CINTA RAHASIA ( 11 ) Tantangan 60 hari menulis, hari ke-1
Dani mengambil alih kemudi mobil. “Kita kemana,” Tanya Asri. “Kira-kira kemana ya? Mau tahu apa mau tahu banget?” ledek Dani. Asri memasang wajah cemberut. “Aku traktir kamu makan malam ini. Kita makan steak aja ya?” Tanya Dani. Asri hanya mengangguk saja. Sebetulnya Asri tak ingin makan tapi melihat kesungguhan Dani tak tega rasanya menolak. Sampailah mereka di sebuah restoran. Beraneka menu steak terpampang di dinding dengan suasana tempat yang nyaman. Beberapa mobil terparkir di halamannya. Begitu turun dari mobil dahi Asri berkerut. Sepertinya ia mengenali mobil yang terparkir di samping mobilnya. “Ini mobil Iwan,” kata Asri lirih. Rasa penasaran tiba-tiba datang menghampirinya. “Kamu yakin?” Tanya Dani. “Yakin sekali,” jawab Asri. “Aku mohon Asri jangan lakukan hal yang memalukan di sini ya,” pinta Dani.
Tanpa menjawab bergegas Asri masuk ke dalam restaoran itu. Dani bergegas mengikutinya. Dia khawatir Asri akan melampiaskan amarahnya di sini. Langkah Asri sejenak berhenti sambil matanya mencari sosok yang diharapkan.. Ternyata betul tebakannya. Dilihatnya Iwan sedang duduk berhadapan dengan gadis yang tadi pagi dilihatnya. Mereka memilih meja di sudut ruangan. Bahkan baju merekapun masih sama yang dipakai tadi pagi. Dengan tenang dihampirinya mereka berdua. Iwan tampak kaget melihat siapa yang datang. “Hai Iwan. Kamu di sini rupanya ?” tanya Asri setenang mungkin. “Ngapain kamu di sini?” Tanya Iwan dengan nada sinis. “Siapa dia mas Iwan?” Tanya gadis di hadapan Iwan. “Bukan siapa-siapa,” jawab Iwan datar. “Perkenalkan saya Asri. Saya adalah perempuan yang dia pacari selama dua tahun dan dia janjikan menikah tahun depan. Dia tidak bilang ya?” ujar Asri setenang mungkin. “Itu bohong,” jawab Iwan ketus. “Please Sofi jangan dengarkan dia. Seenaknya dia mengaku pacar,” lanjut Iwan. Rupanya perkataan Iwan sudah tidak didengar oleh Sofi. Diambilnya tasnya dan bergegas dia tinggalkan Iwan dengan wajah marah. Iwan sontak berdiri dan menatap Asri dengan tajam. “Kamu sudah gila,” umpat Iwan kepada Asri sebelum pergi mengejar Sofi. Asri berdiri mematung menatap lelaki yang disayanginya itu pergi. Amarah dan cemburu bercampur dan bergemuruh didalam hatinya. Mulutnya terkunci dan air mata mengalir di pipinya. Entah apa yang ia tangisi. Ia tak tahu lagi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantaap, tinggalkan saja iwan, cari yang baru, lanjutkan bu seru
Pokoknya ikuti terus bun
Jd penasaran....
Yuk
Keren
Terima kasih
Keren menewen
Terima kasih
Keren
Terima kasih
baguuus bangeet....
Terima kasih
baguuus bangeet....
Terima kasih
Hebat Bu ...
Terima kasih
Mungkin Iwan bukanlah lelaki yang terbaik...mantaaap..salam
Ikuti terus
Mantul bu...
Terima kasih
Mantul bu...
Mantul bu...
Mantul bu...
Mantap sudah sampai 11 lanjut..
Terima kasih. Pokoknya berjuang aja terus Bun hehehe
Terima kasih. Pokoknya berjuang aja terus Bun hehehe
Terima kasih. Pokoknya berjuang aja terus Bun hehehe
Mantap brlanjutkh diepisode slnjutx?
Insya Allah