Hikmah Dari Kisah Anak Kembar Yang Miskin' part-2(tantangan GuruSiana menulis hari ke-57
Bismillahirahmaniraahiim
Esok harinya Hasan pergi ke sekolah dengan menunggu Husen pulang, dan berganti pakaian yang dipakainya untuk dipakai kembali oleh Hasan. Maka saat menunggu itulah akibatnya terlambat lagi ke sekolah.
"Maaf pak...Maaf pak, pinta Hasan dengan rasa iba dan melasnya suara rintihan akibat menahan sakit.
"Tapi bagaimana bapak tidak marah, Hasan, jika kamu setiap hari datang selalu telat", ucap Pa Ahmad, dan jadi kena marah dan dipukul lagi tangan dan punggungnya oleh pak Ahmad, sehingga Hasan harus kuat menahan sakit, dan malu dilihat oleh teman sekelasnya.
Tapi Hasan masih terus berusaha untuk tidak boleh menangis dan tidak boleh ada yang tahu soal sakitnya ini, demikian juga dengan Umminnya. Hasan-Husen yang harus terus tetap bersekolah walau dengan kondisi mereka yang sangat memperhatikan, karena Ummi yang hanya seorang penjahit kain-kain tetangga hanya mampu memberikan kebutuhan seadanya, kain tetangga pun tidak banyak tiap harinya untuk dijahit. Jadi mereka sekeluarga harus bersyukur, nyaman, dan bahagia atas nikmat rezekinya dariMu Ya Robb.
Namun terulang, terus kembali terulang setiap harinya, Hasan datang sekolah terlambat dan membuat pak guru terus marah, dan sampai tangan yang siap dipukul sudah di depan mata pak Ahmad tanpa bicara apapun, sebagai bentuk rasa kecewa sang guru akhirnya membiarkan Hasan langsung ke tempat duduknya. Maka Hasanpun justru merasa ada motivasi dan tantangan yang membuat ia harus bisa tetap bersekolah yang sudah waktunya masukdan berlari, menuju sekolah.
Untuk kesekian kali berturut-turut, Hasanpun tetap juga menahan rasa sakitnya dari tangan yang makin hari semakin siap menerima kenyataan bahwa inilah hidup yang ia hadapi. Dan umminya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Jangankan membeli kain untuk dijahit baju seragam, untuk makanpun mereka pas-pas.
Dan apakah yang terjadi saat pak Ahmad melewati rumah si Kembar ini, yang membuat hati siapapun sangat teramat pedih melihat kondisi ini, yaitu melihat sendiri apa yang terjadi, didepan mata kepala bahwa mereka harus bertukar dan bergantian untuk mengambil keputusan tetap bersekolah atau tidak. Sungguh ironis sekali tak bisa dibayangkan bagaimana ini bila terjadi pada diri kita yang tidak semua manusia manapun mengiinginkannya. Sepasang mata seorang guru dari kejadian atas keterlambatan si kembar maka membuat pak Ahmad jadi ikut merasa bersalah atas apa yang sudah ia perlakukan pada mereka dan juga tidak mau mendengar alasan apanya yang mereka katakan. Iya, hatiku tidak peka, tidak ada kepedulian, dan terlalu naif serta kasih komentar dan beri dukungan untuk mereka bisa datang bersama-sama seperti layak anak sekolah dengan seragam sekolah masing masing dipakainya, dalam batinnya ia bersedih.
Dan siapapun yang melihat seperti ini pasti tak terasa akan menetes air mata, begitu juga denganku, "Yaa Alloh aku sangat berdosa dan sungguh tega sudah membuat semangat Seorang anak yang ingin sekolah tetapi tertahan bahkan harus diberhentikan hanya dengan melihat dari sisi negatif atas kesalahan yang diperbuatnya" tambah batinnya dalam hati.
Maka dilarikan mobilnya kesekolah dengan cepat, dan ditunggunya kehadiran mereka di kelas. Saya malu dan akan segera mohon ampun padanya atas apa yang sudah kulakukan pada mereka dengan ketidakadilanku, untuk tidak memberikan kesempatan memperoleh haknya dan mendapatkan ilmunya.
Dan yang tunggu kedatangan Hasan tiba, dengan tergopoh-gopoh berlari untuk bisa masuk ke sekolah seperti hari biasanya, tanpa ingin membuat marah sang guru. Tetapi ia pasrah dan kembali bersimpuh dengan kedua tangan yang diberikan untuk kembali siap dipukulnya.
Namun justru apakah yang terjadi Hasan membuka pintu kelas dengan wajah penuh kecemasan akan kemarahan pak Ahmad dihadapinya.
"Maaf pak..Maaf pak..saya terlambat, ucap Hasan dengan suara lemah.
Tapi yang terjadi adalah pak Ahmad mendekati tubuh Hasan dan berlutut berdiri didepannya, sambil ia berkata, " aku mohon ampun, aku sudah berdosa dan menyakiti tangan dan hatimu dengan tidak aku perdulikan apa alasanmu nak datang tidak tepat waktu yang telah kau katakan. Dan langsung di peluk erat tubuh Hasan, dan berkata lagi, "Bukan kau nak yang harus minta maaf, tetapi akulah..akulah yang harus mohon ampun dan maaf yang besar -besar darimu untukku, nak" tambahku terasa tak ingin melepaskan pelukan, dengan rasa ingin menebus dosa-dosa yang aku perbuat untukmu.
" Iya pak guru sama-sama, saya juga ya pak" kata Hasan yang sudah terlepas dari pelukannya.. Terima kasih ya pak, untuk bapak sudah memper bolehkan aku duduk kembali ke kursi yang sejak pagi tadi masih kosong.
** TAMAT **
NB:
1. #Hikmah yang dapat aku ambil dari kisah ini yaitu, gunakankah dan ketuk hati dan perasaanmu pada seseorang jika ada yang kurang itu bukanlah keinginannya tapi ujian bagi kita yang madih diberi lebih rezeki
2. # Hikmah yaitu bukalah pikiran kita untuk bisa melihat dari kedua sisi, bukan hanya dia yang merasa bersalah dan tidak ada yang mau juga ingin datang terlambat.
3. # Hikmah yang bersedia untuk tempat curahan hati anak dipandu oleh pak guru, yaitu menjadi pendengar setia dari keluh kesah janji kita tidak berpihak (bapak/ibu ingin didengar saja)
4. # Hikmah yang aku ambil, yaitu tidak berprasangka buruk terhadap apapun, dan tidak memberikan kesempatan dan ambil waktu kita untuk menerima kenyataan mereka.
5. # Hikmah yang paling utama, yaitu semoga kita semua bisa bijak dan bersikap adil memberikan suatu keputusan.
Dan pembelajaran dari kisah ini bahwa setiap anak berhak didengar pendapat nya, dan mendapatkan ilmunya dari sekolah walau dengan keadaan dan kondisi apapun tanpa diberi batasan untuk merdeka belajar, menggapai impian meraih cita-cita yang gemilang.
Salam Literasi
#mengapaibersamamerdekabelajar
#hakdidengarpendapatnya
#besikapadildanbijakmemberikeputusan
#tidakmenggunakanhukumanfisik
Jakarta, Rabu 11/03/2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar