Bulan Ramadhan merupakan bulan yang suci bagi umat islam. Pada bulan ini, umat islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa. Perintah untuk berpuasa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 183: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa". Tanggal 1 Ramadhan tahun ini jatuh pada tanggal 17 Mei 2018, secara serentak umat islam di Indonesia menjalankan ibadah puasa. Tidak terasa sekarang sudah memasuki puasa ke-29. Ramadhan akan segera usai dan meningalkan kita semua. Yang jadi pertanyaan, makna apa yang kita dapatkan di bulan Ramadhan? Mari kita merenung sejenak.

Pertama, kita harus bersyukur. Bersyukur karena tahun ini kita masih dipertemukan dengan bulan suci ramadhan. Ramadhan pasti datang tiap tahun, tapi apakah pasti kita akan akan bertemu Ramadhan di tahun depan? Hanya Allah SWT yang tahu. Ketika banyak saudara muslim kita yang berhalangan puasa karena sakit ataupun terkena musibah seperti di Syuriah, dll. Kita disini dan pada hari ini masih diberikan nikmat sehat dan kesempatan sehingga bisa berpuasa tanpa ada halangan sedikitpun. Semoga ibadah puasa yang kita jalankan mendapat berkah.

Ke-dua, mari kita tingkatkan iman dan taqwa. Bulan ramadhan merupakan kekhususan terhadap umat Rasulullah SAW, yang tidak diberikan kepada umat-umat terdahulu. Salah satu keistimewaannya adalah adanya Lailatul Qadar atau malam kemuliaan. Sesungguhnya Allah mengkaruniakan Lailatul Qadar hanya untuk umat Nabi Muhammad SAW. Pada malam ini semua amal dilipatgandakan menjadi lebih baik dari seribu bulan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Qadr ayat 1-5: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar. Dan tahukah kamu, apakah malam lailatul qadar itu? Malam lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar”. Semua ibadah yang kita kerjakan di bulan Ramadhan ini harus didasari dengan niat ikhlas dan karena Allah SWT.

Ke-tiga, marilah kita bermuhasabah atau instropeksi diri. Apakah setelah ramadhan ini berakhir, kita bertambah baik atau malah sebaliknya. Puasa yang kita kerjakan selama 1 bulan penuh ditambah dengan tadarus merupakan wujud dimensi ibadah atau dimensi ritual. Dan puncaknya adalah dimensi spiritual. Setelah ramadhan usai, semua kebaikan harus teraktualisasikan dalam hubungan dengan Allah (hablum minallah), dan juga hubungan dengan manusia (hablum minannas) serta hubungan dengan lingkungan atau alam (hablum minal alam). Ali Bin Abi Thalib pernah berkata, “Dia yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudara dalam kemanusiaan”. Apalagi terhadap sesama muslim, dijelaskan bahwa “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya” (H.R. Bukhari Muslim). Semoga kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa dengan senantiasa menjaga pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Mengakhiri tulisan ini, penulis berharap semoga tahun depan kita masih dipertemukan lagi dengan bulan suci ramadhan. Puasa di bulan ramadhan merupakan momen untuk mengembalikan diri manusia pada posisi fitrah (kesucian). Marhaban Ya Ramadhan... Selamat Menyambut Hari Raya Idul FitriBojonegoro, 14 Juni 2018(29 Ramadhan 1439 H) (Mohon kritik dan masukan kalau ada kesalahan kata-kata, demi kebaikan dan ilmu yang bermanfaat. NAN)