Neneng Susilawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menebar Cinta Di Bulan Barokah, Pandemi Membawa Hikmah

Menebar Cinta Di Bulan Barokah, Pandemi Membawa Hikmah

“Ma aku sudah cuci piring,” si bungsu berteriak dari dapur.

“Panci dan penggorengan juga sudah bersih,” Dia melanjutkan teriakannya.

Marhaban yaa Ramadhan. Perasaan senang bulan Ramadhan yang suci telah tiba, namun perasaan sedih juga terasa, karena pandemi belum usai. Pengalaman pertama Ramadhan di rumah saja.

Kami santap sahur bersama keluarga. Setelah selesai makan, aku dan anak bungsu bersih- bersih sambil menunggu waktu subuh tiba.

Naah… anak bungsu senengnya beres- beres setelah aku selesai masak sahur,tugas cuci piring adalah bagian si bungsu. Tidak hanya piring, gelas, panci, penggorengan juga dicuci, bersih. Si bungsu senang dengan pekerjaan ini.

“Waah makasih mas,” kataku menghampiri si bungsu.

Pekerjaan rumah tangga ternyata memang tidak mudah. Apalagi sambil menyelesaikan tugas mengajar daring “dalam jaringan” atau dalam kata lain online.

Waktu terasa cepat berlalu. Rutinitas pekerjaan rumah dan kantor lumayan menyita waktu.

Memasuki bulan Ramadhan pandemi virus corona semakin parah, khususnya bagi kami yang berdomisili di daerah Tangerang Selatan.

Menurut wartakotalive.com Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melalui gugus tugas Covid-19 kota Tangsel kembali merilis data penyebaran pandemi virus corona.

Sebanyak 894 kasus pandemic virus corona hingga sabtu (11/4/2020). Adapun kasus- kasus tersebut ditemukan melalui tiga klasifikasi penanganan pandemic virus corona.

Tiga klasifikasi yang dimaksud antara lain Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan pasien Terkonfirmasi Positif. 600 ODP, 230 PDP, 64 konfirmasi positif.

Ramadhan tahun ini berbeda dari tahun- tahun sebelumnya. Banyak tempat ibadah tutup, guna membendung penyebaran Virus Corona COVID-19.

Masyarakat dilarang shalat tarawih bersama dimasjid, ziarah kubur ke makam anggota keluarga, bahkan mudik ke kampung halaman. Aturan ini dilakukan untuk memutus penyebaran corona covid-19.

Puasa sesungguhnya merupakan ibadah untuk menahan diri. Selama berpuasa manusia dilatih untuk menahan diri melakukan hal- hal yang dilarang oleh Allah. Ini semua dilakukan untuk mendapat ridho dan ampunan Allah SWT. Sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa- dosanya yang telah lalu (H.R Bukhari, Muslim).

Kami menunggu waktu subuh dengan berbagai macam aktifitas. Suami melanjutkan tadarus Al Qur’an. Aku dan si bungsu beres- beres di dapur dan di ruang makan. Si sulung di kamar dengan laptopnya.

Anak- anak memang memilih pekerjaan rumah sesuai minatnya. Kebetulan hobi si sulung belanja, jadi kebutuhan sehari- hari selama pandemi adalah tugas si sulung.

Azan subuh berkumandang di masjid, menandakan waktu sholat subuh tiba. Selama pandemi ini, marbot masjid di kampung kami tetap mengumandangkan azan, walaupun tidak ada sholat berjamaah.

Kami sholat subuh berjamaah kemudian lanjut tadarus Al Qur’an bersama- sama.

Masya Allah, kebersamaan melakukan ibadah bersama keluarga, membuat hubungan keluarga menjadi erat dan hangat. Ini hikmah dibalik anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah saja.

Himbauan dari pemerintah untuk beribadah di bulan Ramadhan di rumah saja, kami laksanakan dengan kesadaran bahwa menjaga diri, berarti menjaga keluarga, masyarakat dan bangsa.

Sudah sebulan aku dan suami bekerja dari rumah. Anak- anak juga kuliah dan beraktifitas dari rumah. Work from home ini untuk mencegah penyebaran virus corona atau covid- 19.

Membatasi interaksi sosial dengan bekerja, belajar dan beribadah di rumah akan memutus rantai penularan virus pada masyarakat.

Sebelum bulan Ramadhan biasanya pagi- pagi buta aku sudah ke dapur. Mencuci pakaian, bersih- bersih rumah dan memasak, menjadi kegiatan rutin setiap hari. Sebisa mungkin kami hindari untuk membeli makanan dari luar rumah.

Lumayan repot tanpa asisten rumah tangga. Asisten rumah tangga mengambil istirahat cuti setelah merebaknya pandemi virus corona.

Biasanya sebelum masak kami diskusi tentang menu hari ini. Semua anggota keluarga mengeluarkan ide.

Aku menonton youtube tentang menu masakan. Mencari ide, maklum biasanya tinggal pesan menu masakan kepada asisten rumah tangga. Di masa pandemi ini memasak harus dikerjakan sendiri.

