Neneng Darlis

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tersesat di Jalan yang Benar

Tersesat di Jalan yang Benar

Laksana purnama di siang hari, saat kulihat angka 3,86 tertera di Lembar Hasil Studi semester 1 program PGSD yang kuterima hari ini. Rasa tak percaya menyelimuti pikiranku. Dengan kuliah asal-asalan dan mengikuti ujian 15 menit siap aku memperoleh nilai tersebut. Sungguh di luar dugaan. Dengan melihat nilai tersebut, hatiku tersentak kaget, dan aku berpikir bahwa aku memang ditakdirkan menjadi guru. Walaupun pada awalnya aku tidak suka. Jangankan jadi guru SD, membayangkan jadi gurupun tak pernah terlintas di pikiranku. Masuk tes PGSDpun aku karena dipaksa oleh papa dan abangku. Dan ternyata aku lulus tes, dan harus kuliah guru SD sesuai harapan papa.

Rasa berontak di batinku kulampiaskan dengan mengikuti kuliah Senin sampai Kamis dengan sangat terpaksa. Pemberontakan batinku semakin memuncak saat aku tahu absenku keluar di program studi yang sangat aku minati sejak SMA padahal aku tidak pernah melakukan registrasi ulang. Hancur luluh rasa hatiku seperti hancurnya Kota Hirosima dan Nagasaki setelah dijatuhi bom atom oleh sekutu tahun 1945.Namun apa dayaku, papa tidak mengizinkanku untuk pindah ke program tersebut. Beliau berkata bahwa kalau umurnya tak akan cukup panjang untuk melihat aku diwisuda. Kata-kata beliaulah yang selalu terngiang di telingaku dan membuatku bangkit dari sifatku yang seperti kucing tidur.

Setelah masa libur semester satu berlalu, aku bangunkan sang macan yang ada dalam diriku dengan tekad memperoleh nilai sempurna. Kujalani hidupku sebagai mahasiswa dengan bekal motivasi kuat dari orang tuaku. Tanpa kenal lelah, aku berjuang di Kota Bukittinggi untuk memperoleh nilai A. Di akhir semester, rasa lelah terbayar sudah. Pengorbanan dan usaha yang disertai doa restu orang tua terobati dengan nilai 4 yang kuperoleh.

Semester empat adalah semester terberat dalam masa studiku. Papa yang selama ini membiayai semua kebutuhan keluarga kami pergi untuk selama-lamanya. Sekarang “Amak” begitu aku memanggil ibuku, harus menjadi tulang punggung. Tulang rusuk beralih peran menjadi tulang punggung. Sulit memang, tapi apa mau dikata. Itulah ketatapan Allah untuk keluarga kami. Melihat keadaan kesehatan Amak yang semakin menurun dimakan usia, Abangku memutuskan untuk berhenti kuliah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengurangi beban biaya yang harus ditanggung Amak.

Tak mau tinggal diam, aku juga mulai bereksplorasi dengan mengajar les anak-anak SD sekitar tempat kosku. Dengan hasil memberikan les kepada beberapa anak, aku tidak lagi tergantung pada uang kiriman Amak. Biaya makan harianku sudah ditanggung oleh orang tua murid lesku. Begitu kulalui sampai aku wisuda pada bulan Maret 2006 dengan prediket Cum Laude.

Mengantongi ijazah D II membuatku ingin mengajar di SD Bukittinggi, tapi langkah demi langkahku menjadi sia-sia karena sekolah yang kumasuki semuanya menolak. Lelah mencari nasib di Bukittinggi, aku memutuskan pulang kampung ke Talang. Ternyata di kampung aku mendapatkan tempat mengajar yang hanya berjarak 2 km dari rumah. Di sinilah aku belajar menjadi guru yang sesungguhnya. Ternyata selama ini aku tersesat di jalan yang benar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post