100 Hari Kematian 220
100 Hari Kematian 220
Menjelang senja, aku dan suami sedang duduk santai di ruang tamu sambil menikmati alunan solawat dari hp. Dreeett terdengar suara pintu gerbang didorong. Kutengok lewat jendela, ternyata tetanggaku. Dia memberi salam. Kujawab salam dan mempersilakan untuk masuk, namun dia tidak mau, hanya di depan pintu, dia mengundang suamiku untuk menghadiri selamatan haul tetangga kami yang bernama Pak Sunar. Acaranya setelah salat Isya. Sebelum tetanggaku pergi, kupastikan kembali waktunya. Dia menjawab setelah salat Isya haul Pak Sunar, setelah salat magrib ibu-ibu di rumah Mpo Mang 100 hari.
Rumah yang mempunyai acara tersebut bersebelahan.
Setelah dia pergi, aku menanyakan pada Pak suami, “Saya diundang tidak Pak, sama anaknya mpo Mang?”
“Enggak ada yang datang, tuh tadi.” Jawab suamiku santai.
“Oh, ya udah.” Gumamku.
Waktu magribpun tiba, suami biasa menjalankan salat magrib di Mushola. Aku di rumah bersama anak-anak. Setelah menjalankan kewajiban, akupun tak luput selalu membaca alquran. Belum selesai target bacaanku, terdengar ucapan salam sambil membuka pintu. Kujawab salam, tapi aku tetap meneruskan bacaan. Eh…ponakanku yang datang. Mengabarkan bahwa aku diundang ke acara 100 hari Mpo Mang, tadi tetangga sebelahku lupa untuk menyampaikannya. Akhirnya akupun menyelesaikan bacaan yang belum mencapai target dan menutupnya. Kelepas mukena, kuganti baju gamis. Akupun tak lupa membawa buku Yasin.
Setelah sampai di tempat acara, ibu-ibu sudah penuh. Di gangan sudah berderet kursi plastik, dan sudah terisi penuh, hanya menyisakan satu. Kududuk di kursi tersebut setelah berjabat tangan. Acarapun dimulai. Rangkaian acara yang banyak sehingga belum selesai, terdengar suara azan isya. Tapi tidak berhenti. Sampai bapak-bapak yang mau datang ke acara haul Pak Sunar, berkerumun menunggu acara selesai. Karena memang harus melewati barisan ibu-ibu.
Akupun berdiri menghampiri kaum bapak. Kupersilakan untuk lewat, karena rangkaian acaranya masih panjang. Kaum bapakpun melewatinya. So, tidak ada jalan lain.
Acara ditutup dengan nasehat tentang kematian. Setiap jiwa pasti akan mati. Nah jika kita mati, yang tersisa hanya tiga perkara. Ilmu yang manfaat, amal jariyah dan doa anak yang soleh. Untuk itu kita selalu beristigfar setiap waktu memohon ampunan atas dosa orang tua kita yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dan selalu berdoa. Setelah diameninggal, jalin silaturahmi dengan saudara atau teman orang tua kita.
Benlay Humfak, 29 November 2020
#220#
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dengan mengingat mati kita akan selalu berhati-hati menjalani hidup. Salam sukses dan Terima kasih kunjungannya Bu..
ya Allah seneng saya dikunjungi bunda terima kasih bunda
Pengingat yang indah...Bu Nanih...
Terima kasih bu sukses selalu
Cerita yang keren
Betul semua akan berakhir hanya waktunya saja yang berbeda setiap manusia mantap bun
Sangat bermanfaat tulisannya. Mengingatkan kematian. Terimakasih bunda
Terima kasih bunda barakallahu fiik
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang kembali pada Alloh, dalam kondisi sebaik-baik iman. Izin follow Bu. Ditunggu follow backnya. Salam literasi
Aamiin..Terima kasih bunda..siap