NILA HERYANI, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Astaghfirullah al adzim nikmat itu tercabut

Astaghfirullah al ‘adzim nikmat itu tercabut

Tantangan Menulis Hari ke 39

Tantangan Gurusiana

Telah lima hari kita melaksanakan ibadah Ramadhan. Ibadah yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. Ibadah yang diharapkan akan membakar dosa kita. Ramadhan tahun ini sangat berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Ibadah Ramadhan tahun ini terpaksa kita lakukan di bawa serangan virus Corona yang melanda hampir seluruh negara di dunia.

Negara yang terkenal dengan pengobatan herbal untuk semua penyakit seperti Cina, negara yang terkenal dengan pengobatan moderen seperti Italia dan Amerika, bahkan negara yang memiliki sejuta kekayaan luar biasa seperti Saudi Arabia takluk tak berdaya di bawa kendali virus Corona.

Ada rasa sedih melanda kita. Kenapa tidak, pada Ramadhan tahun ini kita merasakan bahwa ada yang tercabut dari hidup kita. Rahmat dan keberkahan yang menjadi tujuan kita. Kalau kita jujur ada rahmat dan keberkahan yang telah tercabut dari kita, yaitu:

1. Rahmat dan keberkahan suasana Ramadhan.

Ramadhan memiliki suasana yang berbeda pada bulan-bulan lainnya. Ketika orang menyebut Ramadhan kita akan melihat aktifitas meningkat pada semua elemen masyarakat. Mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga, buruh/ pegawai pelaku ekonomi, akan menikmati suasana Ramadhan dengan segala harapan baru. Anak-anak akan mengisi kegiatan dengan pesantren Ramadhan, ibu –ibu akan sibuk berbelanja ke pasar atau sekedar menanti tukang sayur sambil bercengkrama sesama mereka tentang apa yang akan jadi suguhan favorit bagi keluarga yang mereka cintai. Buruh/ pegawai akan menikmati suasana menanti berbuka dengan mengajak keluarganya jalan sebelum masuk waktu berbuka. Karena pada bulan Ramadhan jadwal kerja mereka dipersingkat. Geliat ekonomi akan terasa, di mana para pelakunya akan sibuk menyiapkan persiapan barang-barang untuk menghadapi lebaran. Pasar akan menjadi tempat gerak mereka untuk bekerja. Para pelaku ekonomi akan berlomba-lomba untuk menjadikan barang-barang mereka menjadi tren tahun ini. Tapi suasana yang dinamis itu, menjadi apatis. Tak ada lagi pesantren, tak ada lagi cengkrama ibu-ibu, tak ada situasi sore yang indah bahkan tak ada lagi geliat ekonomi menghiasi Ramadhan. Semua jalan menjadi lengang. Persiapan Ramadhan tak lagi jadi prioritas. Semua berganti rasa takut luar biasa. Astaghfirullah al ‘adzim , telah tercabut rahmat suasana indah pada Ramadhan tahun ini.

2. Rahmat dan keberkahan silaturrahmi.

Sebelum memasuki bulan Ramadhan kita akan mengawali ibadah kita dengan silaturrahmi. Silaturrahmi yang kita lakukan antara, anak dan orang tua, menantu dengan mertua, anggota keluarga besar, tetangga, saudara jauh, teman kerja, teman sepermainan. Kita akan saling berkunjung sebagai wujud dari sebuah silaturrahmi telah terjalin. Tarasa begitu syahdu dan nikmat luar biasa, jika kita bisa bersalaman bahkan berpelukan dengan saudara-saudara yang kita cintai. Semua kesalahan akan langsung lenyap bersamaan dengan sentuhan kasih sayang antar sesama. Meskipun kita bisa dihubungkan oleh telepon, hape, whatshapp, instagram, face book dan sebagainya. Namun berkunjung adalah sebuah silaturrahmi yang tidak bisa kita ganti dengan media di atas. Ketika kita lewat di depan rumah saudara atau tetangga, kita akan mampir dan bersalaman. Hari ini tak terlihat lagi. Media on line terpaksa menjadi satu-satunya alat silaturrahmi kita. Tak ada lagi salaman, tak ada lagi pelukan hangat bahkan menyapapun terkadang terpaksa kita ganti dengan senyum yang tertutup masker. Astaghfirullah al ‘adzim , telah tercabut Rahmat dan keberkahan silaturrahmi dari hidup kita.

