NiningNuriani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Penilaian otentik dalam FDS

Penilaian otentik dalam FDS

Para guru dan orang tua beranggapan full day schooling yang dicanangkan MenDikBud mengharuskan anak didik berada di sekolah seharian. Padahal sebagai orang tua mereka juga berkewajiban dan memiliki tanggungjawab atas pendidikan non formal anak-anaknya. Contohnya pendidikan karakter yang dapat dimulai pembiasaannya pada tingkat keluarga lebih dahulu yang jamak disebut Family Education . berikutnya karakter bisa terbentuk dari pergaulan teman sebaya ( peer group), lingkungan masyarakat di sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Jika belajar aktif merujuk pada aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa melakukan berbagai hal dan berpikir tentang apa yang dilakukannya (Ahmad Baedowi : 54,2013) maka penekanannya ada pada proses pendidikan ( education ) bukan persekolahan ( schooling ) jadi esensi belajar bukan seperangkat kegiatan panjang namun lebih merupakan suatu sikap yang mesti diambil baik oleh guru , siswa maupun sekolah untuk menjadikan pembelajaran efektif dengan tehnik yang dirancang sedemikian rupa agar waktu yang tersedia dilalui siswa secara berkualitas.

Sungguh amat disesalkan jika pemerintah dalam hal ini MenDikBud mendisain full day schooling karena menduga bahwa sekolah selain tempat mendidik dan belajar dapat diposisikan juga sebagai “sangkar” penitipan anak-anak dari para orang tua yang sibuk bekerja. Bagi sekolah yang berorientasi profit dengan alasan pemberdayaan masyarakat hal ini dapat dijadikan dalih merencanakan pembiayaan atas program tersebut sekaligus membantu masyarakat khususnya kalangan orangtua yang bekerja dalam mengawasi putra-putrinya.

Program full day schooling bisa dikatakan berjalan efektif bila sekolah dapat berfungsi sebagai tempat praktik terhadap teori yang diperoleh peserta didik di kelas dan merefleksikannya, semisal tersedianya lahan pertanian untuk mempraktikkan bagaimana menumbuhkan padi, membuatnya menjadi beras dan mengolahnya menjadi nasi. Begitu juga di bidang peternakan, tersedianya kolam ikan untuk belajar pembibitan hingga penangkaran untuk dikonsumsi, seperti ayam, bebek, domba, dan sejenisnya. Atau tersedianya lahan penelitian untuk riset sederhana siswa untuk pengujian temuan yang sifatnya produktif,aplikatif, futuristik yang banyak terserak di lingkungan masyarakat. Begitupun dengan perpustakaannya yang senantiasa menyediakan refrensi melimpah demi menunjang kegiatan-kegiatan tersebut. Saya membayangkan betapa bahagianya para siswa kita, mereka belajar menjadi profesional yang dikendaki sesuai bakatnya,bersuka cita menjawab ketidak tahuan maupun keingin-tahuannya . Dengan praktik, peserta didik mengelola pengetahuan yang diperolehnya baik dari guru, teks buku pelajaran bahkan teks digital di gawai android yang gencar menerabas dan merampas waktu anak didik kita.

Pada akhirnya program full day schooling mengiringi sekaligus melekat dan terbangun intim dengan sifat dan konten pembelajaran yang dilaksanakan secara terintegrasi oleh sekolah demi mencapai kompetensi sikap , pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dalam kurikulum. Maslow ( Kompas :1 Sept 2016) menyatakan self-esteem adalah kebutuhan manusiawi yang menuntut pemenuhan dan kepuasan yang lebih tinggi nilainya. Dorongan pemenuhan diri merupakan kekuatan internal luar biasa untuk meraih sesuatu. Dalam hal ini kaitannya dengan praktik yang dilakukan siswa di atas, dapat mendorong , memacu siswa untuk meningkatkan prestasi keberhasilan dari apa yang sudah diusahakan agar maksimal ketercapaiannya. Disamping juga bahwa sekolah mencerminkan sebuah mozaik yang indah penuh warna oleh kegiatan praktik pembelajaran yang alamiah yang memang dibutuhkan di masyarakat. Selain itu manfaat praktis dari kegiatan program full day schooling jika berbasis praktik sekaligus dapat menjadi momen efektif untuk membangun karakter jujur, religius, toleransi dan bertanggungjawab peserta didik. Sehingga kita terhindar dari fenomena full time di sekolah yang sedang mengemuka pada akhirnya hanya sebatas kebijakan semu ibarat pepesan kosong tanpa rutinitas kegiatan yang tersusun dan berkualitas.

Idealnya program full day schooling menjadi wadah bagi pembentukan dan pengembangan tiga kompetensi inti peserta didik. Bandingkan dengan Kurikulum sekolah yang hanya menekankan pada pencapaian aspek kognitif saja. Disadari atau tidak hal ini hanya membentuk cara berpikir yang melulu konvergen , tidak kreatif, tidak alternatif , dan tertutup melihat kebenaran dari “hal yang lain “ pada diri peserta didik.

Pertanyaannya kemudian adalah dimanakah seharusnya guru selama pelaksanaan program full day schooling . Apakah guru tetap menjadi aktor utama dalam memfasilitasi kegiatan tersebut jika jawabannya ya, sudahkah pemerintah menyukupi fasilitas sekolah, memperhitungkan tambahan gaji jika ini dapat dikatakan setara lembur kerja, atau birokrasi yang menangani guru juga sudah memahami, terbuka, membantu dan tak menyebalkan dalam administrasi dan sederet aspek lain yang terkait dengan para orang tua ??. Jika program full day schooling dapat dikatakan wadah mencari pemaknaaan belajar dalam arti yang lebih luas dalam kehidupan ini apakah guru siap mental memperbarui keterampilan yang harus ditambahkannya, memperbarui konsep bagaimana menjadi guru berkualitas plus. Persoalan-persoalan yang menyangkut profesi guru saja sampai hari ini masih meninggalkan masalah, kapan guru harus mengoreksi, menganalisis hasil belajar, dievaluasi kerjanya dengan benar dan menulis.

Saya teringat program bapak wakil presiden JK bahwa proses pendidikan yang lebih berpegaruh kepada kepribadian peserta didik adalah lingkungan di rumah atau keluarganya sehingga beliau memiliki kecerdasan emosi yang luar biasa dalam menerima kekalahan. Banyak rakyat yang tidak memungkiri bagaimana sikap “Negerawannya” pak JK, beliau berjiwa besar, polos, anti hipokrit dan tegas. Jadi jelas proses pendidikan bukan hanya urusan persekolahan saja , namun tingkat partisipasi dan kedewasaan masyarakat dalam hal ini keluarga turut berperan mencetak pribadi peserta didik dengan mental dan karakter mulia.

Jadi masihkan kita ngeyel penerapan program full day schooling jika kenyataannya kondisi sekolah tak mendukung keberlangsungannya maka untuk siapa program itu sesungguhnya ? maaf anak didik bukan kelinci percobaan !

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

monggo...

06 Mar
Balas

Luar biasa, tulisan yang menginspirasi ibu. Ijin share...

01 Mar
Balas

subhaanalloh,,I like this.. love u ibu. salam kenal

14 Mar
Balas

Mantab Bunda Nining, dan nanti per Juli 2017 apa yang Bunda katakan akan menjadi kenyataan. Selamat sekali lagi buat Bunda Nining

18 Apr
Balas

Mantab Bunda Nining, dan nanti per Juli 2017 apa yang Bunda katakan akan menjadi kenyataan. Selamat sekali lagi buat Bunda Nining

18 Apr
Balas



search

New Post