Sayang Adik
“Tidak usah. Dinda tidur saja. Besok, kan, sekolah,” kata Ibu. Terdengar Deliya merintih. Ibu sibuk menenangkannya. Dinda jadi iba. “Sudah, tidur sana. Jangan sampai Dinda ikut sakit,”kata Ibu tegas. Dinda pun beranjak menuju kamarnya. “Bu, apa bentol Deliya karena bulu ulat atau digigit serangga?”tanya Dinda dari pintu kamar. “Hmm.. Mungkin juga.” “Maafkan Dinda, ya, Bu. Kemarin Dinda ajak Deliya main di kebun.” Ibu tersenyum. “Sudahlah. Tidak apa-apa. Sudah bagus Dinda membantu Ibu mengasuh Deliya. Sekarang Dinda tidur, ya!” Dinda menutup pintu kamar, lalu berusaha tidur. “Yun, mama kamu dokter, kan?” tanya Dinda pada Yuni sahabatnya, saat jam istirahat. “Iya. Ada apa, Din?” “Adikku sakit. Demam, terus muncul bentol-bentol merah. Tapi, hanya di kaki, tangan, sama mulutnya.” “Sudah ke dokter belum?” “Pagi ini Ibu bawa ke dokter. Aku ingin ikut. Aku ingin tahu Deliya sakit apa. Tapi, aku, kan, sekolah,” keluh Dinda.
“Demam, terus muncul bentol merah?” Yuni memperjelas. “Iya. Mmm…Sebenarnya, sebelum demam, Deliya main sama aku di kebun. Apa mungkin terkena bulu ulat atau gigitan serangga, ya? Apa hewan bisa menyebabkan demam?” “Mama pernah bilang, demam itu bisa karena virus atau infeksi bakteri. Mungkin saja, virusnya ada di hewan. Virus kan, kecil banget, dan ada di mana-mana ‘’ Yuni ikut menduga-duga. “Aku jadi merasa bersalah, Yun. Harusnya jangan kubawa main di kebun.” Mereka terdiam “Nanti, pulang sekolah aku telepon Mama, ya. Aku tanyakan penyakit Deliya,” kata Yuni. Dinda mengangguk, tersenyum. Yuni memang sahabat yang baik. Pulang sekolah, Yuni mengambil ponsel yang dititipkan pada Bu Dona, wali kelas mereka. “Bentar, aku tanya Mama, ya!” Dinda menunggu beberapa saat, sampai Yuni menutup teleponnya. “Kata Mama, kemungkinan Deliya terkena penyakit kaki, tangan, dan mulut. Kadang orang menyebutnya penyakit flu singapura “ kata Yuni. Dinda jadi cemas. “Aduh, jangan-jangan bahaya kayak flu burung?’ “Tenang, enggak apa-apa. Kata Mama, kamu juga harus jaga kesehatan. Penyakit karena virus kan mudah menular,” hibur Yuni.
Ayo pulang! ajak Yuni. Sampai di rumah, Dinda segera mencari Ibu dan Deliya di kamar. la tak sabar melihat kondisi Deliya dan menanyakan hasil periksa ke dokter. Deliya sedang tidur. Bulir-bulir keringat menetes di wajahnya. Dinda mengambil handuk kecil dan mengelap wajah Deliya. Dinda melihat bentol-bentol di tangan dan kaki Deliya sudah tampak berkurang. Oh, syukurlah. Dinda menarik napas lega. “Sudah pulang?” Ibu sudah berada di pintu kamar. “Makan dulu sana. Sudah Ibu siapkan. Ayo, Ibu juga mau makan. Mumpung Deliya masih tidur,” ajaknya. Dinda beranjak dari tempat tidur. la sudah sedikit lega melihat Deliya yang membaik. Kata Ibu, benar Deliya terkena penyakit kaki, tangan, dan mulut atau HFMD (hand, footand mouth disease). Gejalanya sangat khas, demam diikuti munculnya bintik-bintik merah pada kaki, tangan, dan mulut. Biasanya memang menyerang bayi dan baYuni karena daya tahan tubuhnya masih lemah. “Jadi, bukan karena main di kebun ya, Bu?” “Bukan. Entah tertular dari mana, yang jelas Dinda harus bantu Ibu biar Deliya cepat sembuh, ya!”
Sawahladuang, 20042021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar