NILA HERYANI, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Perspektif Emansipasi bagi Perempuan Minangkabau

Perspektif Emansipasi bagi Perempuan Minangkbau

Tantangan Menulis Hari ke 32

Tantangan Gurusiana

Tanggal 21 April adalah hari yang nantikan oleh seluruh perempuan di Indonesia. Bahkan seluruh rakyat Indonesia akan melakukan kegiatan yang mencerminkan persatuan bangsa. Anak-anak bangsa mulai dari usia PAUD sampai Perguruan Tinggi akan merayakannya dengan berbagai kegiatan. Belum lagi elemen masyarakat yang bergerak di bidang keperempuanan.

Tanggal 21 April kita peringati hari emansipasi. Karena pada hari ini lahir ,seorang perempuan Indonesia yang memiliki jiwa bebas dan lepas meskipun hidup dalam kungkungan penjajah Belanda. Dalam situasi dan kondisi perempuan Indonesia, yang pada saat itu hidup dalam pingitan, justru membuat jiwanya mampu menggerakkan perempuan Indonesia, dengan sebuah buku yang terkenal yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Gerakan Kartini menjadikan perempuan lain di Indonesia seakan lepas dari kungkungan dan bergerak maju sejalan dengan laki-laki dengan istilah emansipasi.

Sebagai perempuan Minangkabau kita juga ikut memperingati hari Kartini. Namun kalau kita simak sejarah. Sebenarnya perempuan Minangkabau telah bergerak seiring perjuangan Kartini. Sebut saja Mande Rasuna Said, Mande Siti Manggopo, Mande Rohana Kudus, Mande Rahma El Yunusiyah. bahkan masih banyak perempuan-perempuan tangguh lainnya di Minangkabau. Mereka adalah perempuan Minangkabau dengan segala kelebihan masing-masing.

Mande Rasuna Said bergerak di bidang perjuangan hak-hak perempuan juga bergerak di bidang pendidikan dan politik. Beliau adalah seorang orator ulung perempuan yang sangat kita banggakan. Mande Siti Manggopo adalah perempuan dengan keberaniannya turun langsung di medan perang. Memimpin pasukan yang semuanya laki-laki dalam perjuangan melawan Belanda yakni menentang pajak uang ( Belasting )

Mande Rohana Kudus, seorang guru dan pendiri sekolah khusus perempuan, perempuan multitalenta yang bergerak di bidang pendidikan, penulis bahkan pimpinan redaksi, wirausaha, dan menguasai beberapa bahasa asing. Mande Rahma El Yunusiyah adalah tokoh ulama perempuan dari Sumatera Barat, mendirikan Perguruan Diniyah Putri di Padang Panjang yang muridnya tidak hanya dari Indonesia tapi bahkan dari negara tetangga. Dan banyak lagi perempuan Minangkabau yang mampu berbicara di ajang nasional bahkan internasional.

Berbeda dengan Kartini, perempuan minangkabau tidak belajar di sekolah seperti Kartini. Tapi sesuai dengan adat Minangkabau, mereka belajar di surau, sebagai pendidikan ke dua bagi orang Minangkabau. Setiap orang Minangkabau wajib belajar agama di surau , belajar ilmu silat dan belajar ilmu lainnya, di samping belajar langsung dari orang tuanya yang kebetulan bekerja sebagai pegawai Belanda.

Memang Kartini dan perempuan Minangkabau bicara tentang emansipasi wanita. Persamaan hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Diperlakukan sama dengan laki-laki. Tapi kalau kita baca perjuangan perempuan Minangkabau tersebut, bagi mereka emansipasi itu adalah, seperti pemikiran Mande Rohana Kudus yang luar biasa, yaitu : perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kewajibannya. Yang harus berubah adalah, perempuan harus mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah. Semuanya hanya dapat terpenuhi dengan adanya ilmu pengetahuan.

