nikmatul khoiroh

Guru TIK yang diberi amanah tugas tambahan Kepala Sekolah di SMPN 2 Umbulsari Kab. Jember. Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Guru biasa yang masih dan akan t...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Salah Sasaran Part 2

Cinta Salah Sasaran Part 2

#Tantanganharike4

#TantanganGurusiana

Cinta Salah Sasaran #part2

Liburan semester telah usai, saatnya kembali ke kampus. Aku sudah mempersiapkan seribu kata untuk meminta maaf pada Risma. Bagaimanapun juga itu salahku, aku yang telah jadi MC mak comblang dia dengan Wahyu. Kalaupun dia marah aku akan terima. Semua adalah salahku.

Aku berangkat setelah sholat duhur naik bus jurusan Surabaya. Sampai terminal bungurasih pas adzan Maghrib, setelah sholat maghrib biar tidak kemalaman segera naik angkot Lyn DKM (dukuh kupang mananggal) dari terminal bungurasih, melewati kampung-kampung di Surabaya. Lelah, perjalanan 6 jam dari kampung sampai ke kos. Maklum belum ada tol waktu itu. Lelah … dan tentunya agak malas, karena hampir satu bulan menikmati liburan dirumah, sehingga mau beraktivitas kembali ke bangku kuliah dengan seabrek tugas pastinya agak malas. Ehmm…namun aku harus tetap semangat fokus yang terpenting segera bisa lulus, kasihan orangtua yang telah susah payah berkorban demi anaknya untuk bisa kuliah. Aku memang dapat beasiswa prestasi waktu itu PPA (peningkatan prestasi akademik) cukup untuk biaya satu semester, dapat juga beasiswa ORBIT (orangtua bimbingan terpadu) yang jumlahnya lebih besar dari PPA. Namun aku tidak boleh terlena, harus segera lulus.

Sampai di tempat kos aku segera masuk ke kamar, ternyata Risma sudah datang lebih awal, maklum dia lebih dekat jaraknya ke Surabaya. Aku tinggal di kampung Jember selatan yang hampir dekat dengan laut. Sebut saja Desa Mojomulya.

“Hai Vik, sudah datang, berangkat jam berapa tadi dari Jember?”, Tanya Risma dengan ramah sambil menghampiriku dan kita bersalaman dan berpelukan ala teletubbies.

“tadi berangkat jam 13.00 setelah sholat dhuhur”, jawabku sambil tersenyum datar, karena perjalanan 6 jam membuat badan lumayan lelah.

“Gak dijemput mas Gani ta di Bungurasih?” Tanya Risma sambil merapikan bajunya di lemari, akupun langsung segera merebahkan badan ke kasur.

“Gaklah, aku gak mau merepotkan mas Gani, aku tadi naik Lyn”, jawabku sambil tetap rebahan.

“Yoalah, ora ngrepoti….Mas Gani malah suka kalau kamu minta tolong padanya”. Ucap Risma sambil tetap beres-beres dia mengambil sapu dan alat pel. Lama kamar kos tidak tersentuh, banyak debu. Malam hari Risma tetap menyapu, ngepel. Meskipun mitos orang katanya tidak boleh menyapu malam hari.

“Mas Gani itu kayake sangat sayang padamu Vik, sangat perhtian hanya saja tidak terucap”, ucap Risma sambil tetap mengepel seperti layaknya seorang ibu sedang menasehati anaknya.

“Duh duh metaok …(sok tahu)…..” ucapku menimpali sambil tetap berbaring

"Lho iya betul, gak seperti Dodik yang sangat Posesif padamu. Malah orang lain merasa terganggu”, ucap Risma meyakinkanku penuh semangat layaknya orang sedang menghadapi clientnya.

“Kamu sendiri gimana dengan Wahyu?”, tanyaku agak ragu, dan siap-siap dengan segala kemarahan Risma. Aku bangkit dan duduk di samping tempat tidur sambil mengambil air minum di gallon biar lebih rileks mendengar cerita apapun.

