Belajar Memahami Anak Tunanetra
Tantangan hari ke-70
Belajar Memahami Anak Tunanetra
Memiliki anak berkebutuhan khusus bukanlah keinginan setiap orang tua. Hal itu juga pastilah bukan doa yang kita panjatkan padaNYA. Namun memiliki anak berkebutuhan khusus adalah anugerah yang patut kita syukuri bagaimana pun keadaannya. Sebagai seorang guru yang memiliki siswa berkebutuhan khusus semestinya juga bisa bersikap seperti itu. Kita harus membuka hati kita untuk menerima bagaimana pun keadaannya. Proses selanjutnya adalah bagaimana upaya kita untuk dapat melayani kebutuhan sesuai hambatan yang dimiliki anak tersebut. Memanjakan atau selalu memenuhi setiap kebutuhannya justru malah membuat anak tidak mandiri. Kita harus mempelajari teknik atau cara untuk melayani kebutuhannya agar dapat mandiri.
Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai guru yang memiliki anak berkebutuhan khusus terutama yang memiliki hambatan dalam penglihatan (tunanetra).
Ada dua hal utama yang harus kita lakukan sebagai guru yang memiliki siswa tunanetra, yaitu:
v Memberdayakan secara maksimal indra-indra lain yang masih berfungsi dengan baik untuk mengimbangi hambatan yang berasal dari penglihatannya.
v Memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan hambatan penglihatan siswa kita.
Guru harus menggunakan indra pendengar, pengecap dan pembau saat menyampaikan pelajaran. Semaksimal mungkin menggunakan kesempatan mengajar menggunakan indra-indra tersebut tidak membatasi perintah dengan satu cara tertentu saja tetapi kombinasi dari indra-indra tersebut sehingga penjelasan yang di sampaikan oleh guru lebih mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Pemanfaatan indra yang masih berfungsi secara optimal dan terpadu merupakan pemegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan belajarnya.
Guru harus menguasai teknik pembelajaran yang umum dilakukan pada anak-anak yang normal kemudian menganalisa komponen-komponen mana yang harus diubah disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memiliki hambatan tersebut.
Ada beberapa prinsip dalam pembelajaran anak tunanetra, diantaranya adalah:
Ø Prinsip Individual
Dalam prinsip ini guru harus dapat memperhatikan adanya perbedaan antara siswa yang mengalami kebutaan total dengan anak low vision. Sehingga rancangan strategi pembelajaran yang dibuat juga harus disesuaikan dengan perbedaan tersebut.
Ø Prinsp Pengalaman Keindraan
Pada prinsip ini guru harus menyediakan komponen alat atau media pembelajaran serta lingkungan belajar yang relevan. Hal ini dimaksudkan agar anak dapat memperoleh pengalaman secara nyata dari apa yang dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung terhadap situasi atau objek yang dipelajari.
Ø Prinsip Totalitas
Dalam prinsip ini guru harus mendorong siswa untuk melibatkan semua indra yang dimiliki secara terpadu dalam memahami sebuah konsep. Pembelajaran yang dilakukan harus memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman obyek atau situasi secara utuh.
Ø Prinsip Aktivitas Mandiri
Pada prinsip ini guru hanya sebagai fasilitator yang memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan minat siswa untuk mau belajar. Pembalajaran harus dapat mendorong anak tunanetra untuk belajar secara aktif dan mandiri.
Semoga melalui tulisan ini kita akan dapat memberikan layanan yang baik terhadap siswa yang memiliki hambatan penglihatan agar ia dapat tumbuh optimal dan mandiri.
Bondowoso, 29/03/2020#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap
Terimakasih