Selesai tadarus Al Qur’an kami tidak bersalaman, social distancing atau menjaga jarak fisik tetap kami jalankan, walaupun di rumah bersama keluarga.

Social distancing atau pembatasan social adalah salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona. Menurut alodokter.com penerapannya adalah dengan bekerja dari rumah ( work from home). Belajar di rumah secara online bagi siswa sekolah dan mahasiswa. Menunda pertemuan atau acara yang dihadiri orang banyak, seperti seminar, konferensi, rapat. Melakukannya dengan koferensi video atau teleconference.Tidak mengunjungi orang sakit,cukup melalui video call.

Anak sulung menghampiriku. Dia menanyakan kebutuhan harian yang diperlukan.

“Apa yang mau dibeli lagi Ma,”Si Sulung bertanya kepadaku.

Membeli kebutuhan rumah tangga bagian si Sulung. Dia mendata apa saja kebutuhan rumah tangga yang sudah habis.

“Cabe, bawang merah, bawang putih masih ada gak?” Tanya si sulung melanjutkan.

“ Habis mas,” Kataku menjawab pertanyaannya.

Tanpa diminta anak-anak mengambil peran untuk membantu meringankan beban, Alhamdulillah.

Pekerjaan terasa lebih ringan dengan bantuan anak- anak. Every cloud has a silver lining, ada hikmah dibalik musibah pandemi virus corona. Ada kerjasama antar anggota keluarga dan rumah terasa hangat.

Selama ini rumah tidak lebih sebagai tempat persinggahan. Semua anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing- masing. Pergi pagi, pulang petang kadang malam.

“Aku keluar sebentar, beli buah ya,” Kata suami sambil menghampiriku.

Semenjak pandemi virus corona, suami yang biasanya sangat sibuk dengan berbagai aktifitas kantor dan sosial jadi banyak punya waktu untuk keluarga. Semua kegiatan dilakukan dari rumah. Anjuran pemerintah untuk menerapkan social distancing dilaksanakan dengan kesadaran, berharap virus ini tidak menyebar luas.

“Ya Pa,” jawabku, menjawab pamitannya.

Suami mengambil peran membantu memenuhi kebutuhan buah bagi keluarga, dan mencuci piring setelah makan berbuka puasa.

Setelah sholat maghrib berjamaah,aku kelelahan, badan terasa pegel semua.

“Aku rebahan dulu yaa,” kataku kepada suami.

Aku istirahat sejenak sebelum melanjutkan sholat tarawih berjamaah di rumah.

Melihat aku tepar kehabisan tenaga, suami membantu mencuci piring dan peralatan makan lainnya yang kotor.

Ramadhan tahun ini hidup lebih prihatin. Kebutuhan pokok saja yang dibeli. Lebih baik hidup sederhana tapi bisa berbagi kepada sesama. Apalagi situasi perekonomian sebagian masyarakat tidak stabil karena aktifitas di luar rumah dibatasi akibat pandemic Covid- 19.

Rasa sosial masyarakat meningkat karena situasi ini. Fisik harus berjarak, namun hati semakin mendekat.

Emotional bonding atau mengeratkan ikatan emosional meningkat. Masyarakat makin peka dalam membantu masyarakat terdampak Covid-19.

Aku memasak lebih banyak dari kebutuhan keluarga. Berbagi semampu yang kita bisa lakukan, walaupun hanya perbuatan kecil.

Teringat Hadist yang disampaikan Nabi , ketika ada seseorang bertanya kepada Rosululloh SAW, “Islam manakah yang baik? “

Rosulullah bersabda:

Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan tidak kamu kenal (HR Bukhari dan Muslim).

“ Nasi bungkus sudah siap mas,” kataku kepada anak sulung.

Setiap menjelang berbuka puasa, kami berbagi nasi bungkus kepada lingkungan sekitar. Kepada penjaga masjid, para mahasiswa perantau yang tidak bisa pulang kampung, tetangga sekitar yang secara ekonomi terdampak Covid-19.

“Ya Ma,” jawab anakku dengan sigap bergegas mendistribusikan nasi bungkus.

Menebar cinta di bulan barokah terasa indah, pandemi membawa hikmah.

Bulan Ramadhan adalah bulan mengasah kepekaan nurani. Bulan untuk meningkatkan solidaritas sosial di antara sesama. Apalagi di tahun yang penuh keprihatinan.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini dan melindungi diri kita, keluarga, masyarakat dan bangsa dari bahaya virus corona Covid-19. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bu Hajjah. Di balik musibah selalu ada hikmah.

01 May
Balas

Mks Bu Yeti

24 Jul

Keren, Bu. Ditunggu tulisan lainnya. Apotik hidupnya bagus banget untuk pengetahuan anak zaman now. Berkah, sehat, sukses, Bu Hj.

01 May
Balas

Thanks yanda Hadi

24 Jul
Balas



search

New Post