Pesan dari sang Penampi (402)

Musum panen padi telah tiba. Minggu pagi ini terasa ramai dan bising sekali. Beberapa mesin penggiling padi berjejer di pinggir jalan sedang melayani warga yang sedang menggiling padinya. Aku pun ingin ikut merasakan menikmati keriuhan pagi ini bersama ibu-ibu tetangga yang jujur sangat jarang sekali aku berinteraksi dengan mereka, dengan cara ikut mendekat ke lokasi penggilingan tersebut.

Setelah padi menjadi beras, langkah selanjutnya adalah membersihkan beras dari kotoran sisa penggilingan tadi, di tempatku dinamakan "nepik atau nampi". Secara umum pekerjaan menampi beras ini dikerjakan oleh kaum ibu.

Alat yang digunakanpun sangat sederhana, terbuat dari rajutan bambu atau rotan, namun bisa juga menggunakan alat lain, seperti piring besar dan lainnya.

Menampi dilakukan dengan cara melempar beras ke atas, dihayak ke kiri dan kanan, depan dan belakang. Kemudian beras dengan ukuran ukuran tertentu akan berkumpul sesamanya, juga dedak beras akan terpisah. Aku menghayati kegiatan ini. Terlihat cukup sederhana, namun tidak semua orang mampu melakukannya.

Dulu aku sering mencoba menampi, tapi ibu selalu menghentikanku karena beras yang jatuh lebih banyak dari dedaknya😁😁😁, maaafkanlah...

Aku melihat ada pesan moral yang tersimpan dalam pekerjaan Menampi ini. Aku melihatnya seperti kehidupan kita manusia. Disaat digoncang permasalahan kehidupan kita akan cenderung berkumpul dan mencari teman yang sama dengan kita. Selain itu kegiatan ini juga menunjukkan kesabaran dalam bekerja.

Selamat berakhir pekan dan berkumpull dengan keluarga Bapak/Ibu gurusianer. Salam sehat selalu.