Neli Wardani

Guru BK di SMA N 2 Bukittinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web
4 Pertanyaan untuk Orangtua yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan bag 2

4 Pertanyaan untuk Orangtua yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan bag 2

Tantangan hari ke 8

Oleh : Neli Wardani

4 Pertanyaan untuk Orangtua yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan bag 2

Pertanyaan selanjutnya untuk para orang tua adalah, apa panduan. yang digunakan dalam mendidik anak? Jawaban dari pertanyaan ini bisanya akan membuat banyak orang temenung. Karena banyak orang menyadari, bahwa mereka tanpa sadar selama ini menjadi orang tua tidak menyiapkan panduan yang jelas dalam mendidik anak. Seperti halnya jika kita membeli sebuah handphone, maka didalam kotaknya pasti akan kita temukan sebuah petunjuk/manual book dalam menggunakan dan perawatannya supaya barang tersebut menjadi awet dan berfungsi dengan baik. Lalu apa panduan/manual book yang kita gunakan dalam mendidik anak-anak kita?

Selama ini, kita mendidik anak, secara naluriah dan mengalir apa adanya. Setelah kita menikah kemudian Allah amanahkan anak setahun kemudian, maka mulailah  siorang tua menjalani perannya sebagai orang tua. Rujukan utama yang digunakan oleh orang tua biasanya adalah pola pengasuhan yang telah diterimanya dari orang tuanya, dan hasil pengamatan bagaimana tetangga mengasuh anaknya. Pedoman lainnya bisa jadi menggunakan artikel-artikel yang berkembang di media sosial, media massa dan buku-buku bacaan.

Panduan dalam mengasuh anak inilah yang perlu kita samakan, bahwa dalam mendidik anak, panduan utama yang harus kita gunakan sebagai umat Islam adalah al Quran dan Hadist.  Dalam kedua panduan ini sudah di jelaskan dengan lengkap bahkan juga dengan contoh-contoh nyata yang dilalami oleh para Nabi dan Rasul.

Sebagai contoh,panduan dalam mengasuh anak yang sudah remaja, kita merujuk kepada bagaimana seorang Rasul Allah Nabi Ibrahim as dalam mendidik anaknya, Nabi Ismail as. Hal ini dapat kita lihat dalam surat As-Saffat ayat 103, “Maka  tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Ketika Nabi Ibrahim as  bermimpi  disuruh Allah menyembelih anaknya, nabi Ismail (sesuai riwayat diperkirakan nabi Ismail pada usia remaja awal), Nabi Ibrahim as tidak langsung melakukannya, meskipun Nabi Ibrahim as  yakin kalau itu adalah perintah dari Allah SWT. Tapi apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as ? beliau mengajak anaknya nabi Ismail as untuk mendiskusikan tentang mimpinya itu dengan kata-kata kunci “Fikirkanlah apa pendapatmu ?” Artinya Nabi Ibrahim as menghargai anaknya sebagai manusia yang juga punya pemikiran sendiri. Diusia ini, anak diperlakukan sebagai sahabat, yang juga harus diterima dan dihargai pendapat dan kemauannya.

Inilah contoh panduan mulia yang dapat kita jadikan rujukan dalam pengasuhan sepanjang masa.

Selanjutnya bagaimana cara mengasuh? Pada umumnya  bila pertanyaan ini diajukan pada orang tua di kelas-kelas parenting, mereka menjawab dengan ragu-ragu. Dan jawab yang biasanyanya muncul sesudah itu adalah mengasuh anak mereka dengan cara seperti orang tua mereka telah mengasuh dan membesarkannya sejak kecil. Bagaimana orang tuanya mendidiknya sewaktu ia kecil, maka pola itu jugalah yang secara tidak sadar akan diterapkannya pada anaknya.

Kita tidak sedang mengatakan bahwa cara orang tua kita mengasuh kita diwaktu kecil adalah salah. Malahan ada beberapa cara pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua kita dulu yang sudah tepat dan benar. Namun ada beberapa pola pengasuhan orang tua kita dulu yang tidak sesuai lagi untuk kita terapkan terhadap anak-anak sekarang.

