NILA HERYANI, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengadilan Hati

Pengadilan Hati

Pengadilan Hati

TMH ke 94

Tantangan Gurusiana

Nayla terpaku mendengar suara bas dari majelis hakim yang memanggil namanya. Ketakutan membuncah dalam dadanya ketika gertakan demi gertakan ia terima bila terlambat menjawab pertanyaan. Hari itu adalah sidang pertama yang dihadap Nayla dalam perkara perdata. Sidang itu hanya beberapa menit namun mampu melumpuhkan semua kekuatan Nayla. Di akhir sidang Nayla benar-benar tak sanggup lagi. Perlahan air mata membasahi pipinya ketika menjawab pertanyaan hakim. Ia benar-benar ketakutan dengan sidang ini.

Bukan apa-apa , ini adalah pengalaman pertama Nayla dalam perkara perdata. Ia tak memahami tentang pengadilan, sidang, hakim dan lain sebagainya. Ia hanya seorang guru Sekolah Dasar. Yang terpaksa mengikuti sidang karena harta keluarganya digugat oleh seseorang. Nayla tak mengerti dengan harta keluarganya. Yang ia tahu keluarga besarnya telah memiliki harta itu sejak ratusan tahun silam, begitu kata Mamaknya. Malangnya Nayla dituntut karena dialah satu-satunya anggota keluarga yang ada di kampung, yang masih kuat. Keluarganya yang lain sudah sepuh. Jadi beban ini terpaksa ia pikul dalam keterbatasan ilmunya.

Nayla ingin menyerah, tapi harapan besar keluarganya membuatnya tak bisa mengelak.” Nayla, kau satu-satunya harapan Mamak, jangan menyerah, kan. Masa depan keluarga ini ada di tanganmu”. Hati Nayla perih tiap kali tangan keriput itu menggenggam lemah tangannya. “ Nayla tak biasa ,Mak. Nayla tak paham ilmu hukum, Nayla hanya guru SD ratap Nayla pada Mamaknya. Tubuh tua laki-laki yang ia panggil Mamak itu memeluknya.” Jangan takut Nayla doa kami bersamamu, kalau kau menyerah maka semua kekayaan keluarga kita akan pindah tangan, Nayla paham maksud Mamak? Dengan hati ciut Nayla mengangguk lemah.

Pada sidang berikutnya Nayla dibolehkan mencari pengacara untuk membantu ia dalam sidang perdata ini. Nayla benar-benar pusing memikirkannya. Pengacara? Mencarinya saja sudah membuat Nayla kelimpungan apalagi membayarnya. “Ya Allah, apakah memang aku harus menyerah? Nayla memikirkan keluarga yang harus ia tanggung, kemudian pengacara yang harus ia bayar. Nayla berbicara dengan teman sesama sidang tentang bayaran pengacara. Wow fantastis, memikirkan saja Nayla tak sanggup. Nayla benar-benar menyerah. “ Mungkin memang bukan rejeki keluargaku”, bathin Nayla sedih.

Nayla diberi waktu dua minggu untuk menyiapkan pengacara. Bukan tidak ada pengacara yang akan membantunya. Tapi yang menyulitkan adalah bayarannya. Bagaimana Nayla membayar pengacara sementara untuk hidup keluarganya dan membantu keluarga besarnya saja ia sering putus asa. Apalagi membayar pengacara setiap minggu?

Seminggu sudah berlalu, waktunya tinggal seminggu. Nayla benar-benar putus asa. Bagaimana ia menghadapi Mamaknya? Laki-laki tua itu pasti akan kecewa. Nayla berjalan ke taman pengadilan itu. duduk sendiri meratapi kemalangannya. Nayla menangis tersedu-sedu, sambil menutupi wajahnya. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya. Ia terkejut dan spontan menoleh.

Di depannya berdiri seorang laki-laki muda, tampan dan intelek. Nayla berdiri, ia terkesima dengan sosok di depannya. “ Andi? Ya Allah,apa kabar? Ia mengulurkan tangan pada pemuda itu. Laki-laki itu merengkuh Nayla dalam pelukannya, “ maafkan Andi uni, Andi baru dapat kabar tentang musibah ini. Nayla benar-benar tak bisa lagi membendung air matanya. Ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan laki-laki muda itu.

Ditatapnya wajah tampan di depannya. Dengan rasa rindu ia usap wajah di depannya. Andi Rahman SH. MH. Anak Mamaknya yang bekerja di bagian hukum kantor Bupati. Karena kesibukan mereka jarang bertemu. Bahkan jarang berkomunikasi. Andi telah sibuk dengan kegiatannya, sementara Nayla juga sibuk dengan mengajar. Bahkan untuk masalah inipun Nayla tak ingat Andi. Padahal mereka dulu sangat dekat. Andi muda merupakan adik kesayangan Nayla. Memberikan apapun untuk sekolah Andi. Membawa Andi jika Nayla berkesempatan liburan. Sayang kesibukan dan rumah tangga membuat mereka jarang bertemu.

