Neli Wardani

Guru BK di SMA N 2 Bukittinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Filosofi Hidup Tukang Parkir (Day 25)

Filosofi Hidup Tukang Parkir (Day 25)

Oleh : Neli Wardani

 

Alam takambang jadi guru. Kalimat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa apapun yang ada disekitar kita bisa menjadi bahan pembelajaran yang bermakna. Tidak perlu sesuatu yang besar, tinggi ataupun mewah. Hal-hal sederhana dan terkesan biasapun juga bisa menjadi pembelajaran bagi kita. Pembelajaran itu bisa kita dapat dari fenomena   alam, tokoh terkemuka, orang tua, orang terdekat, teman, orang yang kita temui di perjalanan, kejadian yang dialami orang lain, ataupun pada diri kita sendiri.

Salah satu sosok yang dapat menginspirasi kita adalah tukang parkir.  Profesi ini mungkin terkesan biasa saja. Malah mungkin kita menilai pekerjaan tukang parkir terpaksa dilakoninya karena tidak ada pilihan lain. Tukang parkir itu sendiri mungkin juga merasa pekerjaannya adalah hal yang sangat  biasa. Tidak ada hebat-hebatnya. Pekerjaan itu adalah pilihan hidupnya.

Apabila kita cermati lebih dalam, pekerjaan tukang parkir ternyata mengandung pesan yang bermakna untuk kita. Mengandung  filosofi yang patut kita amalkan dalam kehidupan kita.

Filosofi pertama, tukang parkir menjaga semua titipan dengan baik. Setiap kendaraan yang masuk ke area parkiran, selalu dijaga oleh tukang parkir dengan baik. Ia jaga  setiap kendaraan yang ada dalam areal parkirannya agar tidak rusak, apalagi sampai hilang. Sebab, apabila kendaraan yang diparkir rusak, atau ada bagiannya yang hilang, maka pemiliki kendaraan tentu akan marah. Sebaliknya,  bila orang yang punya kendaraan mengambil kendaraannya kembali, dan tetap dalam kondisi baik seperti sediakala, maka yang punya kendaraan akan senang, dan memberikan royalty kepada tukang parkir.

Maknanya adalah, setiap kita diberi amanah dan berkewajiban untuk menjaga amanah tersebut. Apabila amanah kita tidak terjaga dengan baik, maka sang Pemberi amanah akan marah kepada kita. Sebagai contoh, amanah kita sebagai guru. Kita mendapat amanah untuk mendidik dan mengajar peserta didik kita. Pahala yang berlipat ganda akan kita dapatkan apabila amanah ini kita jalankan dengan baik. Sebaliknya menjadi catatan dosa buat kita apabila amanah itu tidak kita jalankan dengan optimal, sesuai kemampuan kita. Sebagai orangtua, kita juga diberi amanah berupa anak-anak yang harus kita jaga fitrahnya.

Filosofi kedua, tukang parkir tidak sombong. Meskipun sangat banyak mobil dan motor  yang berjejer dihadapannya. Ia tidak sombong karena ia sadar bahwa semua kendaraan itu bukanlah miliknya. Bagaimana mungkin dia bisa menyombongkan dirinya dengan barang yang bukan miliknya?

Pesannya untuk kita adalah, kita tidak boleh sombong dengan apa yang kita miliki. Sebanyak apapun harta yang kita miliki, semua itu bukan milik kita. Akan lebih baik harta itu kita titipkan juga kepada orang lain, sehingga harta yang kita miliki bermafat bagi orang lain.

Filosofi ketiga, tukang parkir tidak menganggap kendaraan sebagai “hak milik”, tapi “dititipi”. Ia tidak kecewa ketika pemilik kendaraan mengambil mobilnya kembali. Tukang parkir malah senang, karena setelah kendaraan diambil pemiliknya, beban tanggung jawabnya makin berkurang. Ia menjadi lega.

Sebagai manusia, kita perlu memiliki kesadaran untuk tidak menganggap “hak milik” semua harta yang kita punya, baik anak-anak, suami, isteri, orang tua maupun harta berupa rumah, kendaraan, emas uang dan sebagainya. Perasaan memiliki itu akan melahirkan kekecewaan ketika sang Pemilik sebenarnya mengambilnya dari kita. Yang perlu kita miliki adalah perasaan dititipi, sehingga ketika sang Pemilik mengambilnya kembali, kita tidak kecewa, sedih dan merasa kehilangan.

Demikian beberapa filosofi tukang parkir yang dapat kita jadikan pembelajaran. Untuk dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian atau yang kita temui, termasuk tukang parkir ini, kita perlu membuka mata dan hati kita.  Kosongkan hati kita agar selalu dapat diisi oleh pelajaran-pelajaran baru. Apabila kita tidak dapat mengambil hikmahnya, maka kita mungkin perlu bertanya pada diri kita, apa yang salah dengan diri kita sehingga kita tidak dapat melihat butir-butir hikmah dalam kejadian yang Allah hadirkan dalam hidup kita. Ibarat sebuah kaca yang kotor oleh debu, cahaya akan kesulitan untuk masuk. Mari selalu kita bersihkan debu-debu yang menempel di jendela hati kita, agar cahaya kebenaran masuk ke relung hati kita. Wallahu’alam.

#salamliterasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kita bisa kembali kepada kesadaran bahwa semua yang kita miliki hanya titipan, tulisan yang mengingatkan...

15 Apr
Balas

terimakasih bu Mis....semoga

15 Apr

Maknanya dalam bu anel... memaknai sebuah profesi.. lingkungan adalah tempat belajar terbaik yang tidak kenal waktu untuk kita. mantap

15 Apr
Balas

Makasih bument...

16 Apr

Betul itu Bu belajar dari lingkungan dan menghargai setiap pekerjaan

15 Apr
Balas

iya bu...lingkungan adalah sekolah bagi yang mau belajar

15 Apr



search

New Post