Retako

"Rabun membaca, lumpuh menulis."

Kabut asap yang menutupi bumi pertiwi mulai menipis. Masker yang biasa menjadi senjata sudah mulai ditinggal dan siap menjadi mantan.

"Belum move on, Uni?" Tanya cincin belah rotan di jari manisku.

"Sudah, cuma sesekali masih rindu."

"Rindu itu berat lo, Uni takkan kuat. Biar aku aja."

"Eitsss... romantis juga lho?"

"Si manis gitu," dengan senyum lebarnya.

Aku biarkan cincin dengan senyuman sumringahnya. Kemudian melangkah menuju kelas MGMP.

Dari luar sudah tampak pemateri menatap gawainya dengan serius.

"Aduhhh, terlambat nih," ucapku dalam hati.

"Belum, Uni. Ketua kan semobil dengan kita," sanggah rempeyek dalam kresek.

"O iya. Lupa dah," sambil menepuk jidad.

"Oiii... sakit tau," jidat mengaduh kesakitan.

"Maaf, maaf, tak sengaja."

Aku terus masuk menuju kursi yang masih kosong. Deret ketiga dari depan. Tepat di depan kipas angin. Ambohaiii...ademmm...

Bapak Mulyadi sebagai pemateri mulai pasang kuda-kuda. Menyebar materi literasi.

"Uni mau belajar silat?" Tanya ikat rambut dari balik jilbab.

"Iya. Belajar silat lidah."

"Upsss... Emang ada?"

"Ada dong. Makanya jangan sembunyi terus. Sesekali liat dunia lahhh."

"Ashiaaaap."

"Mengapa kita?" Pak Muyadi melempar gambar animasi ke layar lebar. Mulut monyong dan matanya bergerak liar.

"Kita, kamu kaliii," aku menjawab sendiri dalam hati.

"Husttt... sama guru sopan napa," sebuah suara mencubitku.

"Ya ya..."

Materi terus berlanjut. Peserta manggut-manggut. Namun ada yang sudah mulai gerah. Selain panas cacing perut pun mulai beraksi.

Kulirik jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 11.42. Pantesan ribut, sudah waktunya minta diisi.

Slide di layar depan udah mulai mendekati finis. Pembelajaran hari ini ditutup dengan sebuah kata. "Retako."

"???"

Belum sempat bertanya, pemateri sudah memberikan jawaban.

Rekam

Tayang

Komen

"Maksudnya?"

ATM

"Makin bingung aku?"

"Bingung kok dipelihara."

😁😁😁

#bahagiadenganmenulis

#menulisitusedekah