Apa yang dicetuskan oleh pemikiran pengerak perempuan Minangkabau adalah, bahwa emansipasi yang kita anut tidak meninggalkan kodrat kita sebagai perempuan. Karena walau bagaimanapun jua kodrat kita berbeda dengan laki-laki.

Pada zaman sekarang kita lihat gerakan perempuan Minangkabau tetap bergerak , tanpa menghilangkan kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Kita beri contoh salah satu organisasi terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah. Gerakan perempuannya memiliki anggota yang sangat banyak di ranah Minang. Aisyiyah dan Nasiatul Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang seluruh penggeraknya, memiliki jabatan dan kesibukan luar biasa.

Memberikan ceramah tentang gerakan perempuan, mengurus pendidikan, anak yatim, rumah sakit, dsb. Tapi kita lihat mereka tetaplah seorang istri, seorang ibu, yang bangun lebih dulu, hadir lebih dulu di rumah untuk melayani keluarganya. Seperti yang dicontohkan oleh Nyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi Aisyiyah. Yang merupakan patner kerja Kiai Haji Ahmad Dahlan dalam pergerakan Islam di Tanah Air.

Kenapa? Karena memang kodrat perempuan itu tetap menjadi istri dan ibu yang melayani keluarganya dengan baik sesuai tuntunan Al quran. Kodrat yang dibawa perempuan tidak menjadikan mereka mandul dalam gerakan. Tapi tetap mengedepankan akhlakul karimah yang termaktub dalam Al quran dan filosofi adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. Memberikan teladan dengan ilmu yang mereka miliki, bukan berada di bawah laki-laki untuk mengecilkan, bukan berada di atas laki-laki untuk mengalahkan, tapi berada di samping laki-laki untuk menjadi patner kerja yang bisa diandalkan.

Pada zaman moderen seperti sekarang ini, pendidikan bukan saja untuk mencari kerja sebagai penghasilan hidup. Tapi dalam mendidik anak-anak dalam keluarga juga perlu ilmu. Orang tua zaman sekarang harus tetap memiliki ilmu pengetahuan untuk dapat menjaga anaknya dari pengaruh lingkungan yang semakin hari semakin banyak tantangan. Seperti anak-anak zaman millenial, banyaknya media on line yang sangat akrab dengan dunia mereka.

Selamat buat perempuan Minangkabau, yang telah ditempa sejak awal kelahiran mereka . Dididik dalam keluarga Islam yang kuat, melanjutkan pendidikan di surau. Menjadi puti bungsu yang kental dengan menjauhi sifat-sifat yang ada dalam sumbang duo baleh. Menyandang prediket bundo kanduang. Menjadi teladan bagi anak-anak dan perempuan dalam kaumnya, di tempat mereka bekerja. Dan sesuai gambaran pepatah Minang” Bajalan si ganjua lalai, pado pai suruik nan labiah, alu tataruang pata tigo, samuik dipijak indak mati”.

Selamat hari Kartini, dan selamat buat pejuang emansipasi di seluruh Indonesia. Semoga perjuangan dan keteladanan kita akan menjadi panutan buat anak bangsa di seluruh tanah air.

Sungayang, 21 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bu Nila....inspiratif banget...

22 Apr
Balas

Terimakasih banyak supportnya bu, selamat beribadah Ramadhan, mhn maaf lahir bathin.

22 Apr

Ibuk memang bundo kanduang sejati ,tahu sjarah minang kabau..

21 Apr
Balas

Terimakasih Riri, kita wajib Minangkabau, karena kita adalah cerminan keindahannya. mhn supportnya

21 Apr

Aamiin yra ,mksh bnyk bu

21 Apr
Balas

Hebat Nila..semoga kita putri Minangkabau bs menjadi Bundokanduong panutan dek penerus kito..Aamiin.

21 Apr
Balas

Aamiin yra, mksh bnyk bu

21 Apr



search

New Post