Neliza Aflida

Lahir di Lubuk Jambi 7 April 1971, anak ke empat dari enam bersaudara. Tahun 2005 di angkat sebagai guru bantu di SMPN 4 Kuantan Mudik. Tahun 2017 di pindah tug...

Selengkapnya
Navigasi Web
Merajut Yang Terputus (4)

Merajut Yang Terputus (4)

Oleh: Neliza Aflida

#Tagur ke-194

Seketika Liza tersenyum, ada semburat merah diwajahnya. Bagaimana mungkin ia lupa, saat itu kami berfoto berdua setelah ditarik-tarik oleh teman-teman.

“Kenapa tersenyum?” tanyaku lagi.

“Hmmm, jadi teringat pada teman-teman. Bagaimana mereka menarik kita untuk mau foto berdua. Masih ingat nggak bagai mana gaya kita waktu itu?” jawab Liza.

“Tentu aku ingat, he he ...” jawabku sambil tertawa.

“Za, boleh aku tanya sesuatu?”

“Boleh, kalu bisa aku jawab”

“Tapi, terlebih dahulu aku minta maaf ya”

“Memangnya kamu mau tanya apa Fir?”

“Kenapa sampai sekarang, kamu masih sendiri?”

Liza terkejut, dan menundukkan wajahnya, ia berusaha menghindari tatapan mataku. Seketika kami saling diam, aku masih menatap Liza yang masih menunduk.

“Za...”

“Karena belum ada jodoh Fir”

“Hmm, atau ada seseorang yang kamu nanti?” tanyaku.

“Entahlah. Aku tidak tahu. Tapi setiap kali aku ingin memulai hubungan dengan seorang pria hatiku selalu menolaknya. Bayangan pria itu selalu saja membayangiku” kata Liza tampa sadar.

“Boleh aku tahu siapa pria yang beruntung itu, karena di nanti oleh wanita yang setia ini?” tanyaku lagi.

“Sudahlah Fir, aku hanya terbawa dan hanyut dengan perasaanku sendiri” kata Liza.

Aku terdiam mendengar apa yang dikatakan Liza. Walau ia tidak mau mengatakan siapa pria tersebut, entah mengapa aku merasa bersalah padanya. Aku pun ingin mengatakan yang sebenarnya pada Liza saat ini.

“Za, dulu aku pernah menyukai seorang gadis. Tampa sepengetahuan gadis itu, aku telah mengatakan pada orang tuaku kalau ia adalah calon istriku. Walau pada saat itu belum menyatakan perasaanku padanya, namun aku selalu memberi perhtian-perhatian padanya dari hal-hal yang kecil samapai yang besar. Demikian juga sebaliknya. Karena jarak yang memisahkan kami, dan akhirnya aku pun mengingkari hati kecilku sendiri dengan melupakannya dan menikah dengan gadis lain. Walau kedua orang tuaku keberatan dengan keputusanku itu. Dan setelah sepuluh tahun menikkah tampa dikarunia seorang anak, istriku meninggal karena sakit” kataku mengakhiri cerita.

Aku lihat Liza pun terdiam mendengar ceritaku.

“Kamu tahu Za, siapa gadis yang ku abaikan itu?”

Liza menggeleng, karena ia tidak mau lagi menduga-duga yang akhirnya akan melukai hati dan perasaanya.

“Za bersediakah kamu menjadi pendampingku sekarang dan selamanya?” kata ku yang membuat Liza terkejut.

“Fir, kamu sadar dengan apa yang kamu katakan?” tanya Liza dengan suara gemetar.

“Aku sadar Za, betapa bodohnya aku waktu itu karena tidak berani mengungkapkan kebenaran pada mu. Ma’afkan aku Za, kamu lah gadis yang aku ceritakan pada orang tuaku saat itu” kataku menjelaskan.

Kuantan Singingi, 1 Nopember 2021.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post