Mendengar pertanyaanku Risma malah tersenyum, aku bertanya-tanya, lho kok malah senyam senyum, piye to arek iki, pikirku gak karuan. Kok Risma gak marah, kok malah tersenyum. Aku semakin penasaran menunggu dia bercerita ada apa yang terjadi.

“Ceritanya lucu Vik, sebelum aku pulang,… sebelum liburan aku ketemu Wahyu, kita makan siang bareng. Aku kaget tiba-tiba dia memutuskan hubungan ini. Yahh aku sangat terkejut, sakitttt hati. Setelah itu aku pulang ke Gresik. Lha kok keesokan harinya dia menelponku, ngajak baikan lagi”, cerita Risma dengan santai dan senyum khasnya.

Duh Gusti, gimana ini maksudnya Wahyu. Sebelum liburan dia bilang putus dengan Risma dan bilang cinta ke aku, karena aku marah padanya lha kok keesokan harinya dia ngajak baikan Risma. Apa sebenarnya yang sedang Wahyu mainkan ini. Jangan sampai hanya untuk pelarian. Apakah karena aku marah, ataukah karena dia memang sudah bisa menerima Risma. Aku diam dengan pikiranku yang terbang jauh kemana-mana.

“Vik, …kamu kenapa?”, Tanya Risma membuat lamunanku tentang kejadian sebelum liburan ambyar.

“Oh, gpp Ris. Trus gimana apa kamu menerima dia?”, tanyaku penasaran.

“Iya lah, kita coba mulai hubungan baru lagi”, jawab Risma sambil duduk disebelahku. Aku masih diam tidak bisa berkata apa-apa. Satu sisi aku sudah capek perjalanan, disisi lain aku bingung apa yang sedang terjadi.

“Yawes, ndang adus (segera mandi) biar seger”, ucap Risma sambil menepuk pundakku. Perhatiannya yang khas keibuan sungguh menenangkan. Aku hanya tersenyum dan segera bangkit menuju kamar mandi. Lelaki manapun yang jadi suaminya sangat beruntung, Risma sangat sabar penyayang dan suka mengalah. Pagi hari kadang aku gak sempat masak, dia sudah menyiapkan sarapan untuk dimakan bersama. Risma sangat luar biasa. dia juga cerdas, IPK cumlaude. Aku hanya dapat urutan kedua setelahnya. Dia yang awal juga jadi Asisten Dosen, berikutnya pak Wira juga memintaku karena kewalahan banyak mahasiswa yang mengulang mata pelajaran beliau.

Masa kuliah sudah aktif seperti biasanya, ketika ada praktikum kadang kita pulang sampai isya di bengkel Instalasi Listrik. Jangan kaget laporanpun menumpuk siap untuk kejar tayang. Aku perhatikan hubungan Risma dan Wahyu baik-baik saja, kadang-kadang wahyu juga ke kos, memang awalnya agak canggung sedikit denganku tapi aku mencoba bersikap biasa seolah tidak pernah ada pernyataan apapun darinya.

Tiba-tiba siang itu Risma cerita kalau Wahyu akan ditugaskan di Sulawesi dalam waktu yang tidak tau. Akhirnya mereka menjalani LDR (long distance relationship), kata anak jaman now. Komunikasi hanya lewat surat pos, telpon untuk memberi kabar. kalau mau keluar ke warnet masih bisa chatting pakai mIRC, belum ada whatssapp. Bahkan ketika masing-masing ulang tahun mereka saling bertukar kado.alhamdulillah aku lega mereka bahagia menjalaninya.

Sampai sekitar 6 bulan tiba-tiba Wahyu tidak ada kabar sama sekali. Surat dari Risma tidak pernah di balas sama sekali. Sampai hari raya tiba, anehnya aku mendapatkan kartu lebaran dari Wahyu, isinya standard juga hanya ucapan minta maaf lahir batin. Namun akupun tidak cerita ke Risma, untuk menjaga perasaannya. Sampai akhirnya pas 1 tahun, Risma memintaku untuk mencaritahu, kemana Wahyu kok tidak ada kabar. Aku berjanji padanya akan mencaritahu ketika nanti pulang kampung.

