Durian Runtuh
Hari menulis ke-207 (893)
#TantanganGurusiana
.
Durian Runtuh
(Cernak)
Oleh: Mursyidah
.
Pagi-pagi, aku sudah dikejutkan oleh suara gaduh anak-anak dari kebun di belakang rumah. Aku segera membuka pintu dapur untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya sejumlah anak sedang rebutan buah durian. Mereka hendak mengambil buah berduri itu, yang teronggok di bawah pohonnya.
"Loh, kok buah duriannya sudah banyak yang jatuh? Padahal buah itu kan belum matang," pikirku.
Aku menghampiri anak-anak itu, sekaligus mengecek apa sebenarnya yang terjadi pada durianku.
"Hei, kalian! Ada apa pagi-pagi sudah ribut?“ Tanyaku.
"Ini, Pak. Durian Bapak banyak yang jatuh. Si Ucil dan teman-temannya malah mau mengambil seenaknya. Aku melarang mereka, tapi dia malah mengajak aku berkelahi," ujar Rahmat, anak pak Kades yang juga muridku di sekolah.
"Lalu, yang membuat durian-durian ini sudah berada di bawah, kerjaan siapa? Kamukah, Ucil?" Tuduhku.
"Bukan, bukan aku, bukan juga teman-temanku, Pak," sanggah Ucil.
"Pas kami lewat di sini tadi, duriannya kami dapati sudah tergeletak saja, Pak," bela Dayat, anggota geng Ucil.
Sambil mendengar ocehan anak-anak itu, aku memeriksa sekitar pohon, untuk memastikan penyebab rontoknya buah durianku yang belum matang itu. Ketika mendongakkan kepalaku ke atas pohon, kulihat ada dahan yang patah. Patahan itu tersangkut di antara dahan besar, sehingga tidak jatuh ke tanah.
"Astagfirullah, berarti durianku runtuh lagi seperti tahun lalu," gumamku.
"Maaf, Pak, Bapak kenapa sedih begitu?" Tanya Rahmat.
"Iya, Mat, Bapak sedih karena durian Bapak ternyata runtuh lagi sedahan. Padahal di dahan itu yang paling banyak buahnya. Mana buahnya masih muda lagi. Belum bisa dinikmati sama sekali," sesalku.
Kutatap wajah Rahmat, Ucil dan gengnya. Mereka ikut sedih melihatku dan durian-durian mentah yang teronggok itu.
"Sayang ya, Pak. Tidak bisa dinikmati sama sekali. Untung belum sempat kami bawa pulang," ucap Ucil kecewa.
Anak-anak itu bubar dengan perasaan sesal dan kecewa. Namun, mereka sudah mendapat pelajaran berharga pagi itu. Setidaknya mereka sudah bisa membedakan durian yang masih mentah dengan yang sudah matang, sesuai penjelasanku.
Pincuran Tujuah, 26072022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar