NILA HERYANI, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Aku dan Ayahku

Aku dan Ayahku

Tantangan Menulis Hari ke 18

Tantangan gurusiana

Hari ini aku tak punya ide dan gagasan untuk kujadikan tulisan. “Hari yang membosanku”, rungutku. Aku duduk diam di ruang tengah rumahku. Menatap setiap sudut rumah.Tak ada yang istimewa dari rumahku. Bangunan empat persegi tempat aku menghabiskan hari-hariku setelah pulang sekolah. Tempat aku melakukan aktifitasku sebagai seorang perempuan mandiri sekaligus ibu dari anakku. Juga tempatku tertawa dan menangis melukis warna hitam putihnya kehidupanku.

Mataku tertumbuk pada sebuah pigura usang di dinding rumahku. Potret seorang laki-laki yang sangat aku kagumi. Laki-laki yang tak pernah kehabisan kisah untuk membuatku tertawa, yang telah mengalirkan darahnya di tubuhku, yang telah menempaku ,memberi ukiran kekuatan untukku dalam meniti hari-hariku sebagai perempuan. Dia ayahku.

Kerinduanku akan sosok ayahku, menggerakkan jariku untuk menekan tombol aksara yang ada di laptopku. Karena kuyakin, jari –jari ini takkan berhenti. Karena begitu banyaknya kisah kehidupan aku dan ayahku. Aku takkan menceritakan ibuku, karena suatu hari nanti aku akan berkisah tentangnya.

Aku lahir dalam sebuah keluarga sederhana. Menurut orang-orang yang ada di sekelilingku, tapi bukan ayahku, mengatakan, bahwa perkawinan ayahku dengan ibuku seperti perkawinan di negeri dongeng. “ Kenapa ? . Aku yang waktu itu masih kecil bertanya pada siapa saja yang bisa bercerita tentang ayahku.

Ayahku adalah seorang laki-laki tinggi, tampan, berkulit putih dan kabarnya memiliki banyak penggemar. Sayang ia lahir dari keluarga biasa . Ai... aku bangga, “ayahku memang laki-laki tampan, dan baik luar biasa” , pikirku. Kata mereka laki-laki tampan itu menikah dengan seorang perempuan berkulit biasa dengan kecantikan biasa tapi dari keluarga kaya raya. Itulah ibuku. Yang sampai saat ini ada dalam memoryku. Tidak cantik secara jasmani tapi cantik secara rohani. Perkawinan mereka dijadikan taruhan. Akan bubar setelah tiga hari. Dan aku adalah saksi bahwa perkawinan mereka dipisahkan oleh maut. “ Kalian tidak tahu akan kekuatan cinta “ kataku dengan kemenangan.

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua saudaraku seorang kakak perempuan dan seorang kakak laki. Hidupku bahagia? Tentu, karena aku anak bungsu yang selalu dapat semua perhatian. Aku tahu aku tidak secantik kakak perempuan atau kakak laki-lakiku. Mungkin kulit ibuku yang biasa saja, menurun padaku, tapi tidak pada kakakku. Kakakku putih seperti ayahku, dan aku biasa saja.

Tapi setiap saat ayahku selalu memuji kecantikkanku. “ Gadis toduangku, tak ada kecantikan yang lain selain gadis toduangku’, kata ayahku memujiku . apabila aku sakit, ayahku akan berdoa” ya Allah sembuhkan gadis toduangku, pindahkan sakitnya padaku”sambil mengusap ubun-ubunku. Aku selalu merasa bangga menjadi gadis istimewa ayahku. Kalian tahu ? Setelah dewasa, aku tahu apa arti toduang yang selalu dikatakan ayahku. “ gadis hitamku”. Kakak-kakakku tertawa setelah tahu artinya. Tapi aku selalu bangga bila ada orang dekat ayahku mengatakan, aku gadis toduang ayahku.

Sejak aku lahir, ayahku menderita penyakit. Semua jarinya harus dibuang . Hal ini menyebabkan ayahku tidak bisa berjalan terlalu lama. Aku akan menjadi tongkat ayahku kalau dia sudah lelah. Bahuku akan menjadi pegangannya untuk bisa berjalan sampai pada tujuan. Kata ayahku” gadis toduangku adalah tongkatku”. Aku bahagia kalau bisa menjadikan bahu kecilku sebagai tongkat, walaupun aku merasa sangat berat. Tapi usapan tangan ayah pada ubun-ubunku selalu membuatku bersemangat. Sejak kecil aku tidak pernah terpisah dari ayahku. Bahkan untuk tidurpun aku terbiasa dalam pelukan ayahku.

