Mengukur Kejujuran

Ada ungkapan umum: benar dan salah tak selalu jelas bedanya. Jangan percaya! Allah berfirman, "Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS. Al-Baqarah:256)

Karena itu sulit mengukur kejujuran kita. Parameternya adalah hati nurani. Sekecil apa pun kebohongan yang kita reka, nurani selalu bisa mendeteksinya.

Mari renungkan, seberapa sering kita mendengar bisikan nurani yang paling dalam. Di situ kita akan mendengar perasaan-perasaan yang jujur tentang ucapan dan tindakan yang telah kita lakukan. Jika ucapan tidak sesuai kenyataan, nurani pasti segera memberi rambu. Kalau tindakan tak sesuai nilai yang kita pegang teguh, nurani pasti segera mengeluh.

Tengok juga seberapa banyak kita percaya pada orang lain. Biasanya kita melihat dunia seperti kita melihat diri sendiri. Saat ruang hati dijejali rasa curiga pada orang lain. Karena sadar sering berbuat tak jujur, kita jadi tak mudah percaya pada orang lain yang mungkin berbuat sama. Orang yang suka menipu, selalu curiga akan ditipu. Orang yang sering bohong, selalu curiga akan dibohongi. Dan sebaliknya dia yang jujur, takkan pernah takut apapun. Tak takut orang mencurigai, atau tak sibuk mencurigai orang lain.

Kesimpulannya, kita berkaca sama-sama. Sudahkah kita menyemai kejujuran dalam setiap detik waktu kita? Dalam setiap amanah yang kita emban?

Wallahua'lam