Musdawati

Musdawati lahir di Padang tanggal 23 mei. Mengajar mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah Negeri 3 Pes-sel. Menulis akan membuat hidup berbeda, melatih kepek...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menabung Rindu

Menabung Rindu

3)

Meski terlihat ramah, namun jiwa sang ibu membaca sikap calon mantunya seakan dipaksakan. "Mungkinkah kasihku akan terenggut oleh wanita ini?" Aah... semoga saja mantuku baik." Rasa cinta pada sang buah hati membuat dia tak mampu menolak permintaan anaknya untuk menikahi perempuan itu.

Hari berganti dan empat tahun telah berlalu. Awalnya setiap minggu sang anak masih menyempatkan diri mengunjunginya. Seiring berjalan waktu cinta anak mulai berkurang. Sebulan, dua bulan bahkan sampai berbulan anaknya tidak lagi mengunjungi rumah tempat dia dibesarkan. Bahkan dialah yang berusaha meski tertatih untuk menemui anak dan cucunya.

Setiap ibu merindukan kehadiran putranya, dia hanya bisa memandangi potret lusuh bersama suami dan anaknya itu. "Bapak, alangkah sunyinya rumah ini... dia memghela napas panjang." Mengapa tak kau bawa aku bersamamu."

Kehadiran Azka cucunya mulai menyinari hatinya yang sepi dirundung rindu. Sekarang Azka mulai bisa bicara, terlihat sehat dan lucu. Sedikit banyaknya telah mengurangi kerinduan pada putranya itu. Dia seakan merasakan kembali kehadiran sang putra dalam diri cucunya. Terbayang kembali tiga puluh tahun yang lalu ketika Yudha bergantung dalam gendongannya sambil sesekali ibu melantunkan nyanyian balita.

Dia mulai sering mengunjungi rumah putranya untuk bertemu cucu yang sedang lucu-lucunya. Hanya beberapa kali sang mantu membukakan pintu rumahnya. "Mengapa ibu datang lagi!" suara mantunya mulai meninggi. Hari berikutnya setiap dia berkunjung menemui sang cucu dan berharap bisa bercerita dengan putranya, hanya menjadi harapan semata.

Yudha tak berani pada istrinya, Yudha lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya. Kasih sayang pada ibunya terburai karena terlalu memuja istrinya.

Aminah ibu yang hidup penuh derita berharap perlindungan dari anaknya, namun harapan itu kandas. Dia hanya berurai air mata di atas sajadah lusuh, mengadu pada yang Maha Penyayang. "Ya Tuhan...aku rindu dekapan anakku, aku rindu senyuman suamiku." Begitu lamanya hari-hariku dalam kesunyian ini..., sesak dadaku karena bertubi kerinduanku. Biarkan kutabung rindu ini sampai penuhi dada ini.

Sepanjang malam Aminah meratapi dirinya sampai tertidur di atas sajadah lusuh. Dalam tidurnya dia tersenyum melihat suaminya sedang melambaikan tangan, mengajak bersama mengitari taman penuh bunga-bunga.

Pagi menjelang, tubuh Aminah terbujur kaku, namun di bibirnya tergurat senyuman. Aminah telah pergi membawa semua kerinduan pada orang -orang yang dikasihinya.

## Lesair, 6125

TG6
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

MasyaAllah, ibu yang selalu merindukan masa-masa manis bersama putra dan suaminya. Matap cerpennya Bu. ditunggu lanjutannya.

06 Jan
Balas

Makasih Bu... Salam sukses selalu.

06 Jan



search

New Post