NOPI MIRNAWATI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sekolah sambil mencari uang

Mengenyam pendidikan bukanlah hal yang penting menurut pemikiran sebagian orang, apalagi untuk perempuan banyak yang bilang “untuk apa sekolah toh pada akhirnya perempuan hanya akan menjadi seorang istri dan melayani suaminya?”. Memang tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan, namun apakah salah jika seorang perempuan yang hanya seorang ibu rumah tangga memiliki pendidikan yang tinggi?

Semenjak SMP saya senang pelajaran matematika, hal ini karena guru matematika dan wali kelas saya. Beliau adalah Ibu Ati Rosmiati yang sekarang sudah menjadi kepala sekolah di SMP PGRI Sindangkerta. Cara menjelaskan dan gesture beliau saat menjelaskan sangat menyenangkan sehingga membuat anak-anak terhipnotis dan hanya memperhatikan beliau. Sehingga saya bercita-cita ingin menjadi guru matematika.

Perjalanan untuk menggapai cita-cita saya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ketika ingin melanjutkan ke jenjang SMA keinginan saya ditentang oleh Bapak. Bapak selalu bilang jika saya melanjutkan sekolah biayanya darimana apalagi kakak juga sedang menjalani kuliah. Namun, hal ini tidak membuat saya kecewa karena masih ada kakak dan mamah yang mendukung. Kakak selalu bilang padaa saya daftar aja dulu sekolah nanti biayanya biar kakak dan mamah yang pikirkan (kebetulan pada saat kuliah kakak mendapatkan beasiswa). Akhirnya saya mendaftar ke SMA plus Cisarua yang sekolahnya gratis, saya berharap bisa diterima disana untuk meringkan biaya orang tua karena pada saat SMP prestasi saya bisa dibilang bagus. Setelah satu minggu mendaftar belum juga ada konfirmasi dari pihak SMA plus apakah saya diterima atau tidak, akhirnya saya tanyakan langsung pada pihak panitia dan ternyata persyaratan yang saya serahkan untuk ke SMA plus tidak diberikan oleh guru SMP. Pada saat itu saya merasa sangat sedih dan kecewa, namun apa daya mungkin SMA plus bukan rezeki. Akhirnya saya kembali mendaftar di SMAN 1 Padalarang dan singkat cerita saya diterima disana. Awalnya Bapak kurang setuju saya sekolah di SMAN 1 Padalarang karena biayanya yang lumayan, namun seiring berjalannya waktu dan melihat kesungguhan dalam menggapai cita-cita Bapak akhirnya menyetujui.

Selama 1 tahun saya pulang pergi dari rumah kesekolah naik angkot ungu (jika belanja kepasar Padalarang pasti anda akan melihat angkot ungu jurusan Pangheotan). Berangkat jam 5 pagi kadang pulang kerumah jam 6 malam karena menunggu angkot penuh terlebih dahulu kalau angkot tidak penuh maka angkot tidak mau berangkat. Selama 1 tahun saya menjalani hal seperti itu. Ditahun kedua saya menginap dirumah uwa di Cijengjing, dengan jarak yang lebih dekat saya berharap waktu untuk belajar lebih banyak. Dan ternyata memang benar waktu untuk belajar lebih banyak dan efektif.

Selama tinggal dirumah uwa saya selalu dibekali nasi dan jajanan SD, kebetulan uwa berjualan didepan SD Kertamulya 1&2. Bermula dari bekallah teman-teman ada yang memesan jajanan yang saya bawa. Awalnya saya hanya membawa jajanan yang dipesan saja namun penjualannya ternyata meningkat terkadang orang yang tidak pesan ingin membeli jualan saya. Akhirnya saya meminta ijin kepada wali kelas untuk berjualan dan Alhamdulillah mendapatkan ijin. Pertama jualan saya membawa 1 keresek kecil berisi makanan ringan. Berlanjut jualan saya ditambah dengan gorengan. Ada bala-bala, jamur krispi, dan cireng. Yang menjadi favorit waktu itu adalah jamur krispi. Dari hasil penjualan setiap hari saya bisa mendapat keuntungan Rp.5000,- sampai Rp.10.000,-. Uangnya sebagian saya tabung dan sebagian lagi untuk jajan.

Selama berjualan tidak ada kendala yang begitu sulit. Namun pernah satu kali saya berjualan ke anak IPS dan salah seorang pernah berkata “kamu mau jualan atau sekolah?” kemudian saya jawab “saya sekolah sambil jualan,memang kenapa? Apakah saya merugikan kamu?”. Dia tidak menjawab lagi. Saya terkadang kesal dengan pertanyaan seperti itu. Saya tidak seperti mereka yang ketika ingin sesuatu tinggal minta pada orangtua sedangkan saya harus berusaha terlebih dahulu. Saya selalu berpikir selama aktivitas jualan tidak mengganggu prestasi, kenapa tidak? Toh dengan jualan bisa meringkan beban orangtua. Saya buktikan selama sekolah saya selalu masuk kelas unggulan,masuk 5 besar, dan mengikuti olimpiade.

Alhamdulillah dengan jualan yang saya lebih dikenal oleh teman dan guru serta dapat membiayai study tour sendiri. Segala yang saya dapatkan tidak lepas dari usaha, doa, dukungan teman, dan keluarga. Begitulah pengalaman selama SMA, semoga dapat meninspirasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, Bu!

04 Jun
Balas

Hebat, semangat nya luar biasa Lanjutkan menulisnya, kita saling berbagi inspirasi yah

04 Jun
Balas

Bisa jadi motivasi tuh bagi anak didik kita.

04 Jun
Balas

semangat berkarya, Bu..!

04 Jun
Balas

Mantaps...

04 Jun
Balas



search

New Post