Setelah liburan semester aku bersilaturahmi ke rumah Wahyu. Ibunya bersikap baik ramah, karena aku juga pernah beberapa kali datang kerumahnya untuk mengantarkan titipan Wahyu ketika dulu tidak sempat pulang. Entahlah tidak sempat pulang betulan atau hanya modus agar aku datang kerumahnya aku juga tidak tau. Hehe kok GR …

“Bu, kedatangan saya kemari yang pertama silaturohim, kedua mau menanyakan kabar wahyu, karena sudah 1 tahun ini tidak memberi kabar pada Risma teman saya”, ibu Rodiyah tersenyum, sambil mempersilahkan minum

“Lho, apa sampeyan tidak tau nduk, kalau Wahyu sudah menikah?”, ….ucapan ibu wahyu membuat aku sangat terkejut dan tidak pernah menduga sebelumnya. Ya Alloh kok bisa Wahyu bersikap begini. Apa salah Risma kenapa dia tidak jujur saja kalau dia sudah menikah, sehingga tidak membuat Risma menunggu. Padahal Risma adalah orang yang sangat setia menunggunya bahkan dia tidak pernah menjalin hubungan dekat dengan siapapun dalam arti pacaran.

“Dulu, aku mengira sampeyan itu pacarnya Wahyu nduk. Aku sangat bahagia, aku seneng banget. Apalagi kamu anaknya Bu Laili”, aku sedikit kaget, mendengar ucapan Ibu Rodiyah. Namun aku segera menutupi rasa kagetku. Duh Gusti wahyu kok gak segera cerita kalau bukan aku pacarnya. Aku hanya mendengarkan penjelasan bu Rodiyah tanpa berkata apa-apa. Aneh juga, ternyata bu Rodiyah tau nama ibukku. Entah darimana kenalnya, mungkin karena sama-sama aktif di jamaah pengajian saja.

“Tapi ternyata ….. yang jadi pacarnya adalah temanmu”, kembali bu Rodiyah melanjutkan ceritanya, aku masih diam seribu bahasa hanya mendengarkan saja. Ruangan ini terasa sangat gerah, kipas angin yang berputar di ruang tamu seolah tidak memberikan hawa sejuk sama sekali. Entah kenapa keringat keluar dari dahiku dan aku segera menyekanya dengan ujung jilbabku. Mungkin cerita jujur bu Rodiyah membuat hatiku tidak karuan, merasa bersalah atau merasa seperti gado gado, bercampur jadi satu.

“Ibuk minta maaf, memang ibuk tidak mengijinkan Wahyu menjalin hubungan dengan Risma karena rumahnya jauh di Gresik sana. Jadi 6 bulan lalu sebelum dia pindah tugas lagi dia menikah dengan gadis tetangga desa sini juga, gadis Puger nduk”, lanjut bu Rodiyah bercerita sambil membawa kue dan menaruhnya diatas meja. Singkong rebus, dan pisang goreng coklat kesukaanku, beliau mempersilahkan aku untuk makan. Tapi entahlah rasanya aku tidak sanggup untuk menelan pisang coklat tersebut. Bu Rodiyah mengambil piring dan mendekatkannya padaku.

“Ayoo diambil, gak baik menolak makanan”, ucap bu Rodiyah, aku tersenyum dan mengambil piscok (pisang coklat) satu biji dari piring tersebut. Tetapi aku hanya memegangnya tidak sanggup untuk memasukkan ke dalam mulutku.

“Ketika dia tugas jauh, ibuk berharap dia pulang dengan istrinya yang sama-sama satu kampung atau tetangga desa sini gpp sehingga bisa tetap menjenguk ibu. Kalau menikah dengan orang jauh, ibuk kawatir dia tidak bisa menjenguk ibuk lagi”, ucapan bu Rodiyah membuat tenggorokanku seperti tersumbat, piscok tetap aku pegang saja, akupun tidak bisa berkata apa-apa. Aku tidak tau harus ngomong apa, aku juga tidak menyalahkan siapapun. Namun mengapa wahyu tidak cerita kalau orangtua tidak merestui. Mengapa dia tidak cerita kalau dia sudah menikah. Ah sudahlah, yang jelas aku harus memberitahu kenyataan sepahit apapun pada Risma. Akhirnya aku beranikan diri untuk pamit.

