ANALISIS PUISI 'DOA' SAAT VIRUS CORONA
DOA
Chairil Anwar
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam puisi “Doa” semuanya ditujukan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Ungkapan tersbut dikemukakan secara sederhana, apa adanya, tidak berlebihan. Lambang dan kiasan yang terdapat di dalam puisi tidak terlalu terkesan seperti yang diperbagus, diperindah, agar orang tertarik untuk memahami atau membacanya. Diksi seorang penyair dalam hal ini Chairil merupakan ungkapan penyair yang dapat diterima dan terterima secara logis dan rasional. Artinya ada korelasi atau hubungan secara logis apa yang dihadapi oleh seorang penyair saat itu.
Ungkapan “kerdip lilin di kelam sunyi” misalnya melambangkan sesuatu yang sangat berarti. Hidup tanpa penerangan yang cukup malah kurang dari yang dirasakan. Bisa jadi hati penyair yang kurang bahagia atau kusut. “Aku mengembara di negeri asing” yang melambangkan bahwa penyair ibarat pergi ke negeri orang yang harus berhati-hati, taat, patuh, sopan dan terkadang ada rasa takut, was-was dan sebagainya. Arti lain juga melambangkan dosa-dosa penyair yang sangat banyak atas prilakuknya, sehingga penyair menyadari betapa berkuasanya Allah atau Tuhan. Dan apabila sudah kuasa Tuhan, mau dikemanakan dirinya selain kepada Allah. Hal ini dapat diinterpretasikan ungkapan “Di puntuMu aku mengetuk, aku tidak bisa berpaling” melambangkan tekad yang ikhlas, bulat, teguh, sabar bahwa jalan Tuhanlah yang menjadi pilihannya, tidak ada jalan dan pilihan lain selain jalan Tuhan. “Biar susah sungguh, ”mengingat penuh seluruh,” seluruh raga penyair diserahkan kepada Allah Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa.
Akhir puisi Doa, terdapat ungkapan, ”CahyaMU panas suci. Artinya Allah atau Tuhan akan memberikan azab yang sungguh luar biasa dunia dan akhirat bagi manusia yang lalim kepada dirinya dan orang lain. Akan tetapi AlLah juga memberikan kehebatan hidup bagi orang-orang yang suci menerima dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Manusia itu ibaratkan lilin yang sekali tiup langsung mati dan berada dalam kesunyian malam dan bahkan lebih dari kesunyian yang dipahami oleh manusia.
Puisi Doa Chairil Anwar, bila dilihat keadaan saat ini memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan isi puisi tersebut. Disaat manusia, bangsa-bangsa di dunia, dan khususnya Indonesia berada dalam posisi yang sama seperti pengalaman Chairil. Dan ketika setiap manusia, ketika bangsa Indonesia diserang oleh virus corona yang sangat mengerihkan, harusnya masyarakat Indonesia menyadari bahwa virus tersebut merupakan cobaan dan ujian semata dari Allah. Lantas bagaimana masyarakat Indonesia di tengah-tengah pendemi corona menyerang bangsa Indonesia? Bangsa Indonesia dalam hal ini, diharuskan setiap masyarakat Indonesia dapat mawas diri, menginstropeksi diri, menghitung-hitung diri, mengenali diri bahwa sesungguhnya manusia mengabdi hanya kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Jika setiap masyarakat Indonesia dapat menyadari dan terus menyerahkan diri kepada Allah, insya Allah pendemi virus corona segera berakhir di negeri Indonesia yang subur, kaya raya, makmur dan sentosa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul, analisis yg luar biasa. Salam Pak Khairunnas. Semoga kita senantiasa sehat. Aamiin.
Teroima kasih. Bu Sas,Semoga sehat saja, amin