“Itu yang sedang mengganggumu?” Tanya Dani pelan. Dia tak berani bertanya lebih jauh karena suara isak Asri mulai terdengar. Dia mengulurkan tisu dan ditatapnya Asri dengan rasa iba. Tak disangka perempuan yang sangat tegar inipun bisa tampak begitu rapuh dan lemah. Di usapnya punggung Asri dengan lembut mencoba menenangkan teman kecilnya yang tampak sangat terguncang. “Sudahlah. Jangan terlalu kau pikirkan. Kalau kau butuh teman berbagi kau boleh bercerita padaku kapan saja,” kata Dani mencoba menenangkan Asri. Perlahan dia menghentikan mobil di pinggir jalan. Dibukanya kaca mobil agar udara pagi dapat menerobos masuk. Asri menarik nafas dalam mencoba menenangkan diri. Harapan yang dia bangun kembali untuk terus bersama Iwan hancur berkeping-keping. Diusapnya air matanya dan ditatapnya Dani yang tampak cemas memperhatikannya. “Jangan khawatir Dan, aku tidak apa-apa,” ucapnya kepada Dani. “Kita jalan aja nanti kamu terlambat,” ujarnya lagi. “Kalau kau butuh teman bicara aku bisa batalkan janji dengan mahasiswaku,” Dani menawarkan diri. “Tidak usah. Aku juga ada janji dengan customer, tidak enak kalau aku batalkan, nanti kesannya aku tidak professional,” jawab Asri. Perlahan Dani kembali menjalankan mobilnya bersama pertanyaan yang berkecamuk dipikirannya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Asri.