Tujuan Utama Pengasuhan, Menjaga fitrah (day 21)
Oleh Neli Wardani
Kita sering mendengar istilah anak terlahir seperti kertas putih yang kosong dan belum ditulisi, kemudian pengalaman dan lingkungan luar yang akan mempengaruhi dan membuatnya berkembang. Teori ini dipopulerkan oleh John Locke (1632-1704 M), seorang filosof berkebangsaan Inggris. Teori ini dikenal dengan nama teori Tabularasa.
Teori tabularasa ini sangat terkenal dan diyakini oleh banyak orang diberbagai bidang keilmuan, khususnya dibidang pendidikan. Karena anak tidak membawa kemampuan apapun sejak lahir, maka pendidikan dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak. Menurut faham ini, kekuatan ada pada pendidik. Anak tidak membawa kemampuan dan bekal apapun waktu ia dilahirkan.
Rasulullah SAW juga bersabda “Tidaklah seorang bayi yang lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orangtuanya yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari)
Sepintas, terlihat teori tabularasa senada dengan hadis sahih tersebut. Namun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Teori tabularasa menyebut anak terlahir kosong seperti kertas putih, sedangkan Rasulullah SAW menyebutkan anak terlahir dalam keadaan fitrah atau suci.
Dalam agama Islam, setiap anak yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah. Makna fitrah secara sederhana adalah suci dari dosa. Secara lebih luas, fitrah artinya semenjak lahir (masih dalam kandungan ibu) setiap anak sudah membawa program dari Allah. Ada semacam software yang diinstall Allah pada setiap bayi sejak dari dalam kandungan ibunya. Peran orang tuanyalah yang akan mengaktifkan, mengembangkan atau malah merusak program yang ada tersebut. Apabila lingkungan dan orang tua dapat menjaga dan mengaktifkan fitrah itu, maka manusia dapat kembali kepada Allah yang menciptakannya dalam keadaan lurus. Artinya installing program yang dibawa sejak dari dalam kandungan ibunya tetap terjaga. Inilah sebenarnya tujuan utama dari pengasuhan, menjaga agar fitrah anaknya tidak berubah dan tidak rusak.
Ada 5 fitrah yang sudah dibawa sejak lahir. Yaitu tauhid, pengabdi yang taat, kepemimpinan, memiliki potensi dan seksualitas yang benar dan lurus.
Fitrah ketauhidan artinya semenjak dalam kandungan Allah sudah menginstallkan kepada setiap bayi dalam kandungan ibunya, bahwa Tuhannya adalah Allah, dan setiap jiwa itu telah memberikan kesaksian bahwa Allah adalah Tuhannya. Hal ini sudah disebutkan dalam Quran surat Al-A’raf : 172 yang artinya “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Makna dalam ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa kita sudah kontrak dengan Allah sebagai Tuhan kita sejak sebelum kita dilahirkan. Fitrah inilah yang seharusnya dijaga oleh orang tua agar tidak berubah. Orang tua diamanahi mendidik anaknya dengan baik, sehingga sampai meninggalpun sang anak tidak berubah ketauhidannya kepada Allah.
Fitrah manusia yang kedua adalah pengabdi yang taat. Allah berfirman dalam QS Az Zaariyat ayat 56 yang berbunyi “dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia untuk beribadah(taat) kepadaKu’. Inilah program yang sudah diinstallkan Allah kepada manusia sejak dalam kandungan ibunya. Allah menyiapkan kita untuk tunduk dan patuh terhadap segala perintahNya dan meninggalkan semua laranganNya. Seharusnya setelah kita lahir ke dunia dan tumbuh kembang sampai akhir hayat, manusia tetap dalam keadaan taat kepada Allah. Di sinilah peran utama dari orang tua, untuk menjaga agar setelah anaknya lahir sampai dewasa dan kembali kepada Allah ia tetap menjadi manusia yang selalu beribadah dan taat kepada Allah. Manusia yang berbuat dosa dengan mengerjakan yang dilarang Allah, berarti fitrahnya sebagai pengabdi yang taat sudah berubah. Nau’zubillah.
