Sudah pukul satu siang. Perut Asri melilit minta diisi tapi rasanya malas beranjak dari depan komputer. Ajakan makan siang Dona dan Meli setelah sholat duhur tadi ditolaknya. Nafsu makan hari ini entah kemana. Ketika sedang memeriksa satu lembar dokumen datang pak Agus salah seorang security membawakan sebuah kotak makan siang dan satu cup besar jus alpukat. “Mbak Asri ini ada kiriman makan siang dari teman mbak Asri,” kata pak Agus sebelum ditanya. “Dari siapa pak?” Tanya Asri. “Kok saya lupa nanya ya mbak,” jawab pak Agus sambil menepuk jidatnya sendiri. Tiba-tiba suara pesan masuk di hp Asri berbunyi. “Terima kasih buat tumpangannya hari ini”. Tahulah Asri dari siapa makan siang ini. “Terima kasih pak Agus. Yang mengirim nasi sudah memberi kabar,” ucap Asri sambil mengangguk kepada pak Agus. “Sama-sama mbak Asri. Saya permisi dulu,” jawab pak Agus sambil melangkah pergi.

Perlahan dimakannya nasi kiriman Dani karena perutnya sudah minta diisi dari tadi. Kembali suara pesan masuk berbunyi dibacanya sebuah pesan,” Kalau sudah kenyang jangan lupa baca hamdallah”. Asri tersenyum membaca pesan Dani tersebut. Sahabatnya ini memang sangat baik hatinya. Terlintas peristiwa waktu mereka kecil. Asri hampir tenggelam di empang pak Hasan tetangga mereka, tanpa berpikir panjang Dani melepas bajunya dan mengulurkan kepada Asri untuk berpegangan dan Dani menarik dengan sekuat tenaga. Asri merasa beruntung mempunyai sahabat seperti Dani. Sambil tersenyum diketiknya sebuah pesan untuk Dani “Aku berhutang makan siang. Kau boleh menagih kapan saja”.