, ingatan tentang tas merah dan pujian Ibu terlintas di benakku. Segera aku menghubungi anakku lagi dan meminta anakku untuk memeriksa tas merah itu, “Teh, coba ambil tas merah yang tergantung di rak tas lantai dua. Berikan ke Emak, sampaikan tas merah ini untuk Emak besok kontrol ke rumah sakit. Sampaikan permohonan maaf, karena baru sempat diberikan hari ini.” Sambil terus berdoa, aku berharap ada keajaiban. Tak lama kemudian, telepon berdering. “Ma, paspornya ketemu! Ada di dalam tas cokelat, dekat dengan tas merah yang diberikan ke Emak.”

Syukur Alhamdulillah, saya sampaikan kepada ketua rombongan bahwa paspor ditemukan, selanjutnya karena tiket keberangkatan pagi hangus, maka saya dibelikan lagi tiket penerbangan pk. 19.00 WIB.

Dari kejadian ini, aku belajar bahwa kebahagiaan seorang ibu adalah segalanya. Keinginan kecil mereka pantas untuk kita penuhi. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk membahagiakan orang tua kita. Kejadian ini mengajarkan betapa pentingnya menghargai setiap permintaan orang tua. Kasih sayang seorang ibu adalah anugerah terindah yang tak ternilai.

Pesan moral: Kehilangan paspor adalah kerugian besar, namun pelajaran yang kudapat jauh lebih berharga. Cinta seorang ibu adalah anugerah terbesar yang tak ternilai. Mari kita selalu berusaha membahagiakan mereka selama kita masih bisa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post