Tantangan hari ke-32

#TantanganGurusiana

Aku ambil posisi duduk pas dibekas aku duduk tadi, yang kebetulan belum diisi orang. Sedangkan Adi di samping tukang dendang bersama beberapa orang laki-,laki, yang menurut perkiraanku adalah teman-temannya Adi.

Baru saja aku duduk, saluangnya berhenti. Katanya rehat sejenak untuk minum. Baiklah kalau begitu, gumamku.

Kemudian datang seseorang mengantarkan segelas juice Alpukat kesukaanku bersama 2 bungkus kuwaci kepadaku. Katanya dari Adi, sambil menunjuk ke arah Adi. Adi mengangguk memberi isyarat kalau juice itu memang pesanannya.

Tidak pakai lama kuseruput juice alpukat itu sampai tak bersisa, saking doyannya. Dilanjutkan dengan sebungkus kuwaci yang gurih dan enak.

Tidak lama kemudian saluang kembali ditiup, dendang pun kembali diperdagangkan.

Suara si tukang dendang mendayu-dayu menggugah hati sampai ke relung yang paling dalam. Lirik-lirik lagu yang didendangkan seperti mengungkapkan kepedihan hatiku yang memang sedang dilanda konflik antara aku dan suamiku, dikarenakan kehadiran orang ketiga. Yang dengan sengaja mengacak-acak rumah tanggaku. Hingga aku harus meninggalkan rumah, kabur ke kota Bukittinggi ini.

Makin kuhayati lirik demi lirik dendang itu, semakin aku larut dalam kesedihan. Tak ada satupun kata yang dapat mengungkapkan kepedihan hati ini. Ingin rasanya aku berteriak agar lepas segala beban batin ini. Tapi aku malu pada orang di sekitarku. Aku hanya bisa menangis. Menangis sesugukan. Hingga aku tidak sadar kalau aku sudah berada dalam pelukan seseorang.

Siapakah gerangan yang memelukku?

(lanjutannya masih ada lagi besok)