Akibat Suka Obral Janji
Akibat Suka Obral Janji
Pentigraf edisi 9
Mas Yono suamiku hobinya obral janji. Apa pun yang kuminta tak pernah ditidakkannya. Semua dijawab dengan enteng. "Iya, nanti Mas beliin" "Iya, kamu yang sabar, ntar kalo Mas gajian kita beli ya, " Demikian juga halnya kalau kebetulan ia lagi nggak punya uang. Dipinjamnya uangku. Dan berjanji akan menggantinya. Namun, sampai hari ini tak satu pun janjinya ditepati. Kadang aku kesal sendiri menghadapi suamiku ini. Kebiasaannya ini bukan hanya pada aku istrinya. Pada ibuku ia juga begitu. Nggak ada segan-segannya. Pinjam uang lalu berjanji akan dibayar. Eh pas gajian, ada-ada saja alasannya. Kupikir hanya pada aku dan ibu saja ia suka mengobral janji. Ternyata dengan teman sekantornya ia juga begitu. Heran aku. Penyakit apa ini yang melanda Mas Yono.
Dua hari yang lalu aku ditelpon oleh temannya. Ia menagih hutang Mas Yono. Aku tak bisa berkata apa pun. Karena malu aku berjanji besok harinya akan melunasi hutang tersebut. Ketika kukasih tahu pada Mas Yono, dengan entengnya dia menjawab agar aku membayar dulu hutangnya itu. Ntar dapat bonus diganti katanya. Dan yang lebih membuat aku geram, uang yang dipinjam itu digunakannya untuk membeli hand phone baru. Dua hari lagi Mas Yono biasanya gajian. Aku coba merajuk agar besok kalau gajian uangku yang dipakainya diganti. Uang itu sengaja kusimpan sebagai biaya lahiran anak pertama kami. Seperti biasa dengan senyuman manisnya ia mengangguk tanda setuju. Lagian lahirankan masih lama katanya menguatkan. Namun, pas dihari gajian Mas Yono bikin alasan lagi. Uang kepake katanya. Besoknya ia malah beli baju baru, tanpa rasa bersalah sedikitpun dipamerkannya padaku. Aku kembali menahan hati karena uangku tak kembali. Tiba-tiba perutku terasa mules. Si jabang bayi sepertinya meronta pengen ke luar. Mungkin ikutan kesel sama Bapaknya yang selalu mengobral janji. Aku mengerang kesakitan. Mas Yono pun kelihatan panik. Ia pun segera membawaku ke klinik terdekat.
Sebelum ditangani dokter, ternyata harus bayar uang administrasi dulu. Mas Yono benar-benar panik. Uangnya tak cukup karena udah dibelikan ke baju. Akhirnya baju baru, handphone, dan BPKB motor diserahkan sebagai jaminan. Awalnya petugas klinik tidak bersedia menerima barang jaminan itu. Mas Yono pun memulai aksinya, menyusun kata-kata menjadi sebuah janji. siapa pun yang dimantrai janji Mas Yono dipastikan akan percaya. Maka jadilah hari itu seluruh kekayaan pribadi Mas Yono pindah tangan ke petugas klinik. Mas Yono pun cuma bisa garuk-garuk kepala, pada hal kepalanya nggak gatal. Meski dalam keadaan sakit aku hanya bisa tersenyum melihat action Mas Yono. Aku sengaja pura-pura nggak tahu. Padahal aku punya cukup uang di dompetku buat bayar biaya lahiran. 🌷🌷😂😂🌷🌷
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga kebiasaan buruk Mas Yono tak terulang lagi.