Ayahku punya sebuah kebiasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Makan malam sesudah sholat magrib. Tidak boleh ada yang absen. Kalau salah satu dari kami absen, biasanya kakak laki-lakiku, akan mendapat hukuman dari ayah. Biasanya kami berebut duduk makan dekat ayah, kecuali kakak laki-lakiku. Dia selalu memilih duduk manis dekat ibuku. Tapi kakak perempuanku akan berjuang sekuat tenaga untuk menyingkirkanku agar dia dapat duduk di samping ayah. Selalu sia-sia perjuangannya, karena aku akan tampil sebagai pemenang. Ayah akan langsung merengkuhku untuk duduk dekatnya setiap makan malam.

Setelah makan tidak ada yang boleh beranjak, karena ayah akan memberi nasehat kehidupan buat kami. Tidak ada yang boleh mengantuk atau tidur. Semua harus mendengar ayahku. Kecuali aku yang selalu ketiduran di ruang makan. Kakak-kakakku protes tapi ayah akan bilang, seharian aku telah menjadi tongkatnya. Sampai umur aku tidak bisa lagi digendong , kakak laki-lakiku selalu punya tugas untuk menggendongku kalau aku tidak mau bangun.

Kalian tahu? Aku paling takut kalau ayahku marah. Pernah suatu ketika kakak laki-lakiku pulang sambil menangis karena berkelahi dengan orang yang lebih besar darinya. Ayahku marah besar melihat tangis kakakku.

Dia ambil parang dan diberikan pada kakak laki-lakiku dan berkata” kalau waang (kamu untuk laki-laki , dalam bahasa Minang) tidak bisa mengalahkannya, jangan coba-coba waang pulang”. Kakakku terpaksa kembali dan berusaha mengalahkan laki-laki itu dengan parang ayahku.

Ayahku sedikit keras pada kakak laki-lakiku. Kata ayah” kau punya dua saudara perempuan untuk kau bela, kau tidak boleh cengeng dan harus kuat”. Bahkan ayahku pantang melihat kakakku mengeluarkan air mata. Setiap hari ada tanggung jawab selain belajar yang diberikan ayahku. Dia akan menghasilkan sedikit uang dari jerih payahnya dengan membantu ayahku .

“ Waang anak laki-laki, tanggung jawab besar, untuk ibumu, saudaramu, kemenakanmu nanti”. Semua berada di pundak waang, begitu kata ayahku.

Tapi tidak pada kami anak perempuannya. Ayahku selalu penuh kasih sayang, perhatian. Suaranya selalu lembut dan penuh bahasa cinta. Dia akan bahagia sekali kalau kami pulang dengan prestasi di sekolah. Bahkan kakak perempuanku yang cantik akan selalu membanggakan ayahku di ajang-ajang prestasi olahraga. Kata ayahku,” kakakku adalah adalah bidadari lapangan hijau” . Aku ?aku tetap menjadi tongkat ayahku yang tidak terkalahkan di dalam kelas. Ayahku mengatakan” gadis toduangku, yang sontiang” ( sontiang adalah pintar dalam bahasa Minang )

Kegiatan-kegiatan kecil itulah yang menyatukan kami. Sampai dewasa bahkan menjelang tua. Kami tidak pernah merasakan bagaimana rasanya bertengkar dengan saudara. Ayahku tidak akan pernah marah atas suatu kekhilafan yang kami kerjakan.

Ia hanya berkata” ayah sudah mengingatkanmu sejak kecil setiap malam tanpa berhenti, kalau masih kau perbuat itu akan menjadi tanggung jawabmu, nak”.

Semua jalan kehidupan yang aku lalui sekarang , tetap kujalani sesuai petuah ayahku. Di manapun anaknya berada selalu menjalani kehidupan sesuai petuah ayahku. Kedua kakaku merantau. Aku tetap bersama ayahku di kampung. Menjadi tongkat kehidupan sampai saat menjelang tuanya. Aku tidak pernah menyesal tidak seperti kakakku. Aku bahkan bahagia sekali. Karena sampai menjelang tuanya ,tangan yang mulai keriput masih bisa mengusap ubun-ubunku setiap kali aku bersedih.

Ayahku. Tak pernah habis kisah tentang kepahlawananmu. Tak pernah reda, hidupmu dari perjuangan membesarkanku . Memberi keteladanan kehidupan, bahkan memberi doa untuk semua aktifitas ku . Semua orang memiliki ayah yang hebat. Tapi bagiku ayahkulah yang terhebat. Laki-laki yang mengorbankan seluruh kehidupannya untuk anak-anak yang ia cintai.

Ku tatap potret usang itu, senyum ayahku tak pernah pudar. “ Ayah, meskipun jalan kehidupanku terasa begitu terjal, ku yakin semua akan berakhir pada waktunya”. Ku usap potret usang itu dan kurengkuh ke dadaku. Air mata rindu mengalir bagai kristal di pipiku. “ Aku rindu ayah”, bisikku sambil memeluk potret usang ayahku .

Sungayang, April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post