Setiap kali bertemu dengan kerabat dan teman-temannya bu Harjo selalu membanggakan kedua anak gadisnya tetapi tidak dengan anak bungsunya.

Si sulung bernama Cantika, seorang gadis cantik dengan bakat modeling yang luar biasa. Kemampuan dan postur tubuh yang nyaris sempurna telah membawanya berkeliling dunia bersama para desainer ternama. Si tengah, Selly, Seorang psikolog muda yang mumpuni di bidangnya. Selly juga seorang pembicara yang kerap diundang di seminar nasional maupun internasional. Sedangkan si bungsu bernama Sekar, gadis yang sederhana baik dari penampilan maupun kecerdasannya.

Pagi itu, datanglah Sekar membawakan secangkir teh panas dan bubur ayam hangat yang nampak sangat lezat serta obat yang harus diminum bu Harjo setiap pagi. Sekarlah yang menjaganya setiap hari. Dialah yang selalu ada setiap kali ibunya membutuhkan teman bercerita dan menemaninya kemanapun ibunya ingin pergi. Bu Harjo tersentak. Dia baru menyadari bahwa dia memiliki mutiara yang sangat indah di rumahnya. hadiah dari yang maha yang maha kuasa yang menemaninya dihari tua. Dipanggilnya Sekar supaya mendekat lalu dipeluknya dengan erat. Sambil menitikkan air mata dia bisikkan kalimat bahwa dia sangat bangga dan mencintainya. Dalam pelukan ibunya menitik air mata Sekar karena bahagia. Bertahun-tahun ia menunggu kalimat itu keluar dari bibir ibunya seperti yang sering ia dengar kepada kedua kakaknya.