Pulang (2)
"Jangan pulang hari Sabtu. Ora elok." Kata-kata itu kembali kudengar. Di ujung telepon, kakak perempuanku mengingatkan agar aku tidak melakukan hal serupa. Pengalaman pulang dari rumah sakit di hari Selasa jangan diulang lagi.
Bukan aku ingin membandel. Bukan aku tak percaya. Bukan aku ingin melanggar. Izin dokter untuk pulang di hari Selasa merupakan berita yang sangat menggembirakan. Bagai mendapatkan rezeki yang sangat ditunggu. Tak perlu berlama-lama, segera kumanfaatkan kesempatan itu.
Kali ini, aku tak ingin mengulangi lagi. Pantangan pulang di hari Selasa atau Sabtu betul-betul kupatuhi. Nasihat orang tua tak baik diingkari. Tak perlu logika. Tak perlu syak wasangka. Lakukan saja. Ucapan orang tua adalah doa.
Gelap malam masih belum sepenuhnya menghilang. Embun pagi tampak menetes di dedaunan bunga yang tersusun rapi di halaman. Pengunjung rumah sakit masih satu dua yang datang. Sepi.
Aku masih berada di dalam kamar putih ditemani pendamping hidupku. Di atas bed, tubuhku sudah tidak merasakan keluhan. "Tidak ada keluhan," begitu setiap kali perawat menghampiri dan menanyakan keluhanku.
"Baik, Pak. Kemungkinan Bapak bisa pulang hari ini. Tunggu dokternya dulu ya, Pak," kata salah seorang perawat memberi tahuku. Perawat itu energik sekali. Dengan seragam hijau dibalut jubah hijau toska, perawat itu mengerjakan tugas dengan sangat lincah. Kuucapkan terima kasih dan berharap yang dikatakannya menjadi kenyataan.
Sudah beberapa saat aku memang tidak memiliki keluhan. Rasa pusing dan demam sudah tidak lagi kurasakan. Kondisi inilah yang membuat kami yakin kami bisa pulang hari itu. Tinggal izin dari dokter saja. Menunggu saatnya visite.
Sekira pukul 11, seseorang dengan baju hijau masuk ke ruangan. Dia memberi tahu bahwa hari itu tidak ada visite dokter. Yup, karena hari Sabtu memang tidak ada jadwal visite. Namun dia membawa kabar aku boleh pulang hari itu.
Alhamdulillah
Hari Sabtu. Ora elok pulang dari rumah sakit pada hari Sabtu. Setelah komunikasi dengan keluarga akhirnya kami tetap pulang pada hari itu. Namun, kami menetapkan hati pulang setelah Maghrib. Itulah waktu yang diizinkan.
Sehabis asar, istriku mengemasi semua barang bawaan. Tak berapa lama, semua sudah beres. Tinggal menunggu waktu untuk pulang.
Menunggu waktu pulang terasa lama. Matahari seja perlahan menghilang dari pandangan. Gelap malam perlahan mulai tampak. Bedug magrib sayup-sayup terdengar. Alhamdulillah waktu Maghrib sudah tiba. Kami pun segera shalat dan bergegas ingin segera pulang.
Selesai shalat, istriku segera membuka aplikasi online. Beberapa kali dibuka, tak ada kendaraan yang standby. Semuanya sedang sibuk. Pikiran kami mulai kalut. Bila kita merasakan rasa rindu yang membuncah, begitulah yang kami rasakan. Rasa ingin segera pulang dan bertemu anak-anak tercinta terhambat.
Gagal dan mencoba lagi. Beberapa kali membuka aplikasi, tetap saja tidak ada armada yang standby. Kami heran. Kenapa bisa terjadi? Bukankah ini di kota besar kok tidak ada armada yang standby?
Aplikasi online dari hape istriku ternyata gagal. Akhirnya aku pun ikut membantu. Kubuka hapeku dan kucoba membuka aplikasi online. Hasilnya malah lebih aneh lagi. "Transportasi online di daerah Anda belum ada." What?! Ini kota besar, mana mungkin belum ada layanan transportasi online.
Setelah kami gagal dengan aplikasi online, akhirnya kami menghubungi rumah. Ada anakku yang sudah siap menyambut kedatangan kami. Istriku menghubungi anakku dan minta untuk pesan transportasi online. Alhamdulillah berhasil.
Sekira setengah jam kemudian, sebuah mobil menjemput kami. Rencana pulang setelah Maghrib mundur menjadi setelah isya. Alhamdulillah kami bisa pulang malam itu. Semoga aman dalam perjalanan dan sampai di rumah bertemu anak-anak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar