Elegi Setangkai Bunga
Elegi Setangkai Bunga
TMH ke 88
Tantangan Gurusiana
Akulah setangkai bunga
Yang telah lama mekar
Di tengah padang
Diterpa berbagai musim
Dihantam topan dan badai
Namun akar yang kuat menyanggahku
Hingga sehebat apapun terik mentari
Takkan mampu lepaskan kelopakku
Sehebat apapun badai salju
Takkan mampu bekukan aromaku yang segar
Walaupun dengan perlahan
Waktu yang menjelang
Akan mengubah warna pekatku
Menjadi lebih pasi
Namun tak mengurangi pesonaku
Akulah setangkai bunga
Yang mulai memudar dan perlahan layu
Tak lagi punya aroma apalagi pesona
Karena tangan kukuhmu memetikku
Dengan janji kan kau sunting
Dan kau letakkan di jambangan porselin
Duh….perih….
Kelopakku jatuh satu persatu
Warnaku hilang
Bahkan waktu membuatnya kering
Hingga semua mata terganggu
Hingga setangkai sapu
Akan membuangnya tanpa rasa
Dan api akan membakarnya
Di tempat yang tak berharga….ya tempat sampah
Aku tak tahu salahku apa
Hingga kau petik dengan janji semanis madu
Ketika kelopakku gugur
Ketika sapu membuangku
Ketika api membakarku
Kau pulang dengan petikan bunga segar
Ku ingin menjerit
Biarkan aku mekar di tamanku
Jangan kau biarkan aku layu di jambanganmu
Karena rasa terbuang itu
Lebih sakit dari sebuah kematian
Tak ada air mata lagi
Semua tak berarti apa apa bagimu
Aku sendiri bersama elegi pilu
Dan kau pergi bersama pesta yang baru
Dengarlah elegi piluku
Duhai sang pemetik….
Sungayang, 17 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren puisinya Bunda, salam literasi
Makasih hadirnya bun. Salam literasi
Puisinya mantab....syarat akan pesan
Makasih banyk supportnya bun. Salam literasi
Wow.. keren merewen... benar-benar mantap
Makasih bun..hadirnya menjadi semangatku.
Ingin bacanya berulang -ulang bu... mantap bener
Makasih hadirnya bun. Salam literasi
Syahdu, Kemana duri yang seharusnya melindungimu mawarku?
Hehehe....makasih hadirnyw bun. Sukses sll
Lebih pasi
Makasih hadirnya . Salam literasi
Keren..semua diksinya ekspresif dan penuh pwnghayatan..salam kenal bunda dari Bondowoso
Salam kenal kembali bun...maksh hadirnya. Sukses sll
Salam kenal kembali bun...maksh hadirnya. Sukses sll
Salam kenal kembali bun...maksh hadirnya. Sukses sll
Semoga menjadi Mawar yang berhati ikhlas...
Aamiin. Mksh hadirnya bun. Salam literasi
Keren puisi nya bun.
Makasih bun. Support buat sy hadirnya bunda
Habis manis sepah dibuang. Ooh menyakitkan
Makasih hadirnya bun. Salam literasi
Kereen..
Makasih hadirnya bun...salam literasi
Dalam sakitnya bu...Keren...
Makasih hadirnya bun...sakit emang tp jadirmu bikin semangat hehehe
Bagus tulisannya bu.
Makasih supportnya bun. Salam literasi
Puisi sendu...Ikut sedih dech!!! Salam
Makasih sdh berkunjung bun. Salam literasi
Mantap, Bu...
Makasih hadirnya bun. Salam literasi
Mantap say puisinya. Nila kok gak bisa di fallow ya..
Ndak tau ni...ila jg nggak bisa follow yg lain
Itulah nasib semoga ada yang mawar yang lain
Ya bun....s3indah apapun jambangan kita. Pasti kita akan gugur sebelum waktunya. Makasih hadirnya bun
Mantab bu, salam.literasi, salam sukses