Mursyidah SAg

Mursyidah, S.Ag. Lahir di Kepala Hilalang 19 Juni 1968. Menempuh jenjang pendidikan dasar (SD) di Kepala Hilalang tamat tahun 1981. Melanjutkan ke MTsN Kepala H...

Selengkapnya
Navigasi Web
Di Luar Nalar
Ilustrasi diambil dari Google

Di Luar Nalar

Hari menulis ke-145 (831)

#TantanganGurusiana

.

Di Luar Nalar

(Cerpen)

Oleh: Mursyidah

.

"Besok pagi kami sudah boleh pulang, Uni. Jadi ndak usah ke rumah sakit lagi, tunggu saja kami di rumah ibu," Begitu ucapan Melia melalui video call denganku sore itu. Wajahnya tetap terlihat berseri-seri walaupun baru empat hari setelah menempuh proses persalinan yang menegangkan yang berakhir di ruang operasi, lantaran bayinya dalam posisi sunsang.

Aku sangat gembira karena sebentar lagi keponakan mungil yang baru berusia lima hari itu akan dibawa pulang dari rumah sakit. Aku bergegas ke rumah orang tuaku untuk memberitahu mereka bahwa Melia dan bayinya akan sampai di rumah sekitar satu jam lagi. Kami pun mengemasi kamar yang akan ditempati Melia dan girlbaby-nya nanti. Ini kami lakukan demi kenyamanan ibu muda itu menjalani masa pemulihan, setidaknya selama masa nifas yang belum memungkinkan baginya untuk bebas beraktifitas.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tiga sore. Cuaca di luar sudah mulai mendung. Namun Melia belum juga bisa keluar dari rumah sakit. Katanya harus menunggu pemeriksaan dokter kandungan dulu, sekalian menunggu obat sebelum pulang. Sementara dokter spesialis itu kini sedang berada di ruang persalinan menangani pasien lainnya.

Dering handphone tanda panggilan masuk mengagetkanku yang sedang melamun di ruang tamu. Adelia adikku yang mendampingi Melia mengabarkan bahwa mereka sudah berada di mobil yang akan membawa mereka pulang. Tentu saja kami yang di rumah merasa gembira.

Beberapa menit kemudian Adelia menelponku kembali. Kali ini nada suaranya tidak lagi ceria. Dia bilang kak Melia dibawa ke IGD lagi karena tiba-tiba pusing dan muntah. Hemoglobin-nya (HB) turun tiba-tiba, dan memerlukan tambahan darah. Sementara stok darah dengan golongan yang sesuai dengan darah Melia sedang kosong, karena banyaknya pasien yang menjalani operasi dan memerlukan darah dengan golongan yang sama.

Adelia tidak bisa turun dari mobil karena bayi Melia dalam pelukannya, sementara cuaca di luar sudah turun gerimis. Dia tidak tahu persis apa yang terjadi dengan kakaknya Melia. Hanya suami Melia yang bisa mendampinginya bersama perawat ruangan IGD.

Suasana di ruangan itu sangat tegang. Dokter Iwan yang menangani Melia nampak was-was dengan kondisi paseinnya itu. Melia masih dalam keadaan sadar, tapi wajahnya sudah pias karena kekurangan darah. Dalam keadaan lemah, Melia meraih tangan Rido suaminya yang masih bersitegang dengan dokter Iwan tentang stok darah untuk Melia. Rido merasakan dinginnya tangan Melia dalam genggamannya sehingga dia berhenti bicara dengan dokter kandungan itu, dan mengalihkan perhatiannya kepada Melia yang semakin melemah.

"Uda, ndak usah cari tambahan darah lagi. Yang kemarin sudah cukup,kan?. Adek ingin pulang segera, Da." Ucap Melia lemah dan terbata-bata.

Rido tidak kuasa menahan sedihnya mendengar ucapan Melia. Seolah ucapan itu sebuah pertanda bahwa Melia akan pulang menghadap Sang Pencipta. "Iya, kita akan pulang, Dek, tapi dalam kondisi sehat, ya." Jawab Rido menghibur.

Melia mengangguk. Matanya dia pejamkan. Kalimat Jalalah terdengar lemah dari mulutnya, mengiringi perjalannya pulang menghadap Allah SWT. Innaalillahi wainnailaihi rajiuun. Perempuan hebat itu telah memenuhi janjinya kepada Rabb-nya dengan tenang. Tiada seorang pun manusia sanggup memprediksi kematiannya, bahkan dokter sekalipun. Semua terjadi di luar nalar manusia.

Selamat jalan, Melia. Semua tugasmu di dunia sudah selesai. Bayi yang kau tinggalkan adalah tanggung jawab kami yang tinggal untuk merawat dan membesarkannya.

.

Pincuran Tujuah, 25052022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah. Terima kasih, Admin.

25 May
Balas



search

New Post