Masih teringat waktu itu, ketika usia masih anak-anak yang namanya berbohong sangat tabu bagi kami. Pendidikan yang didapatkan dari orang dewasa terutama orang tua sendiri menjadi tuntunan yang tertanam dalam setiap kegiatan sehari-hari.

Masa kanak-kanak yang selalu diisi dengan bermain adakalanya membuat lupa waktu salat. Ketika ayah atau ibu bertanya apakah sudah salat, maka kami tidak berani menyatakan "sudah" saat kami tidak salat.

Saat ini pendidikan karakter ini sudah semakin berkurang. Berdusta tidak lagi dianggap suatu dosa, sehingga bisa dianggap sudah menjadi pakaian diri.

Suatu sore, tiba-tiba saja dua orang pengendara motor berhenti tepat di depan rumah saya yang memang sangat dekat sekali dengan bibir jalan raya. Pembatas kami hanya kaca depan rumah yang ditutup gorden sehingga saya bisa leluasa mengintip dari dalam. Kedua pemuda tadi tidak menyadari kalau di dalam rumah ada penghuni.

Sambil mengintip layar gawainya saya bisa melihat mereka sedang bermain game online. Tiba-tiba terdengar dering panggilan dari salah satu gawai pemuda tadi. Dari pembicaraannya jelas terdengar bahwa dia berdusta pada lawan bicaranya. "Halo...saya sedang berteduh, hujan lebat sekali," padahal mereka tadinya sengaja berhenti untuk menyelesaikan game online.

Kami sedang "otw" padahal sedang asyik nongkrong di warung kopi. Masih banyak sekali dusta di setiap percakapan yang dilakukan teranģ-terangan tanpa ada rasa malu dan takut.

Mungkin perilaku ini sudah dianggap lumrah, sehingga tidak sedikitpun ada rasa bersalah dalam diri manusia.

## 7125