Sulitnya Ujian Ini
Sulitnya Ujian Ini
Terlalu banyak rahasia hidup yang tidak kita ketahui. Karenanya kita semua sangat berharap kepada karunia Allah. Kita memang boleh berhitung. Tentang apa saja. Juga tentang hidup yang berliku-liku. Tetapi, hidup tak selamanya juga berjalan dalam kalkulasi matematika. Ada ruang lain yang harus kita yakini. Karena di luar diri kita, di luar seluruh makhluk langit dan bumi, ada kekuasaan Allah, itulah ruang lain itu. Tidak ada yang bisa hidup tanpa pertolongan Allah, karena kita semua adalah hambaNya Yang Maha Kuasa.
"Tidak ada satu tarikan napas pun yang kau hembuskan, melainkan ada takdir yang dijalankanNya pada dirimu. Karena itu, tunduklah pada Allah dalam setiap keadaan." (Ibnu Athaillah As Sakandari)
Dari pagi, aku dengan setia menjadi pendengar curhatan teman-teman di komunitas kanker NTB tentang sakit, kematian, ikhtiar, serta hasil yang tentu masing-masing orang berbeda meski dengan diagnosis penyakit dan ditangani oleh medis yang sama.
Tapi saya fokus pada satu tulisan yang meminta kami lebih sering berbicara kepada tubuh kami sendiri. Ya, benar juga dan ini sering aku praktikkan selama sakit.
Kadang kita sering kali lupa untuk mendengarkan tubuh kita sendiri, dan berkomunikasi dengannya. Manakah yang sedang merasa tidak nyaman? Kita perlu juga minta maaf pada bagian-bagian tubuh yang mungkin tidak kita perlakukan dengan baik..
Mungkin usus dan lambung sering bekerja terlalu keras karena terlalu banyak makanan yang tiba-tiba kita masukkan. Liver atau hati yang bekerja keras menetralisir toksik dan bahan kimia yang masuk ke tubuh, paru-paru yang mungkin menghirup banyak asap dan udara toksik termasuk parfum mobil dan ruangan
Kita juga perlu berterimakasih pada yang bekerja keras hari ini, otot kita? otak kita? atau usus kita? ataupun yang lainnya
Benar yang Beliau katakan bahwa kita memimpin tubuh kita sendiri. Kita adalah sebuah tim besar, sebuah orkestra yang harmoni, tim sel-sel usus, tim sel-sel lidah, tim sel-sel saraf, tim sel otot dan semua bagiannya.
Lalu akhiri dengan pertanyaan. Apakah kita sudah berlaku adil pada bagian-bagian tubuh kita tersebut? Pernahkah kita maksimal memberikan yang baik untuk mereka?
Terakhir, tak lupa kami saling mengajak bertafakkur di malam-malam yang tak ada lagi suara. Ketika segala yang bergerak menjadi diam. Ketika hati jauh dari hiruk pikuk kehidupan yang serba congkak. Lebih-lebih malam 10 terakhir Ramadhan ini, saat yang tepat untuk mendidik jiwa ke puncak kejujurannya, bahwa kita bukan apa-apa. Bahkan tak bisa memberi jaminan apa-apa bagi detik kehidupan kita berikutnya. Meminta menemuinya kelak dengan sebaik-baiknya (husnul khatimah).
Jangan pernah patah semangat dalam ikhtiar. Tidak ada yang kebetulan, bahkan sepersemili pun!.
Wallahua'lam
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren ulasannya
Ulasan yg kereen,Bu. Memotivasi diri untuk bersinergi dg tubuh sebagai tim yg besar. Semoga kita semua dapat berlaku adil dg tubuh kita. Salam sehat dan sukses selalu
maasyaaAllah...luar biasa bund..serasa dicubit dengan ulasan ini, terlalu abai dengan anggota tubuh..yang mungkin benar merak perlu diajak berdialog.. terimkasih sudah mengingatkan..semoga nikmat sehat tercurah untuk kita