Pandemi ini memang telah berjalan lebih dari satu tahun. Banyak kebijakan yang keluar karena alasan pandemi. Diantaranya adalah WFH atau working from home. Kebijakan WFH ini memberikan keleluasaan kepada pegawai di suatu instansi untuk bekerja dari rumah، alias tdk perlu ngantor secara fisik.

Walaupun telah berjalan lebih dari satu tahun, saya baru meraskan _ni'matnya_ dan asyiknya WFH. Saya bisa absen, mengolah data, mengontrol kegiatan dan berbagai aktivitas dari depan gadget tanpa harus ribet dengan seragam dan aksesoris lainnya.

Saya pikir ini mesti akan menjadi tren kerja dimasa yang akan datang. Karena manusia dizaman manapun inginnya adalah kemudahan dan keenakan. Mudah dalam segalanya dan enak segalanya. Dan sepertinya WFH bisa menjawab itu.

Akan tetapi setelah saya renungkan, WFH ini ternyata ujian berat bagi saya sebagai pegawai yang digaji dgn sistem kerja fulltime. Karena gaji inklude kehadiran dan aktivitas selama jam kerja. Saya dituntut untuk bekerja sesuai tupoksi selama 8 jam sehari di rumah. Atau 37,5 jam per pekan. Disinilah letak ujiannya.

Ujian WFH ini akan melahirkan predikat kebersihan jiwa dan raga peserta ujian.

Wallahu 'alam bishowwab.