3. Rahmat dan keberkahan kepercayaan ( positive thinking )

Pada Ramadhan tahun sebelumnya berprasangka baik adalah sebuah wujud dari hubungan antar sesama. Semua kita akan percaya penuh kepada saudara kita. Kalaupun ada rasa parasangka kita akan selalu membawa ke ha yang baik. Tidak akan pernah kita langsung memberi keputusan akan prasangka kita sebelum kita mengetahui langsung. Tahun ini kita benar-benar diuji dengan prasangka. Ketika saudara kita sakit, kita takut membezuk mereka karena kita takut mereka tidak sakit biasa tapi karena virus Corona. Orang lain batuk dan bersin, kita berprasangka jangan-jangan virus Corona. Kita tidak saling berbicara lagi karena jangan-jangan lawan bicara kita ada virus Corona. Bahkan kita sholatpun kita akan berprasangka , jangan-jangan orang di sebelah membawa virus Corona. Apalagi kita melihat gejala mirip virus Corona, maka kita akan langsung berprasangka. Astaghfirullah al ‘adzim telah tercabut kepercayaan dan positive thinking dari hati kita.

4. Rahmat dan keberkahan Rejeki.

Pada bulan Ramadhan kegiatan mencari rejeki akan lebih terasa. Para pekerja maupun pelaku ekonomi akan lebih giat mencari rejeki. Karena bulan Ramadhan ini adalah bulan rejeki. Orang kaya akan memiliki rejeki yang berlebih. Orang miskin akan menerima rejeki dari orang kaya. Kalau kita lihat pada bulan ramadhan semua diberi Allah rejeki yang berlimpah-limpah. Tapi tahun ini seakan Allah meletakkan hidup kita pada tingkatan yang sama. Para pemberi rejeki tidak mampu berbagi seperti sebelumnya. Para penerima tak lagi menerima apapun. Hidup yang biasanya terasa lapang pada bulan ini seakan memiliki kesulitan yang sama bagi kita semua. Semua menjerit kesulitan ekonomi, baik si kaya maupun si miskin. Astaghfirullah al ‘adzim telah tercabut nikmat dan keberkahan rejeki dari kita.

5. Nikmat dan keberkahan sedekah

Sedekah adalah kenikmatan luar biasa bagi orang yang mampu berbagi. Kalau kita mampu maka kita ingin menjamin hidup semua orang miskin. Karena kita berharap Allah akan mengganti segalanya dengan hal-hal yang baik. Mengganti susah dengan senang, mengganti musibah rahmat, mengganti sakit dengan sehat. Apalagi pahala sedekah akan mendapat balasan luar biasa dari Allah. Tapi ternyata sedekah yang kita harapkan akan membalikkan keadaan kita, sudah tak mampu kita lakukan. Para donatur yang biasanya bersedekah luar biasa saat ini berkurang. Karena ekonomi mereka melemah maka geliat sedekah juga menjadi lemah. Hanya ada beberapa orang yang memiliki dana luar biasa yang tidak terdampak virus Corona yang masih mengalir. Bukankan biasanya semua umat Islam bersedekah walaupun hanya mampu bersedekah dengan uang kecil? Astaghfirullah al ‘adzim, telah tercabut nikmat dan rahmat bersedekah pada keseharian kita.

Namun jangan berkecil hati. Jangan berprasangka buruk kepada Allah. Tetaplah yakin dalam ibadah. Tetaplah berikhtiar dalam melawan virus ini. Karena hanya orang-orang yang istiqomah dan zuhud yang akan menjadi pemenang. Janji Allah itu pasti. Salah satu yang artinya’ “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mereka mengubah keadaan yang ada pada dirinya “. Atau “ Aku sesuai persangkaan hambaKu”. Atau “ Berdoalah kepadaKu, Aku akan mengabulkannya”. Mari nikmati Ramadhan ini dengan segala warna yang akan membuat iman kita bertambah. Marhaban ya Ramdhan, mohon maaf lahir bathin.

Sungayang, 28 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post