Menjadi Guru Baru
Judulnya jelas, ini cerita pengalaman pribadi yang baru meniti profesi sebagai seorang guru. Sebuah pergulatan ekspektasi dan realita yang mesti bermuara pada penyelesaian persoalan yang ditemui tiap hari. Sebab selalu ada gebrakan baru yang dilakukan siswa setiap harinya. Jika kita biasa bertemu siswa yang motivasi belajarnya rendah, tidak fokus belajar, anak yang terlalu dominan di kelas, atau bahkan anak yang tidak mengerjakan tugas, lalu bagaimana dengan anak yang bercandaannya memasukkan Biawak dalam baju temannya? ya, kamu sedang tidak salah membaca karena itu memang pernah terjadi. Kebayang dong kalau gurunya cuek saja.
Sebagai seorang guru baru, mungkin agak sulit membandingkan penerapan perbedaan kurikulum yang kerap berubah. Namun, tidak sulit memahami jika kebijakan efisiensi anggaran dan perubahan sektor pokok pendidikan yang beralih menjadi faktor pendukung demi penerapan kebijakan baru yang dipandang pesimis oleh banyak pihak.
Seperti ungkapan Tan Malaka, tujuan pendidikan itu tidak lain untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan. Dengan banyaknya hal-hal baru yang ditemui, sebagai pendidik yang masih seumur jagung ini, ada beberapa refleksi yang menjadi catatan.
Belajar dari Finlandia
Jika ingin berekspektasi, tidak berlebihan menempatkan Finlandia sebagai salah satu referensi negara dengan pendidikan terbaik. Tidak hanya sampai disana, dalam buku In Teachers We Trust, Pedoman Finlandia Untuk Menjadi Sekolah Bertaraf Dunia (2022) Finlandia juga pernah dinobatkan sebagai negara paling stabil di dunia, negara paling aman di dunia (World Economic Forum 2017) hingga negara dengan pemerintahan terbaik di dunia pada tahun 2018.
Jika dicermati, kurikulum merdeka yang sempat diberlakukan di Indonesia barangkali berupaya menciptkan iklim pembelajaran seperti di Finlandia, dengan meniadakan ujian nasional (UN) juga peringkat hasil, filosofi belajar yang memerdekakan, hingga pembelajaran berbasis proyek. Namun, banyak catatan dalam penerapannya sehingga dinilai kurikulum ini belum sepenuhnya berhasil diterapkan.
Meski seyogiyanya hasil pendidikan tidak bisa dilihat dalam jangka pendek, namun, dengan belajar dari keberhasilan Finlandia yang telah membangun ekosistem pendidikannya dalam rentang waktu yang panjang, faktor penunjang dari infrastruktur, hingga tenaga pendidiknya yang tidak main-main, membuat kita akan tersenyum getir jika membandingkannya dengan proses pendidikan dalam negeri. Tampaknya memang kita memerlukan waktu lebih panjang untuk menyelesaikan pemerataan pendidikan, kesejahteraan guru, serta fasilitas pendidikan yang mumpuni.
Refleksi Guru Baru
Sebagai guru baru, yang tidak hanya dibebani mengajar 24 jam tetapi juga menjadi wali kelas, guru piket (pengatur parkir), pembina ekskul dan pembimbing lomba, sebenarnya menjadi guru baru tidaklah terlalu menakutkan. Bingung itu pasti, semua manusia di muka Bumi ini bingug nanti enggak bingung kalau udah di Surga kata tweet Aldi Taher, tapi mari kita urai. Sebagai guru baru, melek kebijakan menjadi sebuah pijakan awal bagi seorang guru. Hal ini akan memudahkan kita dalam menjalankan tugas sebab tidak jarang seorang guru juga berhadapan dengan hukum dan politik kekuasaan. Selanjutnya, pandai menyesuaikan dan menempatkan diri. Memang bukan isapan jempol jika guru muda yang masih baru akan menjadi andalan, bukan hanya di dunia sekolah, korporasipun juga demikian. Tidak semua hal harus dilakukan, sistem yang baik memberikan kesempatan dan pembagian kerja yang jelas. Paling penting tidak semua urusan prbadi orang lain harus kita ikuti pembicaraannya, namun bukan berarti kita anti sosial, ya.
Barangkali yang selalu tidak berubah bahkan untuk guru manapun yaitu selalu ingin belajar sepanjang hayat. Menjadi pendidik bukan berarti serba tahu, ilmu pengetahuan selalu berkembang, manusia berinovasi dan teknologi selalu memunculkan sesuatu yang baru sehingga jika sebagai pendidik tidak berpedoman hal-hal tersebut, apakah yang kita ajarkan masih akan relevan?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar