“ Mba gimana ini..Aku lulus di kampus favorite di Indonesia ...Tapi apa Ayah dan Bunda ada uang untuk bayar uang kuliahku? Tatapan memelas adik semata wayangku yang cerdas dan solehah ini membuat hatiku teriris serasa disayat sembilu. Aku tidak ingin kisahku setamat SMA terulang lagi padanya. Dia anak pintar, baik dan sangat pengertian. “ Dek, insya Allah Mba akan bantu mencarikan beasiswa untuk dirimu. Mba yakin dengan doa doamu juga ayah bunda di sepertiga malam akan Allah kabulkan keinginanmu, yakinlah kataku sambil mengusap kepalanya.

Adikku memang tidak mau mengambil beasiswa di sekolah karena dia kasihan dengan sahabatnya yang jauh lebih butuh daripada dirinya. Dia lebih mendahulukan kepentingan sahabatnya. “ Biarlah Mba, kasihan kita, Tiara anak yatim, dan ibunya hanya buruh kasar. Dia lebih berhak menerima beasiswa tersebut. Aku membuat proposal ke lembaga Baznas yang ada di daerahku. Aku mencari juga rincian biaya yang dibutuhkan Aisyah untuk masuk ITB, kampus yang memang dia idam idamkan dari SD. Ayah dan Bunda tidak kulibatkan dalam pencarian ini, karena aku juga tidak ingin menambah beban mereka. Karena mereka keduanya dalam kondisi sakit. Kelulusan Aisyahpun masih kami rahasiakan.

Alhamdulillah, Aisyah akhirnya dapat melanjutkan kuliahnya dengan bantuan lembaga Baznas yang ada di kota maupun Provinsi tempat kami tinggal. Ayah dan Bunda sangat terharu dengan semuanya ini. Hari ini adikku satu satunya berlayar menggapai asanya ke pulau seberang, membawa sejuta harapan Ayah dan Bunda. Mereka ikhlas melepas si bungsu demi masa depan yang gemilang, kesuksesan dunia dan akhirat. Selamat jalan adikku, gapailah semua cita citamu, selalu sertakan Allah dalam setiap langkah dan detak jantungmu. Insya Allah masa depan menantimu dengan segala keindahannya.