“Inggih bu, terimakasih banyak. saya juga minta maaf mungkin ada salah kata. Mungkin nanti nitip salam ke Wahyu kalau pulang, dari Viki dan Risma. Saya pamit pulang dulu bu”, ucapku sambil beranjak dari tempat dudukku dan bersalaman dengan bu Rodiyah.

“InsyaAlloh nduk nanti saya sampaikan”, ucap bu Rodiyah sambil mengantarku sampai halaman rumah.

Sesampai dirumah, hampir semalam aku tidak bisa tidur. Aku tidak bisa membayangkan apa dan bagaimana perasaan Risma mendengar kenyataan ini. Aku mau marah ke Wahyu juga tidak ada nomor yang bisa dihubungi. Aku hanya membolak balikkan bantal guling sampai jam 03.00 baru akhirnya tidak terasa akupun tertidur.

Keesokan harinya tiba-tiba Risma telpon ke rumah mbakku, maklum sinyal sulit di desa, HP kita bisa digunakan ketika kita di Kota Kabupaten ataupun kota lainnya. Kita sudah punya HP nokia 3310, Sony, Sony Ericson HP anak gaul terhits di jamannya hehe

“Sudah kerumah Wahyu Vik?” Tanya Risma dari seberang sana

“Iya sudah Ris, aku minta maaf, kabarnya kurang menyenangkan”. Jawabku agak gugup.

“Gpp Vik, ceritakan saja. Aku siap mendengar sepahit apapun”, jawab Risma dengan nada penasaran

“Wahyu sudah menikah dengan gadis tetangga desanya 6 Bulan lalu…”, ucapku terhenti tidak sanggup melanjutkan lagi. Aku tidak tau ekspresi Risma seperti apa, namun agak lama dia terdiam. Duh Gusti, kuatkan hati Risma

“Gpp Vik, belum jodoh. Kamu gak usah kawatir aku marah. Bukan salahmu. Kita tetap sahabat selamanya”, ucapnya dari seberang agak terbata-bata, barangkali Risma meneteskan air mata.

“yang sabar ya Ris, moga kamu nanti dapat jodoh yang lebih baik untukmu menurut Alloh”, ucapku menghiburnya

“Aamiin… makasih Vik, untuk cerita lengkapnya nanti saja pas kita ketemu. Yawes pulsanya sudah bayar banyak. Aku ikhlas kok,aku legowo. Assalamualikum”, Ucap Risma sambil menutup teleponnya.

“Waalaikumussalam”, jawabku lirih tapi telepon sudah terputus tut..tut..tut….

Tidak terasa air mataku jatuh, aku merasakan sakitnya hati Risma, ditinggal menikah tanpa pesan. Memang tidak ada yang salah dalam hal ini, orangtua Wahyu tidak setuju jika Wahyu menikah dengan siapapun jika berasal dari daerah yang jauh dari Jember. Kuatkan hati Risma ya Alloh, berilah dia ketabahan, kesabaran, semoga nanti ada Pangeran saleh baik hati menjadi jodohnya untuk menghapus kenangan dan cintanya pada Wahyu. Bukan berarti Wahyu orang yang tidak baik, dia pribadi yang sangat baik, ikhlas membantu, suka menolong, hanya saja belum jodoh dan mungkin dia merasa bingung harus memberi penjelasan apa. Maafkan aku, semua salahku. Seandainya aku tidak usah menjadi MC mungkin Risma tidak akan terluka. Semua salahku, maafkan aku sahabatku …

~Tamat~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Emosinya perlu kontrol...

27 Jan
Balas

Oke siap pak bos

28 Jan



search

New Post