Menghindari Pertengkaran Karena Perbedaan (day 23)
Membangun sebuah rumah tangga adalah menggabungkan dua orang yang berbeda, yang kemudian tinggal dalam satu rumah, dalam suatu ikatan perkawinan dan dalam satu kewajiban untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Masing-masingnya akan berperan menjadi suami dan isteri yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda pula.
Banyak perbedaan yang harus digabungkan dalam sebuah rumah tangga. Dimulai dari perbedaan jenis kelamin, yang tentunya akan memiliki keunikan dan sifat masing-masing sesuai dengan genrenya. Perbedaan itu juga dipengaruhi oleh orang tua yang berbeda, yang tentunya juga memiliki latar belakang cara pengasuhan yang berbeda. Perbedaan latar belakang pengasuhan juga akan turut mempengaruhi prilaku masing-masing, baik isteri maupun suami.
Budaya tempat kita dibesarkan dan berdomisili sebelumnya juga turut mempengaruhi perbedaan itu. Suami yang berlatar belakang orang Padang misalnya, ketika menikah dengan perempuan Jawa, tentunya akan memiliki banyak perbedaan secara adat dan kebiasaan sehari-hari cara berbicara ataupun dalam apacara-upacara adat tertentu.
Latar belakang pendidikan yang berbeda juga turut ambil peran dalam pembentukan kepribadian kita. Pendidikan ini juga menyangkut tingkatan maupun jenis pendidikannya. Pola pikir yang dipengaruhi oleh proses pendidikan, mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan menyelesaikan masalah. Suami yang mungkin tamat SMA akan berbeda pola pikirnya dengan istri yang mungkin tamatan sarjana, atau sebalinya.
Begitu banyak hal yang membuat sepasang suami isteri menjadi dua orang yang berbeda. Dapat kita bayangkan, bagaimana sulitnya kita menjalankan bahtera rumah tangga itu dengan sekian banyak perbedaan. Perbedaan itu bisa dalam bentuk hobby, disiplin, aturan-aturan dalam memperlakukan benda-benda yang dimiliki, pengelolaan keuangan dan cara-cara dalam menghadapi situasi dan masalah yang dihadapi.
Namun baik suami maupun isteri punya kewajiban untuk menjaga agar bahtera rumah tangga itu tetap berjalan dengan baik sampai maut memisahkan mereka. Sangat tidak diharapkan dalam sebuah pernikahan, apabila terjadi perceraian, karena meskipun bercerai itu boleh, tapi Allah membenci perceraian (hadis Abu Daud No. 2180).
Banyak kejadian diawal perkawinan, rumah tangga dapat berjalan dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan karena karakter dan sifat masing-masing belum muncul semuanya. Suami dan isteri masih menunjukkan sisi baik dari mereka dan berusaha menekan sisi buruknya. Namun dengan bertambahnya usia perkawinan, lambat laun baik suami maupun isteri akan menemukan banyak sisi pasangannya, sisi baik, sekaligus sisi buruknya.
Dalam situasi inilah, kadang-kadang muncul persoalan dalam rumah tangga. Apabila suami dan isteri tidak cerdas menyikapi persoalan yang muncul disebabkan perbedaan-perbedaan itu, maka dikhawatirkan akan berakhir dengan pertengkaran dan perpisahan.
Sebagai contoh, ada seorang isteri yang ingin berpisah dengan suaminya karena sudah tidak tahan dengan kelakuan suaminya. Kejadiannya sederhana saja. Sang isteri kesal dengan suaminya karena tidak mau meletakkan gayung kembali di pinggiran bak setelah dipakai. Suaminya selalu memasukkan gayung dalam bak, sehingga gayung tersebut kadang-kadang terbenam dalam bak. Isterinya tidak terima karena saat memerlukan gayung itu tangan sedang kotor, sehingga dapat juga mengotori air yang di dalam bak.
Setiap kali suaminya keluar dari kamar mandi, sang isteri sering memeriksa kamar mandi. Walhasil, ditemukan gayung kembali berada dalam bak, meskipun sebelumnya sudah diletakkan isterinya kembali di pinggiran bak.
Keadaan ini sudah berlangsug lama. Sang isteri sudah berulang kali menyampaikan keluhannya ini kepada suami. Sang suami masih melakukan hal yang sama. Setahun dua tahun isterinya bisa bersabar. Lama kelamaan persoalan gayung ini menjadi bahan pertengkaran diantara mereka. Isteri tidak bisa menerima sikap suaminya, dan selalu protes dengan persoalan gayung itu pada suaminya. Sang suami menjadi kesal, karena isteri selalu mempersoalkan hal sepele dengannya. Keduanya terlibat pertengkaran hampir setiap hari dengan tema yang sama. Sampai pada puncakanya, isteri berencana untuk bercerai karena sudah tidak tahan lagi dengan suaminya.
Kita mungkin merasa aneh dengan kejadian ini. Gara-gara sebuah gayung, bisa berujung perceraian? Tapi ini bisa saja terjadi, dan benar-benar pernah terjadi. Apalagi kalau bebarengan dengan masalah lainnya, dan masalah sepele ini menjadi pelengkapnya. Nau’zubillah.