Sebagai contoh, dulu, kalau orang tua marah kepada anaknya, dan mungkin (maaf) sampai mengusir anaknya, maka si anak yang diusir akan pergi dari rumah, dan paling jauh perjalanannya hanya sampai kerumah saudara yang lain, kerumah tetangga, atau ke surau. Biasanya sebelum maghrib, si anak sudah akan pulang kembali kerumah.

Akan tetapi, jika anak zaman sekarang dimarahi oleh orang tuanya, kemudian pergi dari rumah, maka di luar sana sangat banyak tempat dan fasilitas yang akan menampungnya dengan senang hati, yang justru bisa menjadi awal kehancuran mereka. Mereka malah merasa lebih nyaman berada di luar rumah bersama orang-orang yang memperlakukan mereka dengan baik.

Namun apa yang sebenarnya terjadi? Di luar rumah kita banyak predator-predator yang siap memangsa anak-anak yang sedang galau karena dimarahi dan diusir oleh orang tua mereka. Mereka akan diperlakukan dengan baik sampai mereka merasa “save” bersama mereka. Apa yang terjadi sesudah itu ? Mereka mungkin  disiapkan menjadi pecandu dan agen-agen narkoba, gay dan tindakan kriminal lainnya. Nau’zubillah.

Tak salah seorang khalifaurrasyidin Ali Bin Abi Thalib mengatakan “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup bukan dizamanmu”  hal ini memberikan penguatan kepada para orang tua, bahwa kita harus mengasuh anak-anak kita dengan cara yang tepat.

Menjawab persoalan itu,  cara pengasuhan yang benar dan tepat adalah dengan menggunakan panduan Al-Quran dan Hadist, memperhatikan jenis kelamin, usia dan perkembangan anak. Al-Quran dan Hadist telah memberikan pedoman kepada kita bahwa mendidik anak laki-laki dan anak perempuan itu berbeda caranya, karena memang anak laki-laki dan perempuan itu memiliki fitrah yang berbeda.

Pengasuhan juga harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Anak umur 0-6 tahun (golden age) berbeda cara mendidiknya dengan anak umur 7-14 tahun yang lebih diangagap sebagai “tawanan perang”.  Setelah anak berumur 15 – 21 tahun juga berbeda cara menghadapinya dengan usia sebelumnya.

Diusia 0-6 tahun, anak diperlakukan sebagai raja, hindari membentak dan menghardik, karena ini dapat merusak perkembangan otak anak. Tapi perlakukan ia dengan lemah lembut. Diusia 7-14 tahun, mulailah ajarkan disiplin dan tanggung jawab. Mulailah bertindak tegas pada anak.. Apabila anak tidak mau disuruh shalat, maka “pukullah”, demikian Rasulullah mengajarkan disiplin dan ketegasan pada anak di usia ini.

Pada usia anak sudah memasuki masa remaja, yaitu usia 15-21 tahun, orang tua harus memperlakukannya sebagai orang dewasa yang memiliki pemikiran dan pendapatnya sendiri. Maka berdamailah dengan remaja. Jadilah sahabat untuk mereka,jadilah tempat curhat bagi mereka. Jangan buat keputusan tanpa melibatkan mereka, namun ajaklah mereka turut menentukan kesepakatan dan aturan melalui diskusi dan komunikasi yang baik dan penuh kasih sayang.

 

#Berbagiilmudarikelasparenting#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

mantap bu anel... kita sebagai orang tua juga tidak boleh lupa. Kita lah sebenarnya guru untuk anak kita.

29 Mar
Balas

Iya bu Tia..guru pertama dan utama

30 Mar

Semoga kita bisa menjadi orang tua yang mengasuh dengan ilmu sesuai tuntunan rasulullah saw.

29 Mar
Balas

Aamiin ya Allah..m

30 Mar



search

New Post