Setengah

Hari ini kami stakeholder MIN 5 Jakarta melaksanakan kegiatan perpisahan kepada Kepala Madrasah yang telah sampai waktunya/purna bakti. Acaranya cukup sederhana, karena masih pandemic. Siswa yang saat ini melaksanakan pembelajaran tatap muka, ikut mengiringi atau melepas kepala madrasah dengan apel bersama guru, dan komite serta korlas.

Pertama seorang siswa menjadi pemimpin, mempersiapkan dan memberikan aba-aba menghormat bendera dan istirahat. Lanjut sambutan pelaksana tugas. Mengucapkan terima kasih atas kepemimpinan beliau, sekaligus ucapan permohonan maaf atas kesalahan dan khilaf. Setelah Plt, Kepala madrasah yang telah purna bakti memberikan sambutannya dengan ucapan terima kasih atas kerjasamanya dan mohon maaf atas kebijakan yang telah diberikan memberatkan stake holder MIN 5. Selama mengikuti apel, hatiku tak tenang. Di hari dan waktu yang sama anak yang paling kecil ada kegiatan poto wisuda, dan dia minta saya harus ikut mendampingi. Raga berada di pelepasan sementara hati berada di paud. Hingga ketika sambutan komite saya langsung keluar. Di paud pun hati kembali ke sekolah. Setelah berpoto dengan anak, saya pun pamit, kembali ke sekolah. Alhamdulillah jaraknya yang dekat bisa menghadiri semuanya walau setengah.

Waktu zuhur hamper tiba, saya mendapat telpon untuk ikut makan siang di suatu tempat yang jauh dari sekolah. Saya bingung, tempan agak sedikit maksa. Akhirnya saya “iya” kan saja walau belum mendapat izin suami. Ketika suami datang saya langsung minta izin, namun jawabannya meragukan, lebih kepada tidak mengizinkan. Saya pun menyiapkan makan siang dan segala sesuatu yang dibutuhkan. Setelah itu pamit, karena yang jemput sudah datang. Karena setengah mendapat izinnya, maka kami tak bisa sampai ke tempat tujuan. Kami pun kembali. Ternyata setengah itu tidak membuat hati merasa tenang.

Rumahku, 28 Maret 2022

#H 86