MELINTAS WAKTU MENGHITUNG MENIT
"Mengajar sepenuh hati dan mendidik sepenuh jiwa" begitulah selayaknya prinsip menjadi seorang guru. Prinsip ini telah terpatri dalam sanubari semenjak saya diangkat menjadi guru 20 tahun yang lalu. Hingga tugas profesional ini saya jalani dengan "enjoy" penuh kenyamanan dalam membimbing dan melayani peserta didik. Hingga ide-ide kreatif bermunculan "dibenak" sang guru demi mencerdaskan anak bangsa.
Sebagai seorang guru PNS, sejumlah aturan-aturan dan displin guru wajib ditaati, apalagi sebagai guru profesional, tuntutan demi tuntutan mulai dari jam mengajar, kehadiran dan disiplin, gencar seolah "mengikat" kaki dan lengan guru. Hal ini bertujuan demi meningkatkan kualitas dan profesional guru. Salah satu contoh penerapan disiplin kehadiran guru dengan sistem penggunaan "scan finger" di sekolah kami.
Hadirnya sang "kotak kecil" yang disebut dengan scan finger tiga tahun terakhir ini, menitipkan pesan bahwa guru harus mempersiapkan diri setiap hari untuk hadir sebelum pukul 07.15 WIB menyetorkan ujung jarinya ke "kotak kecil "tersebut dan wajib melaporkan diri jika pulang kerumah dengan wajib scan pada pukul 15.00 WIB, setiap hari kerja mulai hari senin sampai dengan hari sabtu, kecuali hari jumat batas waktu scan pulang pukul 11.30 WIB dengan konsekwensi jika diluar batas waktu yang ditentukan sang guru ditegur dengan diberikan "surat cinta" (sebut saja surat peringatan). Jika satu menit saja sang guru terlambat scan finger, sang guru telah tercatat sebagai sang penerima "surat cinta" diakhir bulan.
Dilema mulai "menggerogoti" hari-hari sang guru. Tugas suci yang diemban bergeser menjadi sebuah tuntutan yang mengikat, Guru bukanlah manusia robot. Guru harus tampil prima. Guru harus selalu sehat. Guru tidak boleh izin, kecuali satu hari dalam sebulan. Guru harus siap membimbing dan menerima keluhan siswa. Guru harus mengajar profesional.
Pertanyaannya, apakah guru tidak punya keluarga? Jawabannya "tentu", selain profesinya sebagai guru, tentu guru juga seorang suami/istri dalam keluarganya. Punya anak yang menjadi tanggung jawabnya dan punya orang tua jika kedua orang tuanya masih hidup. Bagaimana cara memperpanjang waktu 24 jam menjadi 36 jam sehari, hingga tugas profesionalnya tidak membuat dia harus mengabaikan rumah tangganya.
Semoga para guru mampu menyikapi aturan kedinasan dengan tuntutannya sebagai seorang bagian penting dalam keluarga.
Selamat berjuang wahai sahabat guru. Jalani hari- hari sebagai amal sholehmu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ibu....
Ya…begitulah....guru harus ikhlas dalam bekerja.