Semburat merah dilangit mengiringi cerita Nayla pada Andi tentang apa yang sedang ia hadapi. Ketakutannya, harapan keluarga, ilmunya yang minim, keberaniannya yang tak punya. Semuanya ia curahkan pada laki-laki muda itu. Entah kenapa, Nayla mencurahkan tanpa beban. Ia melepaskan semua sesak dadanya pada laki-laki muda itu. Semua terasa lega, mungkin karena Andi mendengar curhat Nayla dengan penuh perhatian. Terkadang Nayla terlihat tersedu-sedu, Andi akan merengkuhnya dengan penuh kasih sayang.

Ketika semuanya telah ia ceritakan. Terdengar suara Andi. “ Uni, Andi akan bantu Uni untuk menghadapi sidang ini”. Nayla terpana,” bagaimana dengan pekerjaan Andi? Dengan tenang Andi menjawab, “ kita akan sesuaikan dengan jalan sidang. Andi akan jadi pengacara Uni”. Nayla menatap laki-laki muda itu dengan rasa tak percaya. “ Kenapa Uni menatap Andi begitu? Ini benar Uni, kita akan hadapi sidang ini bersama, Andi ada di samping Uni.

Tapi Uni tidak bisa bayar Andi”, tanpa bisa ditahan Nayla berkata. Andi tertawa lepas, sehingga bahu bidang itu terguncang-guncang. Dengan mengamit bahu Nayla, ia berbisik,” persaudaraan kita tak butuh pembayaran uang Uni, seperti dulu Uni selalu ada buat Andi ketika Andi butuh. Hari ini Andi harus membayar keikhlasan Uni”. Dulu Uni bertransaksi dengan Allah agar Andi bisa sekolah, hari ini Allah mengirim Andi untuk Uni menghadapi sidang ini. Kembali Nayla menangis di bahu bidang itu. tak henti-hentinya rasa syukur ia panjatkan pada Allah atas kehadiran Allah di saat ia butuhkan.

Ketika sidang berikutnya Nayla tak lagi gamang. Sosok tampan di sampingnya telah menjadi kekuatan luar biasa bagi Nayla. Sidang demi sidang ia lalui dengan penuh optimis. Semakin ke ujung sidang itu semakin jelas bagi Nayla. Dan kedekatannya dengan adiknya membuat peserta sidang bersimpati. Nayla optimis, kebenaran itu akan segera terungkap. Sejelas kasih sayang mereka berdua, dalam sebuah persaudaraan yang kental. Sebuah perkara telah memperjelas hasil sebuah pengadilan hati antara Nayla dan Andi.

Sungayang, 23 Juni 2020

Buat adikku , tercinta

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses selalu untuk ibu yang selalu semangat berkarya.

24 Jun
Balas

Makasih hadirnya bun. Salam literasi

24 Jun

Salam literasi kembali bu dan ceritanya keren banget bu.

24 Jun

Makasih bu supportnya luar biasa

25 Jun

Alur cerita menyuguhkan kisah yang luar biasa. Keren Bu.

24 Jun
Balas

Makasih aupportnya bun. Salam literasi. Sukses all

24 Jun

Keren. Mengharu biru

27 Jun
Balas

Makasih hadirnya bun. Salam literasi.

29 Jun

Luar biasa ceritanya..saat sedih terpuruk.datangalaikat penolong ternyata adiknya sendiri..kuatnya tali persaudaraanmembuat sang adik kontak dg kakak tanpa disangka..sulses terus berkarya.barokallah

23 Jun
Balas

Makasih bun. Smg s3hat sll. Salam literasi

24 Jun

subhanallah..... cara Allah mempertemukan saudaranya

24 Jun
Balas

Makasih hadirnya bun. Salam literasi

24 Jun

Bagus ceritanya bun...

23 Jun
Balas

Makasih suportnya bun. Salam literasi

24 Jun

Keren ceritanya Bu, salam literasi :)

23 Jun
Balas

Makasih hadirnya bun. Salam literasi

24 Jun

Makasih hadirnya bun. Salam literasi

24 Jun

Wow banget Bunda

24 Jun
Balas

Support yang luar biasa. Salam literasi bun

24 Jun

Keren ibu... selamat dan sukses selalu..

24 Jun
Balas

Makasih hadirnya bun. Salam literasi

24 Jun



search

New Post