“Kontemplasi” dan “resolusi”, dua kata yang kerap muncul setiap momen akhir tahun. Hampir setiap orang beramai-ramai melakukan kontemplasi dan membuat resolusi pada malam pergantian tahun sehingga menciptakan “klise” pada kata ini. Kalau kita lebih cermat, bukankah seharusnya dua kata ini menjadi kata kunci penanda bahwa begitulah kita seharusnya menjalani kehidupan. Bahwa perubahan dalam kehidupan adalah keniscayaan. Perubahan tidak memilih waktu, termasuk perubahan dalam kehidupan seseorang. Seseorang tidak akan berubah hanya karena ada pergantian tahun. Seseorang berubah ketika dia harus, ingin dan mau berubah. Sebanyak apapun waktu yang digunakan untuk berkontemplasi dan berapapun banyak resolusi yang dia buat, akan sama saja jika dia tidak melakukan perubahan.

“Apa resolusi Anda untuk tahun 2021?” Ini pertanyaan yang harus saya jawab pagi ini, yang membuat saya kembali terjebak pada kontemplasi dan resolusi. Terus terang saya tidak suka membuat resolusi awal tahun. Meskipun benar bahwa membuat resolusi akan menjadikan hidup lebih terkendali, serta menenangkan karena memberi harapan. Selalu membingungkan bagi saya ketika harus menjawab target apa yang harus saya capai dalam satu tahun kedepan. Saya yang seorang guru dan ibu rumah tangga punya target-target yang tidak jauh berbeda dengan guru-guru yang lain, tidak ada yang spesial dari itu. Mengajar dan mendidik dengan lebih baik, menyesuaikan diri dengan cepat terhadap situasi baik dalam pembelajaran maupun kehidupan sosial, saya rasa sudah cukup pada era disrupsi sekarang ini. Selama kita tetap fokus dan bersungguh-sungguh untuk menjadi lebih baik, saya pikir tidak perlu menyusun daftar resolusi di awal tahun. Kontemplasi dan resolusi seharusnya ada di setiap masa kehidupan kita.. Wallahu A’lam