TAK JODOH

Oleh : Nina Dewantari

#TantanganGurusianake182

#puisi

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun". Sayup kudengar pengumuman kematian dari toa mushola kampungku. Berturut-turut kabar duka menghampiri kami sejak pandemi.

Para tetangga kami yang sudah lanjut usia atau memiliki sakit sejak lama telah berpulang. Ah, masa pandemi covid memang membuat orang lebih cemas ketika ada berita kematian. Namun siapa kali ini yang meninggal.

Sepertinya tidak ada yang sedang sakit. Ibu terburu-buru berlari masuk ke rumah. Berganti baju dan mengambil kerudung. Bergegas mengambil beras di tempat penyimpanan untuk dibawa takziah.

"Bu, siapa yang meninggal?" tanyaku. Ibu tergesa menjawab "Itu yang rumahnya cat hijau diujung desa, yang jadi guru." jawab ibu sedih.

Seketika hatiku berdegub kencang. Semoga pikiranku salah. Bukankah guru diujung desa yang dimaksud ibu adalah pak Mukhlas?

"Nduk, kamu tidak apa-apa kan? Ikklaskan dia ya nduk", ujar ibu lembut sambil mengelus kepalaku. Dadaku rasanya berat, seolah ada beban yang menghimpit. Seketika teringat pertemuanku terakhir tadi pagi, ketika tanpa sengaja bertemu saat antri di bank.

"Maaf ya dik, aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Aku serius ingin menikahimu, tapi entah kenapa hatiku seperti berkata kita tidak bisa bersatu. Jangan membenciku ya dik." Aku hanya diam sambil menatapnya bingung.

Sepertinya ini arti dari ucapannya tadi pagi, kami tak berjodoh. Al Fatihah.

Lasem, 28 Oktober 2020