Oleh: Najalaili Umar

#TG (102)

#Ramadhan-4

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa makna dari boros adalah berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang dan sebagainya. Singkatnya boros sama dengan berlebihan.

Namun ternyata dalam istilah agama kedua kata tersebut mengandung makna yang agak berbeda.

Menurut Ibnu “Abidin, boros (dalam bahasa Arab tabzir atau mubazir) adalah memanfaatkan/menempatkan sesuatu pada sesuatu yang tidak pantas (tidak seharusnya). Sedangkan berlebihan (dalam bahasa Arab disebut dengan israf) adalah memanfaatkan sesuatu sepantasnya (pada tempatnya) namun sudah berlebihan dari yang pantas (seharusnya). Ada pula ulama yang nenyatakan bahwa mubazir atau boros adalah mengeluarkan harta untuk hal-hal yang maksiat. Sedangkan berlebihan atau israf adalah melakukan sesuatu secara melampaui batas. Sikap berlebihan bisa ditemukan adalam tindakan atau ucapan. (https://rumaysho.com/13216-antara-israf-dan-mubazir.html)

Jadi boros berarti menempatkan sesuatu pada yang tidak perlu (tidak seharusnya) dan akhirnya tidak memberi manfaat apapun. Tidak akan ada masalah jika sesuatu itu tidak ada di tempat itu. Misalnya, seseorang yang membiarkan televisi menyala semalaman padahal tidak ada yang menonton, membiarkan air kran terbuka padahal ia sedang tidak memerlukannya lagi, menghambur-hamburkan uang atau membelanjakan uang pada sesatu yang tidak bermanfaat atau sia-sia saja.

Sementara sikap berlebihan, contohnya makan atau minum yang lebih dari cukup. Sehingga akhirnya perut akan sakit karena kekenyangan. Atau berpakaian yang terlalu berlebihan sehingga penampilan justru menjadi menggelikan, aneh dan tidak pantas. Atau sikap dan perkataan yang terlalu berlebihan sehingga terkesan kehilangan poin yang hendak disampaikan atau justru menyebabkan pendengar bosan

Sikap berlebihan dan pemborosan keduanya tidak disukai Allah. Keduanya sama tetapi ternyata tidak sama. Apapun itu sikap boros dan berlebihan adalah sikap yang sangat tidak baik. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam Al-Quran.

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya syaithan daan syaithan itu sangat ingkar kepada Tuhanmu.” (QS. Al-Isra ayat 26-27).

“Hai anak Adam pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-‘Araf ayat 31)

Mari di bulan mulia yang penuh berkah ini, kita juga dapat melatih diri untuk makan dan minum secukupnya, berpakaian sepantasnya, bersikap yang seharusnya serta berkata yang bermanfaat dan tidak sia-sia, Kalau pun kita memang punya kelebihan, sungguh terlalu rasanya jika belum membagikan untuk mereka yang kekurangan.

MasyaAllah, Ramadhan juga ajang melatih jiwa dan raga sehingga terhindar dari sifat pemborosan dan berlebihan. Semoga kita tidak termasuk saudara-saudara syaitha. Selamat berjuang dalam keikhlasan menuju puncak ketaqwaan.

InsyaAllah.

#StayAtHome

Self_reminder.

I_am_not_teaching_I_am_learning.

Ktb, 27 April 2020.