NITA MARTIANA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Deandra

Deandra

Oleh : Nita Martiana

Dendra Anastasya. Gadis 18 tahun yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas itu kini bekerja sebagai pelayan di salah satu cafe terkenal di daerahnya. Gadis cantik berambut hitam panjang sebahu itu selalu terlihat semangat seakan-akan stok tenaganya tidak pernah habis. Setelah mengantarkan pesanan pelanggan, Deandra duduk di dekat meja kasir sembari menatap ke sudut kanan cafe tempatnya bekerja. Di sana terlihat beberapa orang mahasiswa yang tengah bercengkrama dengan asiknya. Ia sempat menghayal andai saja ia bisa kuliah.

Mahasiswa. Salah satu keinginan Deandra sejak dulu. Tapi apa daya, Deandra tidak memiliki biaya untuk kuliah. Selain itu, jikalaupun Deandra dapat beasiswa, ia takut meninggalkan ibunya sendirian di kampung yang kini sudah sakit-sakitan dan tidak bisa bekerja. Ya. Deandra anak tunggal. Ayahnya pun sudah meninggal 6 tahun yang lalu karena kecelakaan kerja.

Aahh.. sudahlah. Begini saja juga sudah cukup. Deandra tetap bersyukur. Merawat ibu dapat pahala, bukan? dan ini juga sudah menjadi tanggung jawab dan kewajibannya sebagai anak berbakti kepada orang tua.

“Deandra...semangat!” teriak Deandra untuk menyemangati dirinya sendiri. Tanpa sadar suaranya didengar oleh pengunjung cafe. Sadar semua mata tertuju padanya, Deanndra membungkuk sambil mengucapkan maaf dan ngacir dari hadapan belasan mata yang menatapnya.

17.23 WIB. Deandra sampai di rumah sederhana namun penuh kehangatan miliknya. Seperti biasa, sesampainya di rumah Deandra langsung mencari ibunya. Namun nihil. Wanita yang mengasihinya dengan penuh kelembutan itu tidak berada di rumah. Bergegas Deandra pergi ke rumah Bu Atun, tetangga yang sangat akrab dengan keluarganya.

“Deandra, kamu baru pulang kerja?” Tanya Pak Kardi suami Bu Atun

“Iya, Pak. Maaf Pak. Bapak liat Ibu saya tidak? Soalnya Ibu tidak ada di rumah,” tanya Deandra yang masih setia dengan senyuman di bibirnya meski rasa cemas bersarang di hatinya.

“Mmmm.. begini. Tadi ibu kamu jatuh di kamar mandi. Tapi tadi sudah diantar istri saya ke puskesmas. Mungkin sebentar lagi pulang. Kamu jangan cemas ya. Mudah-mudahan Ibu kamu baik-baik saja”, jelas Pak Kardi panjang lebar dan menatap prihatin kepada Deandra.

Belum hilang rasa terkejutnya, Deandra melihat ambulance memasuki pekarangan rumahnya. tanpa pikir panjang, Deandra berlari dengan rasa sesak yang sudah memenuhi dadanya.

Ambulance berhenti. Deandra melihat Bu Atun keluar dari ambulance dengan wajah yang basah karena air mata.

Deandra terpaku. Tak mampu lagi melangkahkan kakinya untuk melihat siapa yang tengah berada di dalam ambulance tersebut. Pikiran buruk menguasai Deandra. Tak lama berselang, terlihat beberapa orang warga membantu petugas medis membawa seseorang yang sudah terbujur kaku dengan kain panjang menutupi tubuhnya.

Air mata Deandra jatuh dengan deras.

“Deandra.....”, panggil Bu Atun sambil memeluk Deandra dengan erat.

“Bu... itu siapa ? mengapa mereka membarwanya ke rumah Deandra?”

“Kamu yang sabar ya, nak. Ibu kamu sudah sehat. Udah nggak ngerasain sakit lagi”

Tubuh Deandra pun luruh ke tanah. Beberapa orang warga memapah Deandra untuk masuk ke dalam rumah.

Di samping tubuh pucat ibunya. Deandra melepaskan tangis tanpa suara. Sesekali Deandra menyampaikan keinginan besarnya untuk membahagiakan Ibunya tercinta. Namun apalah daya. Tuhan lebih sayang ibunya.

“Bu... Deandra ikhlas Ibu pergi. Tapi mengapa secepat ini, Bu. Deandra sangat membutuhkan Ibu. Ibu penyemangat Dea. Ibu yang slalu ngertiin Dea. Ibu yang membuat Dea kuat.” Lirih Deandra yang membuat pilu siapapun yang mendengarnya.

Tiga bulan berlalu sejak kepergian Ibu. Kini Deandra tinggal sendiri di rumah peninggalan orangtuanya.

“Bu... Dea sayang Ibu. Tunggu Dea di surga ya. Bantu kuatkan Dea dari sana. Bu, Dea dapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah. Dea ambil ya, Bu. Dea mau wujudkan keinginan Ibu untuk melihat Dea menyandang gelar sarjana. Maaf karena setelah kepergian Ibu Dea baru bisa wujudkan salah satu impian kita. Doakan Dea ya, Bu. Ibu slalu ada bersama Dea. Dea slalu mendoakan Ibu di sini. Selamat malam, Bu. Semoga kita bertemu dalam mimpi. Dea rindu Ibu”. Lirih Deandra sambil memeluk foto dirinya bersama Ibu tercinta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post