Ini kisah kami di bulan ramadahan di tengah pandemi. salah seorang tetangga kami sedang berbincang dengan kami sepulang sholat subuh berjamaah di masjid. Beliau seorang pria paruh baya yang berhijrah dari lembah hitam dan berjuang hidup dalam cahaya-Nya. Pengaruh minuman di masa muda menyisakan fisik yang lemah sehingga tak lagi bisa bekerja seperti yang lainnya dan hidup sendiri di rumah seadanya. Pagi itu dalam guyonannya beliau bercerita kalo malam itu tak ada makanan untuk berbuka dan sahur. Sehingga dengan terpaksa meminta depan rumahnya. Malang baginya ketika waktu sahur nasi yang di sisakan basi sehingga tak bisa di makan. Beliau bercerita sambil tertawa seolah tak ada beban baginya. tapi tawa itu seperti belati menusuk jantung kami. Rosululloh pernah mengingatkan bukanlah orang beriman ketika dia kenyang tetapi membiarkan tetangganya kelaparan. Ampuni kami ya Allah, Maafkan kami ya rosululloh. Kisah di jamanmu ternyata di depan mata kami dan kami tak menyadarinya. Ibadah kami, puasa kami ternyata jauh dari makna hakikinya. Ijinkan kami berjuang memperbaikinya dan menuliskan ayat-ayat-Mu dalam hidup kami.