Fitrah manusia yang ketiga adalah kepemimpinan. Manusia sudah dipersiapkan Allah untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, sejak awal penciptaan manusia. Hal ini dapat kita lihat dalam Q.S Al-Baqarah : 30 yang artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Selain itu Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (HR Muslim).
Fitrah sebagai pemimpin ini juga harus dijaga oleh orang tua, agar setiap anak dapat menjalankan tugas dan tanggungjwabnya sebagai pemimpin, baik pemimpin atas dirinya sendiri maupun pemimpin terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Fitrah manusia yang keempat adalah memiliki potensi. Allah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sangat sempurna, dibandingkan dengan ciptaanNya yang lain. Dalam Q.S At-Tiin : 34 Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” Dibalik bentuk yang baik dan sempurna itu Allah juga telah menitipkan banyak kelebihan kepada manusia. Diantaranya, manusia dibekali dengan akal yang dapat digunakan untuk mengolah bumi sehingga memberikan kemanfaatan bagi manusia.
Setiap manusia juga memiliki potensi masing-masing, disamping memang Allah berikan juga kekurangan. Tidak ada manusia yang hanya punya kekurangan saja, tanpa ada kelebihan(potensi) yang dimilikinya. Peran orang tua di sini adalah menjaga dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap anak. Banyak juga kita temukan, anak tidak memiliki kesempatan dalam mengembangkan bakatnya, disebabkan orang tua tidak memahami potensi yang dimiliki anak.
Fitrah manusia yang kelima adalah seksualitas yang lurus dan benar. Seksualitas artinya bagaimana seseorang bisa totalitas dengan kepribadiannya, laki-laki-laki benar-benar seperti laki-laki dan perempuan benar-benar seperti perempuan.Lelaki tidak feminim, perempuan tidak tomboy.
Allah hanya menciptakan dua jenis saja, yaitu laki-laki dan perempuan, tidak ada yang diantara keduanya, separuh laki-laki atau separuh perempuan. Maka apabila terjadi ada laki-laki yang menyerupai perempuan atau perempuan yang menyerupai laki-laki, itu bukanlah program dari Allah. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam pengasuhan dan pengaruh lingkungan.
Tentang fitrah seksualitas ini ditegaskan Allah dalam firmanNya dalam Q.S Al-Hujurat : 13, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dalam ayat ini Allah menyebutkan, bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan. Hanya dua jenis itu yang disebut Allah dalam firmanNya. Artinya tidak ada jenis lainnya, seperti kasus Gay dan Lesbian.
Peran dan pengasuhan orang tua kepada anak-anaknya harus dapat menjaga fitrah seksualitas ini. Artinya anak laki-laki sempurna menjadi laki-laki dan anak perempuan juga sempurna menjadi perempuan.
Itulah 5 fitrah anak yang dibawa sejak dalam kandungan ibu yang harus dijaga dan dikembangkan oleh orang tua dalam mengasuh anak-anaknya. Orang tua harus memberikan pengasuhan terbaik kepada anaknya sehingga mengesakan Allah, menjaga ketaatannya kepada penciptaNya, dapat menjadi pemimpin yang baik, berkembang potensi yang dimilikinya dan berprilaku sesuai dengan jenis kelaminnya.
Itulah tujuan utama pengasuhan, menjaga fitrah. Allah menegaskan juga dalam QS Ar Ruum ayat 30 yang berbunyi, “…tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah”. Wallahua’lam.
#berbagiilmudarikelasparenting
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sebuah peran yang harus dipaham. i dijalankan dan diamalkan oleh otang tua
semoga kita bisa jaga firtah anak kita ya mis...
semoga kita bisa menjadi orang tua yang mampu mrnjalankan fitrah itu secara maksimal ya bu anel
iya bu Ria.... semoga
Lima fitrah, yg harus di ketahui oleh orangtua... Keren