Sebagian siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia tidaklah penting. Katanya, “Mengapa belajar bahasa Indonesia? Kita ‘kan orang Indonesia. Mudah sekali itu.” Begitulah kira-kira lontaran kata yang cukup membuat saya kecewa sebagai pendidik pemula.

Selaku mantan mahasiswa yang merasakan bagaimana rumitnya tata bahasa Indonesia, cukup miris rasanya mendengar penuturan siswa yang menganggap enteng mata pelajaran ini. Tapi ‘tak apa. Mereka siswa saya. Sudah menjadi tugas saya memberikan pemahaman dan mendidik mereka.

Selama mengajar, saya menerapkan hal-hal sederhana dalam menulis. Mereka yang selama ini terlatih menulis sesuka hati dengan menyingkat penulisan sebuah kata, selalu saya koreksi dengan melingkar kata yang penulisannya disingkat tersebut. Alhasil, catatan mereka penuh dengan lingkaran tinta berwarna merah dari saya.

Selang beberapa kali pertemuan, mereka mengaku kalah. Dengan gaya angkat tangan tanda menyerah dan pasrah, mereka berkata, “Ternyata Bahasa Indonesia ini rumit ya, Bu. Tulisan disingkat saja dipermasalahkan. Salah letak tanda baca saja, bisa berubah makna.”

Saya tersenyum puas. Secara tidak langsung, saya berhasil mematahkan opini mereka tentang mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal baiknya lagi, mereka selalu berhati-hati dalam menulis dan berusaha sebaik mungkin agar menulis sesuai aturan.

Percayalah, Nak. Bahasa Indonesia ‘bukan ini ibu Budi saja’. Belajarlah menghargai sesuatu. Saat itu kau lakukan, maka hal-hal baik akan berdatangan.