Sebenarnya persoalan perbedaan antara suami dan isteri dalam dalam rumah tangga itu bisa diatasi secara preventif. Artinya sebelum masalah itu muncul, bisa diupayakan oleh pasangan tersebut untuk menghindarinya. Berikut 3 sikap yang harusnya dilakukan oleh suami dan isteri untuk meminimalkan pertengkaran karena perbedaan.
Pertama adalah memahami. Bahasa lainnya adalah mengenali pasangan kita. Suami dan isteri perlu memahami dengan baik kepribadian dan prilaku pasangannya, baik berupa kelebihan maupun kekurangan. Memahami pasangan itu dapat dilakukan dalam proses pergaulan sehari-hari dalam menjalani rumah tangganya. Satu persatu akan kita lihat kekurangan dari pasangan kita. Tidak perlu kaget, ketika kita menemukan kekurangan atau sifat kurang baik dari pasanan kita. Sadari bahwa kita juga memiliki kekurangan. Disi lain, kita juga perlu membuka mata terhadap kelebihan pasangan kita. Jangan hanya kekurangannya yang kita lihat. Bisa jadi kekurangan yang ia memiliki tak seberapa dibandingkan dengan kelebihan yang ia miliki.
Seperti kasus gayung di atas, mungkin isteri kaget dengan kebisaan suaminya ini. Disi lain, isteri juga harusnya melihat, bahwa meskipun suaminya punya kebiasaan jelek tentang meletakkan gayung, tapi suaminya adalah orang yang sangat perhatian, penyayang dan royal dalam hal keuangan. Galilah sisi lebih dari sang suami.
Kedua adalah menerima. Suami dan isteri adalah manusia biasa yang tentunya tidak sempurna. Setiap manusia diberikan Allah kelebihan sekaligus juga kekurangan. Apabila ternyata ditemukan kekurangan pasangan, maka terimalah kekurangan itu sebagai sosok yang telah Allah pilihkan untuk kita. Yakini bahwa Allah telah memilihkan jodoh yang terbaik untuk kita, meskipun dengan beberapa kekurangan. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Jangan bandingkan suami kita dengan suami orang lain. Begitu juga suami, jangan bandingkan isteri kita dengan isteri orang lain.
Untuk kasus gayung di atas, isteri hendaknya dapat menerima kenyataan, bahwa mungkin suaminya sudah terbiasa dalam lingkungan sebelumnya meletakkan gayung dalam bak air. Dalam budaya dan kebiasaan dalam keluarganya sebelumnya, ini tidak pernah dipersoalkan. Jadi untuk dapat mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Butuh proses, yang mungkin tidak bisa sebentar, tapi bisa dalam hitungan tahun.
Ketiga adalah menyesuaikan. Setelah difahami, diterima maka selanjutnya adalah menyesuaikan. Isteri perlu melakukan penyesuaian terhadap kebiasaan suaminya. Apabila ditemukan suaminya belum juga bisa mengubah kebisaannya itu, maka perlu kesabaran dari isteri untuk melakukannya atau memperbaikinya sendiri, sambil sesekali tetap diingatkan dengan bahasa yang halus atau dalam bentuk candaan di waktu dan tempat yang tepat.
Sang isterilah yang lebih tahu bagaimana biasanya cara berkomunikasi yang tepat dengan suaminya. Hindari cara, waktu dan tempat yang bisa memicu pertengkaran ketika memberikan masukan kepada suami. Contohnya, isteri langsung menyampaikan ketika suami baru keluar kamar mandi, dengan nada kesal. Apalagi kalau ini dilakukan didepan orang lain, seperti adik ipar atau mertua. Tentu suami merasa dipermalukan.
Demikianlah tiga sikap yang harus dimiliki oleh suami dan isteri dalam rangka mengatasi perbedaan-perbedan yang muncul. Yakinlah, bahwa perbedaan itu akan selalu ada, maka diperlukan sikap memahami perbedaan itu, menerimanya dan melakukan penyesuaian sampai perbedaan itu bisa disatukan. Target akhir pasangan dalam membentuk rumah tangga adalah tercitanya keluarga yang harmonis, langgeng sampai maut memisahkan, dan dapat berkumpul lagi nanti di jannahnya Allah, syurga A’dn. Wallahu’alam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Di belakang laki laki hebat pasti ada perempuan luar biasa. Begitukah bu anel?
Begitulah suami istri dengan segala kelebihan dsn kekuarangannya..semoga dikaruniai Allah hati yang lapang untuk saling meneriman kekurangan...aamiin
Saling memahami dan mengerti , bisa seperti itu buk anel.
Iya bu eka....ykngkat akhirnya menyesuaikan...
Iya bu eka....ykngkat akhirnya menyesuaikan...
Ulansan yang cukup panjang dan menginspirasi buk Neli, barakallah
terimakasih bu...barakallah...salam kenal
Pelangi warnanya berbeda-beda kalau disatukan jadi indah. Itulah kehidupan. Artikel yang bagus bunda. Salam literasi
Terimakasih bu....salam litetasi, salam kenal