Mursyidah SAg

Mursyidah, S.Ag. Lahir di Kepala Hilalang 19 Juni 1968. Menempuh jenjang pendidikan dasar (SD) di Kepala Hilalang tamat tahun 1981. Melanjutkan ke MTsN Kepala H...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sup Buah Tanpa Buah
Foto koleksi pribadi

Sup Buah Tanpa Buah

Hari menulis ke-352 (1038)

#TantanganGurusiana

.

Cerita Seru Tamu Hotel (6)

(Cerpen Berseri)

.

6. Sup Buah Tanpa Buah

Kegiatan Lokakarya siang itu memasuki sesi tanya jawab dengan Narasumber. Karena materi yang disampaikan cukup mengena, para peserta tidak menyadari kalau waktu yang dijatahkan sudah berakhir. Selanjutnya peserta segera meninggalkan ruang sidang untuk Isoma (istirahat, salat dan makan.

Sebagian peserta memilih makan terlebih dadulu ke lantai dua, sebelum salat Zuhur. Alasan mereka beragam, mungkin karena pengaruh AC di dalam ruangan yang terus menyala, rasa dinginnya ikut mempercepat perut menjadi lapar. Mungkin pula karena mereka lelah berpikir atas sajian materi yang monoton dari Narasumber, sehingga berpengaruh pada perut mereka. Atau bisa juga karena khawatir kehabisan lauk yang telah diatur pramusaji. Karena kurangnya kesadaran sebagian peserta yang datang lebih awal, lalu mengambil porsi lebih, sehingga yang tiba belakangan tidak kebagian.

Walaupun sebagian besar peserta makan dulu sebelum salat, tetapi bagi Yana, Umay, Aisyah, Rifqa, Hafiz dan Afdal, mereka lebih mengutamakan salat Zuhur terlebih dahulu. Menurut mereka, tuntaskan dulu kewajiban kepada Allah, baru kepada diri dan orang lain. Lagi pula keenam peserta ini sudah terbiasa bersahaja dengan berpuasa Senin Kamis.

Karena mereka makan tidak berbarengan, untuk menu mereka, hanya tersisa apa adanya. Mereka memang tidak mengeluh, tetapi bagi yang lain harusnya merasa, kalau mereka telah mengambil hak orang lain. Bersyukur kalau yang mereka muat ke piring 'berlanjung' itu mereka makan semua. Sayangnya sebagian besar mereka sisakan hanya karena tidak mau disebut tidak beretika. Sungguh praktik akhlak yang salah.

"Yana, kok cuma makan sama kerupuk saja?" Tanya Moza, yang sudah selesai makan tanpa meninggalkan sisa.

"Lauknya sudah habis," sahut Umay, yang duduk satu meja dengan peserta lain yang sudah selesai makan, termasuk Moza.

"Coba lihat teman kita yang di meja pojok sana, sungguh akhlak yang tidak bagus," sorot Moza.

Rupanya Moza sedari awal memperhatikan empat orang peserta yang yang mengambil jatah lebih, tetapi menyisakannya. Itu mereka lakukan tanpa merasa bersalah. Bukan nasi dan lauk saja, sup buah yang tersedia dimangkuk besar di meja pinggir, juga mereka kuras. Sehingga yang tersisa kuahnya saja. Hafiz yang merasa kepedasan karena makan hanya pakai sambal dan kerupuk, terpaksa mengambil sup buah tanpa buah itu.

Rupanya sang Pimpinan memperhatikan apa yang terjadi di ruang makan saat anak buahnya tengah bersantap siang. Tanpa ada yang menyadari, pak Amir merekam setiap momen di meja makan itu. Diam-diam kejadian berjudul 'Sup Buah Tanpa Buah' beliau posting ke grup peserta, lengkap dengan 'sumpah serapahnya'.

Seketika grup menjadi riuh dengan komentar peserta. Ada yang menanggapi serius, ada pula yang bercanda dan saling tuduh. Ujung-ujungnya, pak Amir mengumpulkan semua peserta di ruang acara untuk beliau 'hajar' dengan ucapan pedasnya.

Pincuran Tujuah, 19122022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

19 Dec
Balas

Alhamdulillah. Terima kasih, Pak Dede.

20 Dec



search

New Post